Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tulisan Refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia: Perbedaan revisi

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
 
(7 revisi antara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox book|editor=Tim KUPI|publisher=Panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia|image=Buku Proyeksi Masa Depan.jpg|italic title=Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia|isbn=978-602-73831-4-2|pub_date=Juli 2017|cover_artist=Agus Munawir|pages=xiv + 204|series=Cetakan Pertama,|author=Tim KUPI}}Proyeksi Masa Depan [[Ulama Perempuan Indonesia]]; Kumpulan Tulisan [[Refleksi]] [[Tentang Kongres]] Ulama Perempuan Indonesia 25-27 April 2017 M/28-30 Rajab 1438 H
'''''Bagi yang ingin membaca buku ini secara lengkap silahkan download dalam bentuk pdf di link berikut ini'''''{{Infobox book|editor=Tim KUPI|publisher=Kongres Ulama Perempuan Indonesia|image=Berkas:Buku Proyeksi Masa Depan.jpg|italic title=Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tulisan Refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia|isbn=978-602-73831-4-2|pub_date=Juli 2017|cover_artist=Agus Munawir|pages=xiv + 204 hal|series=Cetakan Pertama|author=Tim KUPI|title_orig=Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tulisan Refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia}}


Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat
'''(link''' [https://kupipedia.id/images/5/51/Buku_Proyeksi_Masa_Depan.pdf Download] '''di sini)'''


Buku Proyeksi Masa Depan [[Ulama Perempuan]] Indonesia ini merupakan kumpulan tulisan refleksi [[tentang Kongres]] Ulama Perempuan Indonesia. Penulisnya dari berbagai kalangan, baik yang terlibat langsung dalam kegiatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia ([[KUPI]]) maupun tidak.


Alhamdulillah, setelah berproses sekitar satu bulan lebih, akhirnya buku yang ada di tangan pembaca ini bisa selesai. Buku ini merupakan kumpulan refleksi yang ditulis oleh berbagai kalangan, baik yang terlibat langsung dalam kegiatan [[Kongres Ulama Perempuan]] Indonesia (KUPI) maupun tidak. Dalam posisi sebagai [[panitia]], peserta, pengamat maupun relawan. Tulisan ini juga diperoleh secara langsung dari penulisnya, maupun didapat dari media sosial facebook, grup WhatsApp atau refleksi penulis yang dituangkan dalam website/blog. Oleh karena itu terdapat beberapa tulisan yang sangat pendek hanya beberapa paragraph, juga ada yang mengungkapkannya dalam bentuk puisi.
Tulisan ini diperoleh secara langsung dari penulisnya, maupun didapat dari media sosial Facebook, grup WhatsApp atau refleksi penulis yang dituangkan dalam website/blog. Oleh karena itu terdapat beberapa tulisan yang sangat pendek hanya beberapa paragraph, juga ada yang mengungkapkannya dalam bentuk puisi.


Kumpulan refleksi ini penting untuk dibukukan sebagai sebuah ikhtiar mendokumentasikan seluruh pikiran dan curahan hati dari semua yang terlibat dalam [[proses]] KUPI. Sehingga di kemudian hari bisa memberi manfaat bagi generasi pelanjut. Di samping itu, pendokumentasian ini bisa menjadi salah satu alat evaluasi jika kegiatan serupa dilaksanakan di masa mendatang. Dengan mengacu pada dokumentasi ini, diharapkan kegiatan serupa terlaksana dengan lebih baik lagi. Pendokumentasian ini juga diharapkan memberi manfaat bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan waktu atau berhalangan hadir dalam kegiatan KUPI. Dengan membaca buku ini, mereka bisa memahami dinamika yang terjadi selama kongres berlangsung.
Buku ini diharapkan memberi manfaat bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan waktu atau berhalangan hadir dalam kegiatan KUPI. Dengan membaca buku ini, mereka bisa memahami dinamika yang terjadi selama kongres berlangsung.


Karena merupakan kumpulan refleksi, maka pembaca akan mendapati tulisan yang mungkin berulang. Satu bahasan, ditulis oleh beberapa orang. Ada juga beberapa orang menulis beberapa kali (momen yang berbeda). Kesemuanya itu pada akhirnya akan menghantarkan pembaca pada satu pemahaman atau penggambaran kegiatan KUPI secara utuh. Karena dalam buku ini, para penulis menyampaikan refleksinya mulai dari persiapan, pelaksanaan/dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan KUPI hingga sesudah pelaksanaan KUPI bahkan beberapa penulis menyampaikan kronologis atau sejarah panjang kenapa KUPI ini bisa terselenggara.
Untuk memudahkan pembaca, kumpulan refleksi ini diklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu ;


