Rahimun

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Rahimun
Rahimun.jpeg
Tempat, Tgl. LahirAceh Besar, 5 Juni 1968
Aktivitas Utama
  • Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh (2017-sekarang)
  • Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Rahmah Pagar Air Aceh Besar (2001-sekarang)
Karya Utama
  • Pendiri Pondok Pesantren Ar-Rahmah Pagar Air Aceh Besar (2001)
  • Pendiri Yayasan Ar-Rahmah Pagar Air (2007)

Ibu Rahimun lahir di Aceh Besar pada 5 Juni 1968. Saat ini ia aktif sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Ia juga merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Ar-Rahmah Pagar Air Aceh Besar dan Yayasan Ar-Rahmah Pagar Air.

Ibu Rahimun pertama kali berinteraksi dengan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada kongres pertama yang diselenggarakan di Cirebon tahun 2017. Ia diundang untuk memberikan kontribusi berupa pemikiran dan berbagi pengalamannya selama berdakwah di masyarakat. Pasca KUPI ia masih berinteraksi dan berkomunikasi secara personal dengan sahabat-sahabat ulama perempuan dan kolega KUPI lainnya.

Riwayat Hidup

Sejak lahir sampai saat ini Ibu Rahimun masih bertempat tinggal di Aceh Besar, tepatnya di Kecamatan Ingin Jaya. Ia merupakan putri dari Bapak Ibrahim Abbas dan Ibu Raudhah Binti Letnan Razali. Ia menyelesaikan jenjang S1 dari Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 2002. Setelah itu, ia melanjutkan studi Magister di IAIN Ar-Raniry, hanya saja pendidikannya tak rampung. Ia juga pernah menempuh pendidikan Studi Purnawira Ulama pada tahun 2002 serta Kursus Singkat Pengetahuan Kapasitas Ulama Perempuan, PPIM UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 2007.

Ibu Rahimun merupakan seorang perempuan yang sedari kecil berjuang untuk bisa menempuh pendidikan yang ia inginkan. Besar di lingkungan keluarga yang keadaan perekonomiannya tidak selalu stabil, ia terbentuk menjadi seorang perempuan yang tegar dan tangguh. Sejak kecil, ia ikut berpindah-pindah tempat mengikuti orang tuanya. Terhitung lebih dari lima kali ia berpindah-pindah, dari SD yang satu ke SD yang lainnya. Karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkannya untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum, ia pun melanjutkan pendidikannya ke pesantren.

Di pesantren, Ibu Rahimun berjuang dengan gigih untuk bisa meraih cita-cita. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi seorang guru pendidikan agama dan cita-citanya saat ini telah terwujud. Perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika-liku menjadikan dirinya sebagai seorang tokoh perempuan dan panutan bagi lingkungannya. Selepas menempuh pendidikan di pesantren, ia mendirikan sebuah balai pengajian pada tahun 2001 yang kemudian menjadi pesantren dari tanah hibah yang diberikan oleh orang tuanya. Menurutnya, sebagai seorang ulama haruslah memiliki kapasitas secara keilmuan dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat, dan seorang ulama harus kembali kepada masyarakat. Mendirikan sebuah pesantren bagi Ibu Rahimun merupakan sebuah langkah untuk ia kembali kepada masyarakat dan menjadikan dirinya diakui oleh masyarakat.

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Ibu Rahimun cukup beragam. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar dan anggota dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dari tahun 2017 sampai saat ini. Ia juga mendirikan, memimpin, dan mengajar di Dayah atau Pondok Pesantren Ar-Rahmah Pagar Air Aceh Besar, mulai dari tahun 2001 sampai sekarang, dan mendirikan Yayasan Ar-Rahmah Pagar Air pada tahun 2007. Selain itu, Ibu Rahimun juga mendirikin sekolah bagi anak-,anak yaitu TKA-TPA-TPQ Ar-Rahmah pada tahun 2007 dan TK Tahfidzul Qur’an Ar-Rahmah (PAUD IT) pada tahun 2016.

