2021 Hadith of Women Leadership in the Qira'ah Mubadalah Approach

Dari Kupipedia
Revisi per 12 Juli 2024 02.51 oleh Agus Munawir (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
2021 Hadith of Women Leadership in the Qira'ah Mubadalah Approach
NO PHOTO.jpg
JudulJurnal Living Hadis
SeriVol. 6 No. 1 (2021)
Tahun terbit
2021-06-21
ISBN2548-4761
Nama Jurnal : Jurnal Living Hadis
Seri : Vol. 6 No. 1 (2021)
Tahun : 2021-06-21
Judul Tulisan : Hadith of Women Leadership in the Qira'ah Mubadalah Approach
Penulis : Ziyan Yusriana Asri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Indal Abror (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Abstrak

Hadis menjadi sumber kedua hukum dalam islam yang pemaknaannya secara tekstual dan kontekstual. Beberapa hadis membutuhkan redaksi dari teks-teks al-Qur’an untuk mendapatkan pemahaman atas hadis yang diteliti. Dalam penelitian ini, kami mengangkat satu hadis yang masih menjadi perdebatan masyarakat. Fokus penelitiannya yakni hadis kepemimpinan perempuan yang akan dikaji dengan metode qira’ah mubadalah yang dipelopori oleh Faqihuddin Abdul Qadir. Langkah penelitiannya yakni dengan mengtakhrij hadis dan menjelaskan syarahnya kemudian mengaplikasikan metode kerja qira’ah mubadalah sebagai langkah untuk mendapatkan pemahaman hadis yang tidak mensubornasi perempuan lagi. selanjutnya menjelaskan peran-peran yang pernah dilakukan perempuan di ruang publik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prinsip dasar islam yang digunakan pada hadis tersebut yakni surah an-nisa ayat 59 dan surah at-taubah ayat 71. Pada kedua ayat tersebut menjelaskan atas bagaimana balasan bagi orang yang yang beriman dan taat kepada pemimpinnya. Kemudian gagasan utama yang ditemukan saat mengaplikasikan metode mubadalah yaitu tidak adanya keberuntungan atau kemenangan bagi suatu bangsa. Dan langkah terakhir ialah memasukkan subjek yang tidak disebutkan yaitu laki-laki. Laki-laki bisa saja melakukan kerusakan jika ia menjadi pemimpin.Pemahaman yang diberikan oleh metode mubadalah yaitu bagaimana menjadikan suatu hadis memiliki kesan yang merangkul segala pihak, bukan hanya satu saja dan merugikan yang lain dengan cara menggandeng ayat-ayat al-Qur’an pada pemahamannya.


Abstract

Hadith become the source of both law in Islam, where textual and contextual application is used. Some hadith needed editors of the qur’an texts to get an understanding of the hadiths being studied. In this study, we adopted one hadiths which is still a public debate. The focus of this research is that of women’s leadership gifts to be studied by Mubadalah methods the one that was championed by Faqihuddin Abdul Qadir. Footsteps his research was to throne the hadith and to explain the terms and then apply traditional thought Mubadalah as a step to gaining an understanding of the hadith which did not affect women’s subornation anymore. Further explaining the roles that women have performed in public space the study concludes that basic Islamic principle used in the hadith is surah An-Nisa verse 59 and the surah at-taubah verse 71. In both the verse explained the reprisals for those who had faith and obedience to their leaders. Then the main idea when discovered applies the mubadalah method is either the lack of luck or luck a victory for nation. And the final step is to enter the subject which is there is no mention (men). Men could’ve done damage if he’d been a leader. The understanding given by the mubadalah method is how to make a hadith impression at all parties, not only one participant and costs other by using the passage of the qur’an as understanding.




Keywords: Hadith, Textual, Contextual, Women's Leadership, Qira'ah Mubadalah

Untuk membaca penuh artikel ini silahkan klik tautan berikut: https://doi.org/10.14421/livinghadis.2021.2900