Nur Rofiah

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm
Nur Rofi’ah.jpg
Tempat, Tgl. Lahir6 September 1971
Aktivitas Utama
  • Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta
  • Pengasuh Ngaji KGI
Karya Utama
  • Nalar Kritis Muslimah dan Ngaji KGI

Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm adalah salah seorang pemikir feminis Muslim di Indonesia. Ia dilahirkan di Randudongkal, Pemalang, Jawa Tengah pada tanggal 6 September tahun 1971. Menempuh pendidikan dasar di SDN Randudongkal sementara pendidikan menengah dan atas ia lanjutkan di MTS dan Madrasah Aliyah di Jombang, tepatnya yayasan Khoiriyah Hasyim.

Perempuan yang juga dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta ini termasuk tim utama dalam penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Ia terlibat secara intensif dari persiapan, proses, dan paska KUPI hingga sekarang. Ia bahkan sudah terlibat sejak awal dalam program Pengkaderan Ulama Perempuan yang dilaksanakan oleh Rahima. Dalam pelaksanaan KUPI, ia diamanati sebagai ketua Panitia satu.

Riwayat Hidup

Pendidikan tingginya ditempuh di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, jurusan Tafsir Hadis di bawah naungan Fakultas Ushuluddin antara tahun 1990-1995. Fakultas Ushuluddin dulu memang menjadi salah satu fakultas favorit mahasiswa sebab di sana mahasiswa mendiskusikan secara kritis wacana-wacana keislaman, termasu tentang Al-Qur’an.

Kemudian ia menempuh pendidikan pascasarjananya di Turki, tepatnya di Ankara University. Sosok yang memberi jalan Nur untuk hijrah ke Turki adalah Nyai Hj. Ida Rufaida Ali Ma’shum, Krapyak yang menawarinya beasiswa ke Turki. Tanpa pikir panjang Nur mengiyakan. Ia tak pulang kampung selama lima tahun di Turki, selama waktu yang ia habiskan untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana (1997-1999) dan program doktoral (1999-2001).

Belajar di Turki membuat ia banyak beradaptasi dengan hal-hal baru. Ia hidup di persimpangan sebuah negara yang awalnya berupa imperium Islam kemudian menjadi negara sekuler. Ia merasakan bagaimana kondisi politik belum stabil dan ada ketegangan antara ideologi sekuler dan ideologis Islamis.

Adapun pendidikan non-formal dan keagamaan ia tempuh di dua pesantren berbeda. Pertama, di pesantren Yayasan Khoiriyah Hasyim, Seblak, di Jombang, dan kedua, di Pesantren Ali Ma’shum di Yogyakarta.

Sekarang ia aktif mengajar sebagai dosen di UIN Jakarta diperbantukan pada Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta. Ia juga aktif sebagai Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, Alimat, dan Rahima. Nur Rofiah juga dikenal intens menyebarkan wacana-wacana kesetaraan gender melalui forum KGI yang ia asuh.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

Nur Rofiah tertarik dengan isu-isu gender sejak menjadi mahasiswi di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia terus mendalami kajian itu ketika menjadi mahasiswi pascasarjana dan doktoral di Turki. Terkait apa yang mempengaruhi untuk kali pertama, sehingga ia menyelami kajian gender? Jawabannya adalah sumber bacaan. Ia mengaku gelisah ketika membaca beberapa literatur yang berkaitan dengan perempuan.

Untungnya, kegelisahan yang dialami oleh Nur Rofiah mendapatkan ruang karena ia adalah mahasiswi jurusan Tafsir Hadits. Di program ini, ia mencurahkan segala kegelisahannya untuk didiskusikan bahkan sesekali diuji dengan sesama mahasiswa atau dosen. Dari banyaknya diskusi dan perenungan panjang, kegelisahan Nur Rofiah memuncak bahkan ia sempat kecewa. Kekecewaannya adalah hasil tafsir atas teks.

“Kekecewaanku adalah pada beberapa hasil tafsir yang cenderung tidak menguntungkan perempuan. Kenapa saya bilang hasil tafsir, sebab jika kita baca dengan tafsir lain, misal dengan Double Movement-nya Fazlur Rahman, maka tafsir itu tidak demikian,” jelas Nur Rofiah.

Ia menyebutkan satu buku yang paling mempengaruhi dirinya, yaitu Perempuan di Titik Nol karya Nawal Sadawi. Tokoh lain yang juga memberi pengaruh adalah Rif’at Hasan.

