Halaqah Paralel tentang Dakwah Kekinian Jaringan Muda KUPI (Digital dan Non-digital)

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian


Terkait kerja-kerja ulama perempuan, dalam dakwahnya diperlukan dukungan dari berbagai pihak salah satunya anak muda.  Peranan anak muda menjadi penting sebab mereka dekat dengan dunia digital seperti media sosial. Selain dunia digital, anak muda jaringan KUPI juga bergerak secara luring dengan komunitasnya masing-masing seperti pondok pesantren, kampus, majelis taklim, dan lain-lain. Anak muda yang dekat dengan teknologi informasi memiliki peranan untuk berdakwah dalam rangka menyebarluaskan gagasan dan pendekatan KUPI. Melalui pertemuan bertema “Dakwah Kekinian Jaringan Muda KUPI: Digital dan Non Digital” diharapkan dapat menginspirasi sekaligus memperkuat gerakan anak muda dalam jejaring KUPI.

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 40 peserta dari beragam latar belakang seperti aktivis perempuan, akademisi, pondok pesantren, ormas, dan lain-lain. Adapun narasumber yang hadir dalam kegiatan ini yakni An An Aminah, Kalis Mardiasih, dan Sarjoko, serta fasilitatornya adalah Zahra Amin dari Mubadalah.id. Tema-tema yang diangkat oleh masing-masing narasumber yakni (a) An An Aminah: Kesan-Kesan Reflektif sebagai Ulama Perempuan dalam Dakwah Digital; (b) Kalis Mardiasih: Peluang dan Tantangan Dakwah Keadilan Gender Islam di Media Sosial; (c) Strategi Dakwah dalam Digital.

Dalam paparannya, An An Aminah mengungkapkan bahwa dalam berdakwah, sangat penting untuk memperhatikan target sasaran. Harus ada brainstorming dan latar belakang kelompok sasaran. Cara untuk mengenali target sasaran tersebut, dapat dilakukan melalui games/ kuis yang tersedia di kanal digital. Setelah membuat target sasaran, selanjutnya adalah menetapkan materi yang berkesesuaian dengan kebutuhan kelompok yang disasar. Pendekatan dalam menyampaikan materi juga penting. Misalnya, menggunakan pendekatan orang dewasa dan cara yang interaktif.

Narasumber berikutnya, Kalis Mardiasih menjelaskan terkait strategi dalam berdakwah. Kalis memaparkan bahwa menceritakan pengalaman perempuan sangat penting untuk diangkat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai posisi dan persoalan perempuan di dalam keluarga. Dalam berdakwah, Kalis juga menceritakan bahwa mengangkat kasus yang sedang viral juga menjadi strategi untuk mengangkat konten dan memberi edukasi. Berikut beberapa poin dalam pemaparan Kalis: (a) Prinsip konten adalah kualitas bukan kuantitas, lalu isunya hilang; (b) melihat kekhasan masing-masing kanal, misalnya Twitter dapat melihat trending topic; (c) penting untuk branding isu agar orang-orang mudah melakukan pencarian; (d) sangat penting untuk berdakwah dengan narasi edukatif yang juga menebarkan gagasan.  

Narasumber berikutnya adalah Sarjoko yang menceritakan pengalamannya dalam melakukan dakwah di media sosial. Beberapa poin yang diangkat oleh narasumber. Pertama, dalam mengoptimalisasi media sangat penting untuk membangun pengikut organik. Melalui pengikut yang organik, maka akun juga dapat membuat engagement yang lebih kuat. Meningkatkan pengikut tersebut dipengaruhi oleh konsistensi dalam membuat konten. Kedua, dalam kampanye gerakan perempuan juga dibutuhkan perspektif laki-laki yang peduli terhadap itu tersebut, sehingga keterlibatan laki-laki menjadi penting untuk menarik minat laki-laki lainnya. Ketiga, perjuangan Keadilan Hakiki sangat penting untuk disampaikan pada perempuan maupun laki-laki. [] (ZA)

Selengkapnya untuk mendapatkan informasi tentang dokumen-dokumen pendukung kegiatan ini bisa lihat di Dokumen Kegiatan Halaqah Paralel tentang Dakwah Kekinian Jaringan Muda KUPI (Digital dan Non-digital).