Ulama Perempuan Tidak Kemana-mana, Tapi Ada Di Mana-mana
Alhamdulillah, meskipun saya gagal mengikuti acara KUPI yang dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis, 25-27 April 2017, bertempat di Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin Cirebon, yang dipimpin oleh Nyai Hj. Masriyah Amva. Saya turut bersyukur acara berjalan dengan lancar dan sukses.
Acara KUPI dihadiri sekitar 500 ulama perempuan sebagai peserta inti, dan 200 orang peserta tamu/observer. Di acara KUPI, siapapun bisa berpartisipasi, berasal dari manapun, dengan satu tujuan untuk kemaslahatan dan kesetaraan.
Awalnya saya mendapatkan info acara KUPI dari Ibu Nyai Badariyah Fayumi, waktu silaturahmi ke kediaman beliau. Dan diminta untuk ikut datang. Saya pun dengan penuh semangat mengusahakan untuk bisa datang, tapi apa boleh buat, Allah belum mengizinkan, ada tugas yang tidak bisa saya tinggalkan.
Alhamdulillah, meskipun tidak bisa mengikuti acara kongres tersebut, namun masih diberi kesempatan untuk bisa mengikuti berbagai informasi acara KUPI, baik melalui group WA ataupun melalui media informasi lainnya.
Dengan adanya group WA KUPI, saya bisa ikut merasakan, betapa bahagianya bisa berkumpul di acara luar biasa itu. Dan tanpa sengaja, banyak bertemu dengan para alumni satu almamater, PP. al-Muayyad Mangkuyudan, Surakarta.
Meskipun baru melalui media sosial, tapi menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Ikut senang dan bangga mempunyai para senior menjadi tokoh panutan, dan orang yang berhasil.
Di Group WA KUPI, saya juga bisa menimba ilmu dan melihat para peserta berasal dari berbagai disiplin keilmuan yang menjunjung tinggi toleransi dan mementingkan kemaslahatan umat. Saya juga bisa melihat betapa semangatnya panitia KUPI dalam mempersiapkan acara bersejarah ini.
Panitia dengan sabarnya menjawab semua pertanyaan dari peserta KUPI, yang seringkali mengulang pertanyaan yang sama dengan pertanyaan sahabat KUPI sebelumnya. Tapi panitia sabar dan setia menjawab pertanyaan itu, dengan bijaksana dan santun, tidak ada terlihat sedikitpun nada jengkel ataupun marah. Hampir 24 jam panitia dengan setia menjawab dan menunggu kabar dari para peserta KUPI.
Panitia sie penjemputan para peserta, di berbagai tempat transportasi kompak dan kreatif. Mereka menggunakan kaos KUPI warna pink yang identik dengan perempuan, padahal mereka para laki-laki.
Di Group KUPI, saya juga melihat banyak perempuan-perempuan luar biasa tak pernah lelah berbagi ilmu dengan sesama, di komunitas masing-masing, dan dari berbagai disiplin keilmuan. Para perempuan-perempuan pejuang kemaslahatan umat, para perempuan yang menjunjung tinggi kesetaraan profesional, para perempuan yang terus berjuang demi keadilan, dan para perempuan penuh semangat pantang menyerah demi keadilan, serta para perempuan yang mempunyai harapan besar untuk Agama dan Bangsa Indonesia tercinta.
Seperti yang disampaikan Ibu Nyai Badariyah Fayumi, tujuan KUPI adalah semata-mata untuk menjadi partner berjuang bagi laki-laki dalam menjalani skenario kehidupan dari Tuhan, yang mempunyai tujuan akhir mengenal Allah dengan segala kemahaadilan-Nya, serta mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan dalam ajaran syari'at untuk kebangsaan dan kamanusiaan.
Terima kasih banyak saya haturkan kepada para ulama perempuan di dunia, yang senantiasa menjadi inspirasi, penyemangat para generasi penerus tiada henti, sehingga saya pribadi bangga menjadi perempuan.
Semoga Allah swt selalu meridhoi dan melindungi para pahlawan perempuan sedunia, dipanjangkan umurnya, diberikan kesehatan, keberkahan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Amin.
Penulis: Shofi Puji Astiti, M.Pd.I
(Peserta KUPI asal Surakarta Jawa Tengah)