Untuk memudahkan pembaca, kumpulan refleksi ini diklasifikasi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisi setidaknya 25 tulisan tentang persiapan dan pelaksanaan kegiatan yang lebih banyak disampaikan oleh panitia KUPI. Di bagian ini, beberapa penulis menguraikan mengenai kronologis dan sejarah panjang gerakan perempuan atau isu feminisme masuk dalam ranah isu-isu keagamaan (Islam). Juga disebutkan [[lembaga]]-lembaga yang konsen pada isu-isu Islam dan gender. Penulis lain menyampaikan terkait persiapan KUPI yang menguras tenaga, pikiran, waktu dan materi, meskipun dalam keterbatasan, namun panitia memiliki semangat dan tujuan yang sama. Termasuk bagaimana panitia mempersiapkan KUPI dan mendapat dukungan dari [[tokoh]] masyarakat, tokoh agama juga pemerintah/Negara.
Bagian pertama berisi setidaknya 25 tulisan tentang persiapan dan pelaksanaan kegiatan yang lebih banyak disampaikan oleh panitia KUPI (halaman 3). Di bagian ini, beberapa panitia yang terlibat menceritakan haru-biru persiapan dan suasana pelaksanaan KUPI di Cirebon. Salah satu tulisan menceritakan bagaimana tangan-tangan ajaib secara sukarela memberikan bantuan penuh ikhlas tanpa ragu, baik berupa dana, tenaga, pikiran, dan waktu.  


Bagian kedua, berisi 22 tulisan dimana para penulis lebih banyak menyampaikan refleksinya terkait pelaksanaan kegiatan KUPI. Bagaimana suasana batin peserta yang ikut dalam kegiatan KUPI selama tiga hari di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat. Juga ada yang menyampaikan bagaimana kesiapan dan kesigapan panitia dalam melayani semua kebutuhan peserta KUPI dan lain sebagainya. Sehingga selama mengikuti kegiatan KUPI, peserta merasa enjoy dan terfasilitasi semua kebutuhan teknisnya.
Mereka juga memberikan gambaran kilas balik terlaksananya KUPI yang awalnya hanya sebuah ide dan cita-cita dari beberapa pihak yang telah lama mengimpikan adanya pengakuan ulama perempuan.


Bagian ketiga, ada 17 tulisan yang memaparkan isu-isu utama yang dibahas dalam kongres. Di bagian ini, peserta atau penulis merefleksikan bagaimana isu-isu yang dibahas dalam kongres sebagai sebuah keberanian dan sumbangsih ulama perempuan terhadap kemanusiaan. Bahkan tidak sedikit yang menaruh harapan besar terhadap gerakan perempuan yang akan membawa perubahan besar bagi keadilan dan kesetaraan dan menjadi titik awal dari kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.
Bagian kedua, berisi 22 tulisan dimana para penulis lebih banyak menyampaikan refleksinya terkait pelaksanaan kegiatan KUPI (halaman 99). Bagaimana suasana batin peserta yang ikut dalam kegiatan KUPI selama tiga hari di Pondok Pesantren [[Kebon Jambu Al-Islamy|Kebon Jambu al-Islamy]] Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat.  


Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca terutama kepada penulis, apabila masih terdapat banyak kekuranglayakan dalam penyajian buku ini. Mungkin ada beberapa tulisan refleksi yang judulnya dianggap berlebihan, kurang sesuai. Hal ini karena semata-mata penyusun tidak mampu menyelami secara hakiki apa yang dikehendaki oleh penulis. Penyusun hanya memberi judul pada tulisan (refleksi yang belum diberi judul), sebagai pemenuhan kelayakan sebuah tulisan dalam buku. Juga tata cara penulisan dalam buku ini tidak sepenuhnya memenuhi standar transliterasi karya ilmiah maupun lainnya. Itu semua karena keterbatasan waktu, kemampuan dan keahlian penyusun.
Juga ada yang menyampaikan bagaimana kesiapan dan kesigapan panitia dalam melayani semua kebutuhan peserta KUPI dan lain sebagainya. Sehingga selama mengikuti kegiatan KUPI, peserta merasa enjoy dan terfasilitasi semua kebutuhan teknisnya.


Akhirnya kami sampaikan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam penulisan refleksi ini, juga kepada panitia yang mempercayakan proses penyusunan kumpulan refleksi ini kepada kami. Kepada pembaca, kami sampaikan selamat membaca…<br>
Salah satu tulisan menjabarkan rangkaian acara selama tiga hari pelaksanaan KUPI. Hari Pertama, fokus pada penyampaian visi dan misi KUPI. Dalam sambutannya, Nyai Hj. [[Masriyah Amva]], sebagai Pengasuh Pesantren Kebon Jambu, menegaskan bahwa upaya kultural melalui KUPI untuk meneguhkan peran-peran keulamaan perempuan bukan untuk menyaingi apalagi melibas kaum laki-laki, tapi sebaliknya menjadi mitra bagi ulama-ulama laki dalam menyelesaikan masalah-masalah keagamaan, kebangsaan dan kemanusian dengan kemampuan dan pengetahuan yang disertai dengan cinta dan kelembutan yang menjadi kekhasan perempuan.