Ibu Rahimun menjadi pengasuh di beberapa majelis taklim di Aceh, diantaranya yaitu Majelis Taklim Raudhatul Jinan Gampong Bineh Blang tahun 2001 sampai saat ini; Majelis Taklim An Nisa Mesjid Jamik Pagar Air tahun 2001 sampai saat ini; Majelis Taklim Gampong Jurong Peujera Kec. Ingin Jaya Aceh Besar, tahun 2001 sampai saat ini. Ia aktif di beberapa organisasi, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2000, BKPRMI Aceh tahun 2006-2014, Fatayat NU Aceh tahun 2007-2017, dan Muslimah NU Aceh pada tahun 2018 sampai saat ini.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

Pada tahun 2007 Ibu Rahimun pernah mengikuti sebuah pelatihan tentang Islam dan perdamaian. Di dalam pelatihan tersebut, ia mendapatkan Kurikulum Damai yang menurutnya sangat bagus dan dipergunakan di pesantren yang didirikannya, yaitu Ar Rahmah Pagar Air. Kurikulum Damai yang berprinsip damai di dunia dan damai di akhirat diajarkan kepada anak-anak santri. Ia juga mengajarkan fikih kepada para santri yang sekaligus ia manfaatkan untuk mengembangkan pemahaman anak-anak didiknya mengenai gender. Sebagaimana Rasulullah mendidik, menyampaikan ilmu dengan asas kesetaraan, perdamaian, dan kebersamaan, nilai-nilai perjuangan Ibu Rahimun saat ini adalah keislaman, keadilan, perdamaian, menghormati satu sama lain, sayang teman, dan tidak suka lawan.

Menjadi seorang tokoh, apalagi tokoh ulama perempuan tidaklah mudah. Tak sedikit tantangan yang dihadapi oleh Ibu Rahimun. Dalam perjalanannya, ia harus mendekati elit pemerintahan setempat, baik pusat maupun daerah. Upaya tersebut dilakukan agar ia dapat diterima bukan hanya oleh masyarakat, tetapi juga oleh pemangku kebijakan agar perjuangannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terbukti dari perjuangan yang telah dilakukan dan atas kerja sama yang dijalinnya baik dengan masyarakat, tokoh agama, dan elit pemerintah, lahan yang awalnya hanya sekitar 500 meter bertambah menjadi 1500 meter. Tak hanya itu, pembangunan infrastruktur pun ikut serta berkembang.

Menurutnya, sebagai seorang ulama penting kiranya untuk terus membuka diri, mengambil peluang yang ada, dan menambah wawasan. Ibu Rahimun aktif mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelatihan tersebut mulai dari peningkatan kapasitas bagi perempuan, public speaking, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Ilmu-ilmu yang ia dapatkan menjadi bekal dakwahnya di masyarakat. Dalam dakwahnya, ia sering menyampaikan bahwa untuk menjadi seorang tokoh pejuang, perempuan harus berani membela yang benar.

Ada banyak ulama perempuan di Aceh, namun hanya sedikit yang mau membuka diri dan wawasan mereka. Ibu Rahimun berpendapat, dalam berjuang perlu kiranya untuk bergandengan tangan dan bekerja sama membahas permasalahan-permasalahan yang ada. Mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan dan kursus singkat merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas perempuan dan peluang untuk memperluas wawasan, pengetahuan, serta pengalaman. Segala hal yang didapat dari kegiatan tersebut menjadi bekal yang dapat dibagikan dan diceritakan kepada jamaah majelis taklim dan para santri agar bisa mengikuti jejaknya. Menurutnya, apa yang diperoleh hari ini tidak boleh berhenti di tangan kita, tetapi harus bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Tantangan lain yang dihadapi oleh Ibu Rahimun berkaitan dengan kebijakan yang tidak pro terhadap tokoh perempuan. Di Aceh Besar, masih ada kebijakan yang tidak berperspektif gender. Perempuan kerap ditinggalkan dan dinomorduakan. Tokoh-tokoh perempuan pun masih sedikit. Kuota perempuan di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh saja hanya sebesar 3 persen. Ia mengatakan, jika dibandingkan sejak tahun 2004 sampai sekarang, perhatian pemerintah terhadap perempuan semakin berkurang. Tantangan ini semakin berat karena gerakan dan kelompok yang perhatian dengan persoalan perempuan masih minim di Aceh Besar. Ibu Rahimun banyak melakukan kegiatan dan gerakannya sendiri.

