Azyumardi Azra
Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, CBE, adalah guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan pernah menjadi rektor di perguruan tinggi yang sama. Ia lahir pada tanggal 4 Maret 1955 di daerah Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Prof. Azra ditunjuk menjadi dewan penasihat bersama beberapa tokoh lain, seperti K.H. Ahmad Mustofa Bisri, dan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M. A. Kiai Faqih Abdul Kodir memandang bahwa posisi Prof. Azra dalam kaitannnya dengan KUPI sangat penting. Prof. Azra, sebut Faqih, adalah salah satu dewan penasihat, selalu mendukung program-program KUPI dan ia adalah orang yang sering mengampanyekan KUPI dalam program-program Internasional, misal seperti ke Thailand dan bahkan ke Timur Tengah.
Dalam sebuah kesempatan, Azyumardi Azra memuat tulisan penting tentang KUPI di harian Republika dengan tajuk “KUPI di House of Lords”. Dalam tulisan ini, Azra menceritakan pengalamannya menghadiri undangan Parlemen Inggris untuk sebuah acara. Ia menyebut bahwa pihak mancanegara banyak yang melirik model keislaman di Indonesia. Termasuk yang dibahas dalam forum yang dihadiri Azyumardi Azra di Inggris itu adalah menyangkut Kongres KUPI yang diselenggarakan di pesantren Kebon Jambu, Cirebon Jawa Barat.
Masih menurut Azra, KUPI menarik banyak kalangan di dalam maupun di luar tinggi. Tak kurang adalah CTPSR, Convetry University, di bawah pimpinan Profesor Mike Hardy, yang ingin dinamika ulama perempuan di Indonesia bisa diketahui publik luas.
Riwayat Hidup
Azyumardi Azra menempuh mahligai rumah tangga bersama Ipah Farihah dan dikarunia beberapa anak, yaitu, Raushanfikri Husada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emili Sakina Azra.
Ia menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta. Selama menjadi mahasiswa ia juga aktif di berbagai organisasi, salah satunya ia pernah menjabat ketua HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) cabang Ciputat. Ia menempuh pendidikan master tiga kali pada jurusan yang berbeda, yaitu di Language and Culture of Earstren University, di departemen Sejarah Columbia University, dan di departemen Filsafat di universitas yang sama. Sementara pendidikan doktornya diraih di Columbia University departemen Filsafat.
Untuk disertasinya Azyumardi Azra menulis tentang “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastren and Malay Indonesia Ulama in The Seventeenth and Eightheen Centuries”. Tugas akhir yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dicetak menjadi buku berjudul Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.
Setelah menyelesaikan pendidikan S3, ia mendapatkan program post doctoral di Oxford University selama setahun, dan sekembalinya dari Oxford, ia kembali ke Indonesia untuk mengabdi dan menyebarkan ilmunya.
Tugas pertama yang ia emban adalah sebagai wakil direktur pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM) di Jakarta. Ia juga diminta menjadi dosen tamu pada University of Phillipines (1997) dan University of Malaya Malaysia (1997). Ia juga dikenal aktif sebagai anggota SC SEASREO (Southeast Asian Studies Regional Exchage Program) Toyota Foundation dan The Japan Foundation.
Belum genap setahun aktif di PPIM, Prof. Dr. Quraish Shihab meminta Azyumardi Azra untuk terlibat dalam kepempimpinan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Awalnya ia menolak karena ingin lebih fokus sebagai peneliti saja. Akan tetapi, Prof Quraish bersikeras memintanya terlibat mengurusi UIN Jakarta. Pada tahun 1998, ia kemudian diangkat sebagai rektor UIN Jakarta setelah sebelumnya diminta menjadi wakil rektor. Pada tahun-tahun selanjutnya ia juga diamanati sebagai ketua Yayasan Wakaf Paramadina.
Kiprah lain Azyumardi Azra dalam aspek kemasyarakatan adalah sebagai wartawan Majalah Panji Masyarakat di bawah pimpinan Buya Hamka pada tahun 1987. Selanjutnya ia juga aktif di Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di ruang kelas akademik ia tercatat sebagai dosen filsafat pada IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ia juga pernah tercatat sebagai direktur Pascasarjana di perguruan tinggi yang sama.
Tokoh dan Keulamaan Perempuan
Dalam berbagai forum sejak akhir tahun 1990-an, Azyumardi Azra menyebut bahwa dalam tradisi keulamaan di Indonesia ulama perempuan itu sudah banyak memiliki peran yang sangat penting, baik peran sebagai muballigah (penceramah perempuan), ustazah (pengajar di pesantren), ibu nyai (mengasuh pesantren).
Azra memberi kategorisasi bahwa ulama perempuan di Indonesia itu dibagi menjadi lima kategori besar. Pertama, adalah mereka yang bergerak di bidang dakwah sebagai muballigah, ustazah dan lain sebagainya. Contohnya adalah Mama Dedeh. Kedua, adalah mereka yang bergerak di ormas-ormas keislaman, seperti Muslimat dan Fatayat NU, Aisyiyah Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
Ketiga, adalah mereka yang bergerak di lembaga pendidikan, seperti pendidikan di Pesantren, misalnya para ibu nyai yang juga terlibat pengajaran di Pesantren, bukan hanya menjadi istri kiai. Misalnya, seperti istri almarhum Kiai Shalahuddin Wahid, Pesantren Tebuireng, Jombang.