Ketika melanjutkan sekolah doktoral di Ankara University, ia kemudian intens membaca karya-karya Nashr Hamid Abu Zaid. Tulisan Nashr Hamid yang paling mempengaruhi dan berkesan di hatinya adalah buku-buku yang terkait Relasi Bahasa Arab & Gender khususnya pada poin ketika ia memberi kritik konsep tentang mudzakkar-muannas.

Selanjutnya dari kegelisahan yang didapatkan dari buku-buku Nashr Hamid, Nur Rofiah melanjutkan ke dalam kajian tafsir yang ia tekuni. Disertasi yang ia tulis sebagai tugas akhir bertajuk, “Metode Tafsir Transformatif” yang ditulis dalam bahasa Turki.

Selama menempuh pendidikan pascasarjana dan doktoral, ia berhenti total dari dunia aktivisme lapangan. Ia hanya fokus pada dunia akademik. Baru kemudian setelah dinyatakan lulus dan pulang ke Indonesia, ia bisa menyalurkan kembali semangat aktivismenya dengan bergabung ke dalam beberapa organisasi, semisal P3M, Alimat, Rahima dan juga PP Fatayat NU.

Ia menuturkan, sepulang dari Turki, ia langsung diminta bergabung di P3M, yang kebetulan direkturnya adalah Kiai Masdar Farid Mas’udi. Ia dilirik P3M sebab tesis yang ia tulis di Turki adalah membahas pemikiran Kiai Masdar. Bersamaan aktif di P3M ia juga aktif di PP Fatayat NU.

Pada tahun 2004, ia diterima sebagai dosen PNS, karena kewajiban yang makin menempuk akhirnya ia mengundurkan diri dari P3M dan aktif di Rahima, sebuah lembaga yang menjadi pusat pendidikan dan informasi Islam dan hak-hak perempuan. Bersama Rahima Nur Rofiah seperti mendapatkan tempat yang nyaman untuk semakin lantang menyuarakan ide-idenya.

Organisasi selanjutnya yang menjadi tempat berlabuh Nur adalah Alimat. Berbeda dengan Rahima yang lebih concern terhadap perempuan, Alimat fokus pada isu-isu perempuan, anak, dan keluarga. Di lembaga ini, misalnya ia bergelut dengan isu KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), aborsi, dan poligami.

Ketika KUPI resmi dideklarasikan, Nur mengaku sangat bahagia. Ia terlibat bahkan sebelum Konggres berlangsung. KUPI sebagaiamana disebut Nur, tunasnya adalah Pendidikan Ulama Perempuan yang diasuh oleh Rahima. Alumni dan lulusan program pendidikan ulama ini banyak dan tersebar di mana-mana. Dalam sebuah kesempatan, Rahima berencana mengadakan pertemuan alumni.

Ide itu kemudian disambut beberapa organisasi lain, seperti Alimat dan Fahmina yang juga punya alumni dari program pelatihan. Jika memang hendak mengadakan pertemuan, kenapa tidak dilaksanakan secara akbar saja yang diselenggarakan bersama-sama. Akhirnya kemudian KUPI untuk pertama kali berhasil diselenggarakan dengan sukses.

Salah satu agenda yang dilakukan di dalam KUPI adalah musyawarah keagamaan untuk menghasilkan sikap dan pandangan keagamaan atau fatwa. Dalam mempersiapkan agenda tersebut, Nur Rofiah memiliki peran yang signifikan. Ia menuturkan, “Aku dan Faqih (Kiai Faqih Abdul Kodir, maksudnya, red) ditugasi untuk mematangkan metode. Faqih dengan metode Mubadalah-nya sementara aku dengan Keadilan Hakiki Perempuan. Kongres ini yang berhasil mematangkan metode yang aku gagas itu.”

Selesai acara, kedua gagasan yang sama-sama diusung itu terus dikembangkan sehingga kedua metode dikenal luas sebagai metode khas KUPI. Nur Rofiah menambahkan bahwa salah satu warisan dari KUPI yang berlangsung hingga hari ini adalah program Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) yang ia asuh dan telah diikuti ribuan peserta dari berbagai daerah.

Secara garis besar, Ngaji KGI yang diampu oleh Nur Rofiah terbagi menjadi dua program unggulan. Pertama, kajian yang bersifat serial metodologi Islam, dan kedua, kajian yang bersifat tematik.

