2023 Qira’ah Mubadalah sebagai Dialektika Penafsiran Ayat-Ayat Nusyuz di Era Kontemporer

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
2023 Qira’ah Mubadalah sebagai Dialektika Penafsiran Ayat-Ayat Nusyuz di Era Kontemporer
NO PHOTO.jpg
JudulAl-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
SeriVol. 8 No. 02 (2023)
Tahun terbit
30-11-2023
ISBN2581-2564
Nama Jurnal : Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Seri : Vol. 8 No. 02 (2023)
Tahun : 30-11-2023
Judul Tulisan : Qira’ah Mubadalah sebagai Dialektika Penafsiran Ayat-Ayat Nusyuz di Era Kontemporer
Penulis : Shivi Mala Ghummiah (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Abstract

Nusyuz secara umum dikenal sebagai kedurhakaan istri kepada suami. Sedangkan perilaku durhaka pada hakikatnya bisa dilakukan oleh kedua belah pihak; bukan hanya istri saja. Al-Qur’an pun sebenarnya telah menyinggung persoalan nusyūz dari dua sisi, nusyūz istri pada Qs. al-Nisā ayat 34, dan nusyūz suami pada Qs. alNisā ayat 128. Konsep pemahaman nusyūz jika hanya dipandang dari sisi penafsiran al-qur’an dan produk hukum Islam klasik menjadi terlihat kurang relevan di masa kini yang mulai sadar akan konsep kesetaraan. Penelitian ini bertujuan melakukan interpretasi dan pemikiran ulang terkait konsep nusyūz dalam nash al-qur’an agar tidak terjadi pemahaman yang bias gender. Penelitian ini merupakan penelirian pustaka (library research) dengan menggunakan pendekatan gender. Analisis pada penelitian ini menggunakan teori mubadalah yang digaungkan oleh Faqihuddin Abdul Kadir. Dalam penelitian ini, penafsiran ayat-ayat nusyūz akan dielaborasikan dengan teori mubadalah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, dengan adanya qira’ah mubadalah, nusyūz bisa dipahami dengan lebih berimbang dalam relasi rumah tangga. Nusyūz bisa dilakukan oleh suami dan istri. Suami dan istri sama-sama memiliki hak untuk memberi peringatan terhadap pelaku nusyūz. Adapun penyelesaian nusyūz dalam Al-Qur’an adalah dengan memberi nasihat, pisah tempat tidur, dan memukul, akan tetapi; dalam pandangan mubadalah, solusi terbaik adalah dengan saling kompromi dan introspeksi diri antara suami dan istri.

Nusyūz is generally known as a wife's disobedience to her husband. Meanwhile, disobedient behavior can essentially be carried out by both parties; not just the wife. The Qur'an actually touches on the issue of nusyūz from two sides, the wife's nusyūz in Qs. Question. al-Nisā verse 34, and nusyūz husband in Qs. al-Nisā verse 128. The concept of understanding nusyūz if only seen from the perspective of the interpretation of the Qur'an and classical Islamic legal products seems less relevant in today's era which is starting to become aware of the concept of equality. This research aims to interpret and rethink the concept of nusyūz in the Al-Qur'an so that gender-biased understanding does not occur. This research is a library research using a gender approach. The analysis in this research uses the mubadalah theory proposed by Faqihuddin Abdul Kadir. In this research, the interpretation of the nusyūz verses will be elaborated using the mubadalah theory. The results of this research show that, with the existence of qira'ah mubadalahi, nusyūz can be understood in a more balanced manner in household relationships. Nusyuz can be done by husband and wife. Husband and wife both have the right to warn against perpetrators of nusyuz. The solution to nusyuz in the Qur'an is by giving advice, separating the beds, and hitting, however; In mubadalah view, the best solution is mutual compromise and selfintrospection between husband and wife.



Keywords: Qira’ah Mubadalah, Nusyūz, Kontemporer

Untuk membaca penuh artikel ini silahkan klik tautan berikut: https://doi.org/10.30868/at.v8i02.5321