Pada hari kedua, session Seminar Nasional dengan tema “Peran, Metodologi, Tantangan  dan strategi ulama perempuan dalam meneguhkan nilai-nilai keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan” yang menghadirkan empat narasumber juga sangat inspitarif dalam mengafirmasi kerja-kerja ulama perempuan pada masa lalu, dan meneguhkan serta melegitimasi peran dan wilayah kerja keulamaan perempuan saat ini.


[[:File:Buku_Proyeksi_Masa_Depan.pdf|Download]]
Kegiatan selanjutnya adalah diskusi pararel yang terdiri dari 9 tema, di antaranya: Metodologi [[Ijtihad]] isu-isu kontemporer, tantangan dan peluang pendidikan keulamaan perempuan, penghentian kekerasan seksual, perlindungan anak dari pernikahan dini, perlindungan buruh migran, dan lain-lain.
 
Pada hari ketiga, salah satu kegiatannya adalah bahtsul masaail, merupakan kegiatan yang juga mendapat respon yang baik dari para peserta dan pengamat dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini membahas beberapa masalah di antaranya: Pernikahan Anak, Kekerasan Seksual baik di luar dan dalam pernikahan, dan kerusakan alam dalam konteks ketimpangan sosial. Kemampuan dan peran ulama perempuan kembali terlihat nyata dalam kegiatan ini, dengan lahirnya fatwa-fatwa terkait masalah-masalah tersebut yang dideklarasikan pada saat penutupan kongres.
 
Bagian ketiga, ada 17 tulisan yang memaparkan isu-isu utama yang dibahas dalam kongres (halaman 155). Di bagian ini, peserta atau penulis merefleksikan bagaimana isu-isu yang dibahas dalam kongres sebagai sebuah keberanian dan sumbangsih ulama perempuan terhadap kemanusiaan.
 
Di sini juga disebutkan tentang simpang-siur istilah “ulama perempuan”. Masih ada di kalangan peserta yang belum bisa menerima konsep ulama perempuan. Bagi mereka ulama perempuan dirancang sebagai saingan bagi ulama laki-laki, KUPI di-setting oleh para penyokong dana, narasumber yang dipertanyakan “keulamaannya”, dan perdebatan-perdebatan lainnya yang terus bergulir sepanjang acara KUPI.
 
Namun demikian, tidak sedikit juga yang menaruh harapan besar terhadap gerakan perempuan yang akan membawa perubahan besar bagi keadilan dan kesetaraan dan menjadi titik awal dari kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.
 
Buku ini menjadi penting bagi siapa saja yang ingin memahami cikal-bakal konsep “ulama perempuan” dan kiprah mereka dari masa ke masa, hingga kini mulai bergema kembali di seluruh dunia.


[[Kategori:Khazanah]]
[[Kategori:Khazanah]]
[[Kategori:Buku KUPI]]

Revisi terkini pada 6 Juli 2023 04.41

Bagi yang ingin membaca buku ini secara lengkap silahkan download dalam bentuk pdf di link berikut ini

Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tulisan Refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia
Buku Proyeksi Masa Depan.jpg
JudulProyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tulisan Refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia
PenulisTim KUPI
EditorTim KUPI
Desain coverAgus Munawir
SeriCetakan Pertama
PenerbitKongres Ulama Perempuan Indonesia
Tahun terbit
Juli 2017
Halamanxiv + 204 hal
ISBN978-602-73831-4-2

(link Download di sini)

Buku Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia ini merupakan kumpulan tulisan refleksi tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Penulisnya dari berbagai kalangan, baik yang terlibat langsung dalam kegiatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) maupun tidak.

Tulisan ini diperoleh secara langsung dari penulisnya, maupun didapat dari media sosial Facebook, grup WhatsApp atau refleksi penulis yang dituangkan dalam website/blog. Oleh karena itu terdapat beberapa tulisan yang sangat pendek hanya beberapa paragraph, juga ada yang mengungkapkannya dalam bentuk puisi.

Buku ini diharapkan memberi manfaat bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan waktu atau berhalangan hadir dalam kegiatan KUPI. Dengan membaca buku ini, mereka bisa memahami dinamika yang terjadi selama kongres berlangsung.

