Mengenal Pembicara AICIS 2017: Kang Husein Muhammad, Kyai Feminis

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Info Artikel

Sumber : kemenag.go.id
Penulis : Mahrus eL-Mawa
Tanggal Publikasi : Sabtu, 18 November 2017 · 06:31 WIB
Artikel Lengkap : Mengenal Pembicara AICIS 2017: Kang Husein Muhammad, Kyai Feminis

Jakarta (Kemenag) --- KH Husein Muhammad atau yang akrab disapa Kang Husein menjadi salah sat pembicara pada Annual International Conference on Islamic Studies. Forum yang berlangsung dari 20 – 24 November 2017 di BSD Tangerang ini akan dihadiri lebih dari 400 intelektual, dalam dan luar negeri.

Kang Husein dikenal sebagai Kyai Feminis, yakni ulama yang mengkaji tentang perempuan dengan berperspektif keadilan bagi umat manusia, khususnya perempuan. Hasil kajiannya ini ditulis dalam sebuah buku masterpiece bertajuk “Fiqh Perempuan”. Buku ini juga yang menjadikan Kang Husein dikenal dunia.

Kang Husein termasuk salah satu tokoh Indonesia yang masuk dalam 500 tokoh tingkat dunia. Dari Indonesia, selain Kang Husein, ada Presiden Jokowi, Habib Lutfi, dan KH Said Aqil Siradj.

Kang Husein Lahir di Cirebon tahun 1953. Dia meneruskan perjalanan intelektualnya ke Al-Azhar Kairo Mesir setelah “mesantren” di Lirboyo Kediri. Selain di pesantrennya, Kang Husein istiqamah mengajar kitab di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon setiap hari Kamis selepas Dhuhur. Para peserta kajian kitabnya sebagian besar mahasiswa dan dosen ISIF, selain tentu saja menjadi pengasuh pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Kang Husen juga pernah menjadi anggota DPRD di Cirebon. Di tengah kesibukannya, Kang Husen aktif di LSM Perempuan, Rahima. Komitmennya dalam membela kaum perempuan mengantarkan Kang Husein menjadi komisioner di Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) selama dua periode 2007-2009 dan 2009-2012.

Karya-karyanya sudah tersebar luas, antara lain: Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kyai Pesantren (LKiS, 2005), Spiritualitas Kemanusiaan, Perspektif Islam Pesantren (LKiS, 2005), Ijtihad Kyai Husein, Upaya Membangun Keadilan (Rahima, 2011), dan Perempuan, Islam dan Negara: Pergulatan Identitas dan Entitas (2016).

Kehadiran Kang Husein dalam perhelatan AICIS 2017 diharapkan akan memberi pesan dan sekaligus meneguhkan bahwa intelektual pesantren juga dapat memberi kontribusi seperti akademisi lainnya. Selain menjadi pengasuh pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon , Kang Husein juga berkiprah sebagai dosen di Institut Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Pendiri Fahmina Instutur ini pernah menjadi komisioner nasional perempuan (komnas perempuan).

Selain dikenal kyai feminis, Kang Husein juga dikenal pejuang dialog antar iman, seperti yang dilakukan Gus Dur. Buku hasil karyanya yang diterbitkan umumnya mengangkat tema sufisme, dialog antar agama dan kebangsaan.

Kehadiran Kang Husein di AICIS ke-17 ini diharapkan memberi ruang bagi para kyai dan aktifis kemanusiaan untuk berdiskusi tentang permasalahan feminism dalam Islam. (Mahrus eL-Mawa)