Dakwah Ekologi: Buku Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Bagi yang ingin membaca buku ini secara lengkap silahkan download dalam bentuk pdf di link berikut ini.

Dakwah Ekologi: Buku Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan
Dakwah Ekologi Mubadalah.jpg
JudulDakwah Ekologi: Buku Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan
PenulisNy. Hj. Tho'atillah, Listia Suprobo, Hijroatul Maghfiroh, Ahmad Asrof Fitri
Desain coverSarjoko S.
SeriCetakan Pertama,
PenerbitMubadalah.id
Tahun terbit
2022
Halamanx + 193 hal

(Klik Download ini)


“Saatnya Daiyah Berperan Melestarikan Lingkungan”

Greta Thunbreg, seorang anak usia SMP, telah memulai protes iklim pada 20 Agustus 2018. Saat itu, dia melakukan mogok sekolah setiap hari Jum’at sambil membawa poster “Mogok Sekolah untuk Iklim”. Dia mengingatkan pemerintahnya, Swedia, untuk memberlakukan Protokol Paris untuk perbaikan iklim. Aksinya telah menginspirasi lebih 20.000 siswa sekolah, dengan melakukan protes serupa di negara mereka masing-masing. Salah satu poster yang cukup menghentak adalah “Perubahan iklim adalah krisis, yang harus diperlakukan sebagai sesuatu yang penting”. Protes lain: “Perlakukan alam itu laiknya rumah yang sedang terbakar. Karena, memang nyatanya demikian”.

Dia berpidato di hadapan para pejabat dunia, pada tanggal 13 Januari 2013 di Davos, dan meminta mereka untuk berbuat secara serius. Dia mengkritik semua pemerintah yang tidak benar-benar serius mengelola lingkungan untuk keberlanjutan dan masa depan. Dia tidak percaya denga seluruh retorika para  pejabat, karena “hanya bermain dengan aturan yang ada”. Padahal, justru “semua aturan itu harus diubah demi lingkungan”. Dia juga berkali-kali menyatakan bahwa "rumah kami sedang terbakar", dengan menambahkan: "Saya ingin Anda panik. Saya ingin Anda merasakan ketakutan yang saya rasakan setiap hari. Kami berutang kepada orang-orang muda, untuk memberi mereka harapan."

Protes seorang remaja, bernama Greta Thunberg, yang sekarang sudah beranjak dewasa, adalah ironi sekaligus harapan. Ironi, karena banyak orang dewasa yang tidak peduli dengan semua kerusakan lingkungan dan alam yang sudah nyata dan di depan mata. Para pengusaha kakap dunia, para pejabat besar negara-negara maju, dan sebagian besar penduduk dunia tidak menunjukkan kepeduliannya yang kongkrit dan nyata terhadap kerusakan lingkungan, sehingga seorang anak usia sekolah melakukan aksi protes di berbagai forum dunia. Ia juga menjadi harapan, karena ada orang seusia remaja yang tumbuh kesadaran lingkungan, yang kemudian menginspirasi banyak orang, baik yang sebaya maupun orang-orang lain dari berbagai latar belakang dan belahan dunia.

Mubadalah.id sejak didirikan sebagai mandat dakwah dari Kongres Ulama Perempuan Indonesia pada tahun 2017 sudah terlibat dengan kerja-kerja untuk menumbuhkan harapan ini. Problem kerusakan alam ini cukup besar dan memanggil keterlibatan semua pihak. Kita tidak bisa hanya berpangku dan menyerahkannya kepada para pejabat atau korporasi. Sekalipun kita tahu, bahwa mereka yang memiliki tanggung-jawab besar atas hal ini. Namun, kita semua, sebagai warga bumi juga memiliki tanggung-jawab, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.

Salah satunya adalah dengan menebarkan narasi-narasi baik untuk kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan alam. Mubadalah.id berdiri bersama-sama dengan banyak orang yang ingin menanam harapan atas kepulihan alam dan lingkungan hidup. Modul ini adalah bagian dari harapan yang harus terus disemai, ditumbuhkan, dikembangkan, dan dibesarkan bersama-sama. Daiyah, atau para perempuan yang mengajarkan agama di komunitas, merasa terpanggil dan ingin ikut menyemari harapan ini. Dalam Islam, sebagaimana tertera dalam kandungan Modul ini, menjaga dan melindungan alam adalah tanggung-jawab keimanan bagi manusia di muka bumi ini (QS. Al-A’raf, 7: 56).  Karena itu, segala kerusakan alam dan lingkungan hidup, sebagai akibat dari tindakan-tindakan manusia, harus dipulihkan (QS. Ar-Rum, 30: 41).

Salah satu yang menyentuh dari teladan Nabi Muhammad Saw, adalah pernyataan bahwa: “Jikapun hari sudah masuk kiamat (hancur lebur), dan di tanganmu ada satu biji tumbuhan, tanamlah ia”. Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad, dan menurut beberapa ulama hadits adalah shahih. Artinya, tanggung-jawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, begitupuan mengembalikan dan memulihkannya dari kerusakan, adalah panggilan keimanan dan teladan kenabian.

Modul ini berisi berbagai informasi dasar mengenai pokok-pokok ajaran Islam dalam melestarikan alam dan lingkungan hidup, isu-isu krusial secara umum, data-data utama, serta contoh-contoh baik dari berbagai individu, lembaga pendidikan seperti pesantren, dan komunitas yang sudah berbuat. Diharapkan, melalui modul ini, para daiyah bisa menjadi harapan kita semua, untuk bersama-sama menyerukan kepulihan dan keberlanjutan alam kepada komunitas masing-masing. Di tengah kegelapan karena kerusakan alam yang masif, modul ini bersama para daiyahnya adalah ibarat lilin-lilin kecil yang menerangi jalan kita.

Kepada para penulis, Mbak Nyai Thoah Jafar, Mbak Listia, mba Hijroatul Maghfirah, dan Mas Asrof, kami menghaturkan terimakasih. Mereka tidak hanya menulis, tetapi juga menemui dan mengenali kebutuhan para daiyah, menyusun tema-tema sesuai dengan kondisi lapangan mereka, dan lalu menuliskannya sebagai panduan dalam kerja-kerja dakwah di berbagai komunitas. Ini bukan kerja mudah. Para penulis ini berhak lebih dari sekedar ungkapan terimakasih. Kepada seluruh pegiat utama Mubadalah.id, terutama Zahra Amin, Dul, Vevi Alma, Fitri Azizah, Aida Nafisah, Arul, Fauzan, dan Mumu, juga layak memperoleh apresiasi atas dedikasi mereka.

Semoga semua ini menjadi amal jariyah yang mengantar mereka dan kita semua pada kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Amin.


Cirebon, 19 Nopember 2022

Faqihuddin Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id