Kongres Ulama Perempuan Indonesia Dikuti 20 Negara
Agung Sasongko | Rabu 23 Nov 2022 | 01:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II yang digelar di Kota Semarang dan Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah pada 23-26 November 2022, diikuti perwakilan dari 20 negara dengan total peserta 1.600 orang.
"Peserta KUPI II antara lain dari Kanada, Mesir, Finlandia, Prancis, Jerman, Hongkong, Hungaria, India, Kenya, Malaysia, Maroko, Pakistan, Filipina, Suriah, Sri Lanka, Thailand, Belanda, Tunisia, Turki, dan Amerika Serikat,? kata Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia sekaligus anggota OC KUPI II Ruby Kholifah saat konferensi pers di Semarang, Senin Kemarin.
Ia menjelaskan KUPI II yang mengusung tema "Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan" ini terbagi menjadi dua klaster, yaitu konferensi internasional diikuti 20 negara akan diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, dan Kabupaten Jepara, serta dihadiri Wakil Presiden Ma?ruf Amin dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Menurut dia, KUPI II digelar untuk meneguhkan kembali peran perempuan dalam membangun kebijakan yang ramah dan melindungi jiwa perempuan. "Peran perempuan harus dilibatkan dalam membangun kebijakan yang melindungi perempuan setelah KUPI sebelumnya sukses melahirkan fatwa berbasis perspektif perempuan yang terbukti efektif untuk mengadvokasi isu-isu keadilan gender,? ujarnya.
Selain itu, sejumlah refleksi bakal dibahas dalam kegiatan bertaraf internasional itu, termasuk analisa dan tantangan baru di berbagai negara tentang pandangan keagamaan.
Nantinya, lanjut dia, ulama perempuan dunia tersebut akan berbagi pengalaman membangun sebuah pendekatan dalam memberikan perlindungan hak-hak asasi perempuan.
"Bagaimana gerakan ulama ini bisa tumbuh untuk perlindungan hak-hak asasi perempuan. Tak hanya perempuan Muslim, tapi juga lintas agama," katanya.
Wakil Rektor II Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Walisongo Mukhsin Jamil mengapresiasi langkah yang diambil melalui pelaksanaan KUPI. Menurut dia, latar belakang dan gerakan perempuan yang mereka bawa akan berperan penting dalam mengembangkan peradaban yang berpengetahuan dan keadilan.
"Seluruh elemen yang terlibat bisa bertukar pengalaman dan pemikiran, serta permasalahan yang mereka hadapi dalam rangka mengembangkan peradaban yang berpengetahuan dan keadilan," ujarnya.
Perguruan tinggi, kata dia, juga memiliki peran penting dalam menciptakan peradaban dunia untuk mendorong penelitian ilmiah sehingga berbagai macam gerakan ini bisa menjadi kerangka ilmiah dan landasan bersama membangun peradaban.