Misalnya, gerakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Aceh belum bisa melakukan pendekatan kepada pemerintah untuk memberikan perhatian yang serius terhadap persoalan perempuan dan mengimplementasikan pengarusutamaan gender dalam setiap kebijakannya. KUPI selama ini baru bergerak di bidang pengembangan pengetahuan, intelektualitas, dan organisasi.

Pada saat ini, Ibu Rahimun berfokus di kegiatan-kegiatan pondok pesantrennya yaitu Ar Rahmah Pagar Air Aceh Besar, serta menjadi pengasuh di beberapa majelis taklim seperti Majelis Taklim Raudhatul Jinan Gampong Bineh Blang, Majelis Taklim An Nisa Mesjid Jamik Pagar Air, Majelis Taklim Gampong Jurong Peujera Kec. Ingin Jaya Aceh Besar, dan majelis taklim lainnya yang berada di Aceh. Perjuangannya masih terus dilanjutkan, dia pun menunggu terobosan-terobosan yang akan dilakukan oleh Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), baik di pusat maupun di daerah, terobosan tentang bagaimana KUPI memberikan segmen pengajarannya, serta bagaimana keulamaan perempuan perlu kesatuan, persatuan, dan kebersamaan.

Penghargaan dan Prestasi

Ibu Rahimun pernah mendapatkan piagam penghargaan Bupati Aceh Besar Tahun 2009, dalam rangka Hari Ibu ke 81, sebagai Tokoh Perempuan Berprestasi di Bidang Keagamaan, atas pengabdian dan partisipasinya di bidang keagamaan secara terus-menerus di Aceh Besar dan dinobatkan sebagai Penyuluh Honorer Terbaik II Kemenag Aceh Besar tahun 2010.          

Karya-Karya

Ibu Rahimun aktif terlibat di berbagai kegiatan baik yang bersifat akademis maupun non-akademis. Ia terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti Penguatan Ekonomi yang diselenggarakan oleh Forum Bangun Aceh Berbasis Ekonomi Masyarakat (FBA), pada 1 Januari 2009 di Dayah Ar-Rahmah; Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Masyarakat yang diselenggarakan oleh Balai Latihan Kerja Industri, pada 10 Agustus 2009 di Dayah Ar-Rahmah; Pelatihan Public Speaking dan Leadership yang diselenggarakan oleh Logica Aceh, pada 25-27 Agustus 2009 di Dayah Ar-Rahmah; Pelatihan Melestarikan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Forum Perempuan Sumber Daya Alam Aceh, pada 1 Januari 2018 di Dayah Ar-Rahmah sebagai panitia pelaksana kegiatan.

Ia juga menjadi narasumber dan tutor pada beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh instansi atau dinas terkait yang berada di daerahnya, seperti Penguatan Guru-guru TPA Se-Aceh Besar yang diselenggarakan oleh LPPTKA-BKPRMI dan BRR, pada 23 Oktober 2007 di Dayah Ar-Rahmah; Pelatihan Guru TPA yang diselenggarakan oleh Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Tenggara dengan Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh, pada 1 Januari 2009 di Kutacane Ibukota Aceh Tenggara; Penelitian Ulama Perempuan yang diselenggarakan oleh Program Pusat Studi Wanita IAIN Ar-Raniry, pada 1 Agustus 2011 di Dayah Ar-Rahmah; Seminar Hari HIV AIDS Dunia yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Aceh dan Dharma Wanita, pada 1 Desember 2014 di Banda Aceh.


Penulis : Irma Khairani
Editor : Nor Ismah
Reviewer : Faqihuddin Abdul Kodir