Keempat, adalah mereka yang terlibat dalam Lembaga Swadaya Masyarakat. Bagian ini merupakan bagian yang baru pada era hari ini. Kelima, adalah ulama perempuan yang terlibat dalam dunia politik. Misalnya, ulama perempuan yang aktif di partai Islam, seperti pada tahun 1960-an adalah partai NU dan Perti, sementara sekarang seperti partai PPP dan PKB.
KUPI dalam pandangan Azyumardi Azra, walau datangnya terlambat, memiliki posisinya bagus karena banyak tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan. Pekerjaan tersebut berupa kajian untuk mengungkap ulama perempuan yang selama ini belum terungkap. Lebih-lebih pada tingkatan ulama lokal.
Azyumardi Azra mengaku pernah diminta ikut webinar tentang salah satu tokoh Aisiyah yang menjadi perempuan pergerakan. Poin yang hendak disampaikan dari forum itu bahwa ulama perempuan masih banyak sekali, sehingga perlu diadakan penelitian kembali yang lebih serius.
Selama ini banyak peran perempuan tidak muncul ke publik karena terkendala bukti dokumentasi; tidak ada yang menulis peran mereka. Oleh karena itu, ia berharap KUPI menjadi salah forum yang menjadi solusi atas hambatan itu. Misalnya, KUPI mengadakan pelatihan penulisan dan penelitian sejarah ulama perempuan di Indonesia untuk kemudian dijadikan sebuah buku dan dokumentasi utuh. Tentu itu semua dilakukan secara serius dan profesional.
Masih dalam skala internasional, pada tahun 2019 Prof. Dr. Azyumardi Azra melawat ke Bangkok, Thailad untuk menjadi salah satu pembicara pada acara, “KUPI in Thailand: 2nd Training on Gender and Islam”. Azra yang juga sebagai Presiden Jaringan Aksi Muslim Asia (AMAN) menyebut acara tersebut sebagai penguatan peran perepmuan di Asia Tenggara untuk mengembalikan otentisitas Islam di Dunia Nusantara, bahwa perempuan aktif di ruang publik.
Azyumardi Azra mengaku memang sejak tahun 2000an di berbagai forum internaisonal, ia sering mempromosikan tentang ulama perempuan. Sejak tahun itu bahkan sebelumnya, ketika ia belum aktif sebagai birokrat di IAIN Jakarta, ia sudah sering berbicara tentang keistimewaan ulama-ulama perempuan Indonesia. Dalam konteks ini, ia sempat membikin antologi ulama perempuan yang pernah diterbitkan oleh PPIM.
Penghargaan dan Prestasi
Adapun gelar CBE, akronim dari Commader of The Order of British Empire, yang ada di akhir namanya adalah pemberian dari kerajaan Inggris pada tahun 2010. Ia mendapatkan gelar itu karena perannya sebagai salah satu tokoh pembentukan UK-Indonesia Islamic Advisory Group (UK-Indonesia AIG). Ia bahkan ditunjuk sebagai Co-Chairman lembaga yang bertugas meningkatkan kepahaman Islam di antara kedua negara itu.
Pada tahun 2017 ia mendapatkan anugerah The Order of The Rising Sun: Gold And Silver Star dari pemerintah Jepang. Diberikan langsung oleh Kaisar Akihito di Istana Imperial Tokyo. Anugerah itu diberikan karena banyaknya dedikasi Azra salah satunya adalah ia aktif di berbagai konferensi yang disponsori oleh Sasakawa Peace Foundation Tokyo.
Ia juga pernah mendapatkan penghargaan Sarwono Prawihardjo Memorial Lecture (SML) dari lembaga Pengatahun Indonesia (LIPI). Disebut bahwa pengharagaan ini diberikan atas jasa Azra dalam bidang keilmuan sejarah peradaban Islam di Indonesia. Pada tahun 2002, Penerbit Mizan Bandung memberinya anugerah sebagai penulis paling produktif.
Karya-karya
Azyumardi Azra sangat produktif menulis. Karyanya baik berupa buku, artikel jurnal, dan artikel yang dimuat di berbagai media baik cetak maupun online. Tidak berhenti di situ, karya-karyanya juga diterjemahkan ke berbagai bahasa Internasional.
Berikut sebagian karya Azyumardi Azra dalam bentuk buku yang bisa ditayangkan dalam tulisan ini:
- Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII
- Pergolakan Politik Islam.
- Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru.
- Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam.
- Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan.
- Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam.
- Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta dan Tantangan.
- Renesains Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan.
- Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antar Umat.
- Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal .
Daftar Bacaan Lanjutan
Andina Dwifatma, Cerita Azra: Biografi Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2011.
Penulis | : | Ahmad Husain Fahasbu |
Editor | : | Nor Ismah |
Reviewer | : | Faqihuddin Abdul Kodir |