Untuk memudahkan pembaca, kumpulan refleksi ini diklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu ;

Bagian pertama berisi setidaknya 25 tulisan tentang persiapan dan pelaksanaan kegiatan yang lebih banyak disampaikan oleh panitia KUPI (halaman 3). Di bagian ini, beberapa panitia yang terlibat menceritakan haru-biru persiapan dan suasana pelaksanaan KUPI di Cirebon. Salah satu tulisan menceritakan bagaimana tangan-tangan ajaib secara sukarela memberikan bantuan penuh ikhlas tanpa ragu, baik berupa dana, tenaga, pikiran, dan waktu.

Mereka juga memberikan gambaran kilas balik terlaksananya KUPI yang awalnya hanya sebuah ide dan cita-cita dari beberapa pihak yang telah lama mengimpikan adanya pengakuan ulama perempuan.

Bagian kedua, berisi 22 tulisan dimana para penulis lebih banyak menyampaikan refleksinya terkait pelaksanaan kegiatan KUPI (halaman 99). Bagaimana suasana batin peserta yang ikut dalam kegiatan KUPI selama tiga hari di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat.

Juga ada yang menyampaikan bagaimana kesiapan dan kesigapan panitia dalam melayani semua kebutuhan peserta KUPI dan lain sebagainya. Sehingga selama mengikuti kegiatan KUPI, peserta merasa enjoy dan terfasilitasi semua kebutuhan teknisnya.

Salah satu tulisan menjabarkan rangkaian acara selama tiga hari pelaksanaan KUPI. Hari Pertama, fokus pada penyampaian visi dan misi KUPI. Dalam sambutannya, Nyai Hj. Masriyah Amva, sebagai Pengasuh Pesantren Kebon Jambu, menegaskan bahwa upaya kultural melalui KUPI untuk meneguhkan peran-peran keulamaan perempuan bukan untuk menyaingi apalagi melibas kaum laki-laki, tapi sebaliknya menjadi mitra bagi ulama-ulama laki dalam menyelesaikan masalah-masalah keagamaan, kebangsaan dan kemanusian dengan kemampuan dan pengetahuan yang disertai dengan cinta dan kelembutan yang menjadi kekhasan perempuan.

Pada hari kedua, session Seminar Nasional dengan tema “Peran, Metodologi, Tantangan  dan strategi ulama perempuan dalam meneguhkan nilai-nilai keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan” yang menghadirkan empat narasumber juga sangat inspitarif dalam mengafirmasi kerja-kerja ulama perempuan pada masa lalu, dan meneguhkan serta melegitimasi peran dan wilayah kerja keulamaan perempuan saat ini.

Kegiatan selanjutnya adalah diskusi pararel yang terdiri dari 9 tema, di antaranya: Metodologi Ijtihad isu-isu kontemporer, tantangan dan peluang pendidikan keulamaan perempuan, penghentian kekerasan seksual, perlindungan anak dari pernikahan dini, perlindungan buruh migran, dan lain-lain.

Pada hari ketiga, salah satu kegiatannya adalah bahtsul masaail, merupakan kegiatan yang juga mendapat respon yang baik dari para peserta dan pengamat dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini membahas beberapa masalah di antaranya: Pernikahan Anak, Kekerasan Seksual baik di luar dan dalam pernikahan, dan kerusakan alam dalam konteks ketimpangan sosial. Kemampuan dan peran ulama perempuan kembali terlihat nyata dalam kegiatan ini, dengan lahirnya fatwa-fatwa terkait masalah-masalah tersebut yang dideklarasikan pada saat penutupan kongres.

Bagian ketiga, ada 17 tulisan yang memaparkan isu-isu utama yang dibahas dalam kongres (halaman 155). Di bagian ini, peserta atau penulis merefleksikan bagaimana isu-isu yang dibahas dalam kongres sebagai sebuah keberanian dan sumbangsih ulama perempuan terhadap kemanusiaan.

Di sini juga disebutkan tentang simpang-siur istilah “ulama perempuan”. Masih ada di kalangan peserta yang belum bisa menerima konsep ulama perempuan. Bagi mereka ulama perempuan dirancang sebagai saingan bagi ulama laki-laki, KUPI di-setting oleh para penyokong dana, narasumber yang dipertanyakan “keulamaannya”, dan perdebatan-perdebatan lainnya yang terus bergulir sepanjang acara KUPI.

Namun demikian, tidak sedikit juga yang menaruh harapan besar terhadap gerakan perempuan yang akan membawa perubahan besar bagi keadilan dan kesetaraan dan menjadi titik awal dari kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.

Buku ini menjadi penting bagi siapa saja yang ingin memahami cikal-bakal konsep “ulama perempuan” dan kiprah mereka dari masa ke masa, hingga kini mulai bergema kembali di seluruh dunia.