Terkait keberadaan KUPI di Indonesia, menurut Nur, posisinya sangat strategis. KUPI bahkan bisa disebut sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia. Program-program KUPI banyak mendapat apresiasi dari negara-negara lain dan sorotan dari banyak pihak. Di Indonesia, yang menganut sistem demokrasi, wacana-wacana gender mendapatkan ruang yang cukup. Berbeda misalnya dengan di negara-negara Islam yang banyak menolak wacana-wacana gender karena dianggap bertentangan dengan Islam. Itulah sebabnya, menurut Nur, keberadaan KUPI kemudian “menghebohkan” beberapa negara.

Ketika KUPI sedang berlangsung, Nur merasakan sesuatu yang sangat emosional. Ia mengaku “panas-dingin” selama acara berlangsung. Penyebabnya, ia dan beberapa koleganya khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Sebab, wacana yang sifatnya melawan arus, jika tidak disampaikan secara hati-hati bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Hingga akhirnya acara berjalan lancar dan sukses. Dalam penuturannya, ia mengaku tak terasa meneteskan air mata haru karena acara akbar yang diselenggarakan pertama kali dalam sejarah ini berjalan dengan lancar. Rasa emosionalnya makin memuncak ketika paduan suara secara kompak menyanyikan salawat musawah dalam ruangan Auditorium IAIN Syaikh Nurjati, Cirebon.

Baginya, kesuksesan KUPI adalah sebuah prestasi yang luar biasa di mana ribuan orang membaca semacam ikrar bersama tentang kedudukan perempuan dan keadilan gender yang selama ini kerap mendapatkan perlawanan dari berbagai arah. Nur Rofiah juga menambahkan, acara berlangsung dengan kompak, khidmat, dan setara. Tidak ada pihak yang menonjollkan diri, semua bekerja dengan penuh ketawadhuan, dan saling memberi ruang. Itu semua yang harus diakui membuat para peserta merasa terharu, termasuk Nur Rofiah.

“Seru banget, deh!” ujarnya penuh kebahagian mengenang KUPI pertama.

Penghargaan

Menurut pernyataannya sendiri, ia menyebut ia tidak pernah menerima penghargaan dan ia tak mencari itu.

Karya-Karya

Nur Rofiah banyak menghasilkan karya akademik, di antaranya ditulis dalam bentuk buku. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Nalar Kritis Muslimah (Buku Mandiri)
  2. Fundamentalisme dan Dampaknya terhadap Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (Kontributor).
  3. NU Melawan Korupsi (Tim Perumus).
  4. Dari Syariah Menuju Maqashid (Kontributor)
  5. Memecah Kebisuan: Agama Mendengar Suara Perempuan Korban Kekerasan (Penulis).
  6. Kembang Setaman Perkawinan.
  7. Anak Perempuanku Pengantinku (Kontributor).
  8. Menelusuri makna di Balik Perkawinan di Bawah Umur.
  9. Hudud

Ia juga menulis banyak artikel yang dimuat di beberapa Jurnal Nasional dan Internasional. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. “Bahasa Arab sebagai Akar Bias Gender dalam Wacana Hukum Islam” (Jurnal Refleksi).
  2. “Tafsir untuk Perubahan” (Jurnal al-Burhan).
  3. “Hermeneutika Al-Qur’an: Melacak Akar Krusial Penafsiran” (Jurnal al-Burhan).
  4. “Gerakan Sekularisasi di Turki” (Jurnal al-Burhan).
  5. “Seksualitas Perempuan dalam Tarikan Tradisi dan Agama” (Jurnal Perempuan)
  6. “Gugatan Perempuan atas Makna Perkawinan”.

Ia juga banyak menulis modul untuk beberapa pelatihan, di antaranya adalah:

  1. Modul Training Kesehatan Reproduksi untuk Masyarakat Pesantren.
  2. Modul Pendidikan Ulama Perempuan.
  3. Modul Pelatihan Wawasan Keluarga Sakinah
  4. Modul Penguatan Hukum Islam Perspektif Keadilan bagi Perempuan Kepala Keluarga.

Jejak Tokoh

  1. Mengenal Nyai Nur Rofi’ah, Tokoh Muda NU Penggerak Pemberdayaan Perempuan: https://bangkitmedia.com/mengenal-nyai-nur-rofiah-tokoh-muda-nu-penggerak-pemberdayaan-perempuan/
  2. Nur Rofiah Dorong Kajian Gender dalam Islam yang Lebih Inklusif: https://magdalene.co/story/nur-rofiah-dorong-kajian-gender-dan-islam-yang-lebih-inklusif/



Penulis : Ahmad Husain Fahasbu
Editor : Nor Ismah
Reviewer : Faqihuddin Abdul Kodir