Fauziah Fauzan

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Fauziah Fauzan EL Muhammady, SE, Akt, M.Si
Fauziah.jpeg
Tempat, Tgl. LahirPadang, 5 Januari 1971
Aktivitas Utama
  • Pimpinan Perguruan Diniyyah Putri-Padang Panjang
  • Direktur Diniyyah Training Centre
Karya Utama
  • My Big Dream; Meraih Impian terbesar Hidupku (2010) dan Move on the Right Track (2014)

Fauziah Fauzan El Muhammady, S.E., Akt, M.Si lahir di Padang Panjang, 5 Januari 1971. Ia adalah pimpinan Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang. Yaitu, lembaga pendidikan khusus perempuan tertua di Indonesia yang didirikan oleh tokoh pembaharu Muslimah asal Minangkabau, Rahmah El Yunusiyyah.

Dalam perhelatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) tahun 2017, Zizi hadir sebagai salah satu narasumber dalam diskusi paralel yang membahas isu ‘Pendidikan Pesantren dan Peran Perempuan’. Diskusi ini merupakan salah satu dari 11 diskusi paralel lainnya.

Riwayat Hidup

Fauziah Fauzan atau biasa dipanggil Zizi menempuh pendidikan strata satu di Universitas Padjadjaran, Bandung, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi. Ia melanjutkan ke jenjang magister di Universitas Indonesia, Jakarta, pada Jurusan Akuntansi dan Sistem Informasi (MAKSI) Konsentrasi Auditing, dan Jurusan Akuntansi dan Sistem Informasi (MAKSI) Konsentrasi Sistem.

Semenjak kecil Zizi sudah dididik di Diniyah Puteri dengan pendidikan ala pesantren. Ia mengaku mendapatkan banyak inspirasi dari orang tuanya, terutama sang ayah, berkaitan dengan cita-citanya untuk mengangkat harkat dan martabat para Muslimah. Ayahnya acapkali mengajaknya berdiskusi dengan topik-topik yang cukup berat.

Ia mengisahkan, "Waktu SD, papa yang mengantar ke sekolah karena kita tidak punya sopir. Ketika baru pandai membaca, papa yang bawa mobil, saya disuruh baca headline koran. Kalau headline-nya menarik, lanjut baca isinya." Kebiasaan itulah yang membuat Zizi menyukai isu-isu politik, ekonomi, budaya, dan banyak hal lain sedari kecil.

Sekarang ia menjalankan tugasnya sebagai pimpinan Diniyah Puteri. Ia sering teringat masa kecilnya ketika menempuh pendidikan pesantren. Terkadang, ketika ia menyaksikan kesungguhan beberapa orang santriwati, ia seakan melihat dirinya sendiri di masa kecilnya. Diniyah Puteri adalah rumah baginya, sekaligus wadah yang menampung konsep-konsep besarnya.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

Pada tahun 2003, Zizi yang sudah mapan bekerja di bidang ekonomi di perantauan, tiba-tiba menerima telepon dari keluarganya. Zizi yang merupakan cicit dari kakak Rahmah El Yunusiyyah diminta untuk pulang kampung demi mengurus dan melanjutkan roda kepemimpinan di Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang. Ia menyambutnya dengan penuh suka cita. "Waktu itu Diniyah Puteri sedang mengalami stagnasi. Karena kami banyak bekerja di luar, Diniyah Puteri menjadi kurang fokus penanganannya. Akhirnya, saya kembali pulang tahun 2003," jelasnya.

Zizi memimpin Diniyah Puteri sejak tahun 2006. Ia bukan keturunan langsung dari Rahmah El-Yunusiah, mengingat Rahmah sendiri tidak memiliki keturunan dari perkawinannya yang tidak berlangsung lama dengan Bahaudin Latif. Zizi adalah cicit dari kakak kandung El-Yunusiah, yakni Rihanah, yang dari garis keturunannya ini melahirkan Husainah Nurdin, pemimpin Diniyah Puteri ketiga. Dari garis keturunan Husainah Nurdin inilah, Zizi lahir.

Zizi mengisahkan, ketika terjun ke Diniyah Puteri ia dituntut untuk belajar semua hal. Selama ini, ia terbiasa menghadapi orang-orang setingkat mahasiswa. Namun, untuk memahami seluk-beluk pesantren, ia harus belajar bagaimana menghadapi anak-anak dan remaja. Ia dituntut bisa memahami materi-materi pendidikan untuk tingkatan mereka. Ia menggunakan pengalamannya sebagai ibu untuk memahami persoalan anak-anak dan remaja. "Ketika pulang, saya banyak melihat sisi-sisi kepesantrenan di Diniyah Puteri. Dulu tempat itu menjadi sumber inspirasi bagi pembangunan bangsa. Bahkan, waktu Indonesia belum merdeka, peran Diniyah Puteri sudah ada," jelasnya.

Keseriusannya mengelola Diniyah Puteri benar-benar ia curahkan secara totalitas. Ia posisikan dirinya sebagai orang tua dari sekian ribu santriwatinya. Kesedihannya karena belum kunjung dikaruniai momongan setelah 10 tahun pernikahannya, terobati ketika ia larut dengan para santriwati. Zizi mengaku bertawakal dan memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. "Kalau saya, anaknya belum dikasih Allah. Jadi, anak saya adalah anak-anak pesantren. Saya ngurus anak-anak asrama dan TK (Taman Kanak-kanak). Ada 1.100 anak yang saya urus. Allah belum karuniakan anak, tapi Allah berikan anak-anak yang lebih banyak," jelasnya.

Sementara di mata para santriwati, Zizi sudah dianggap sebagai orang tua mereka karena kasih saying yang ia berikan. Kehadirannya seperti sesosok ibu bagi para santriwati. Posisinya sebagai pimpinan perguruan tidak membuatnya berjarak dengan mereka. Ia sering menerima curahan hati anak-anaknya. Ia adalah sosok ibu inspiratif bagi ribuan santriwati Diniyah Puteri.

Zizi menjelaskan, melalui pesantren, ia ingin melahirkan generasi Muslimah yang cakap di masyarakat. Menurutnya, pesantren adalah lembaga tertua yang banyak berjasa bagi bangsa. Demikian juga untuk saat ini, pesantren harus bisa berperan besar untuk pembangunan bangsa. Pesantren harus menjadi tempat yang banyak memberikan solusi dan inspirasi bagi pembagunan bangsa.

“Pada tahun 2003, masyarakat belum merasakan keberadaan Diniyah Puteri dalam konteks kekinian. Saya melihat, banyak hal yang harus dibenahi. Sesuai visi yang saya bangun, Diniyah Puteri harus menjadi pusat pendidikan Islam yang modern sesuai Al-Quran dan sunah yang mampu menghadapi tantangan zaman," ia memaparkan.

Diniyah Puteri Darussalam merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya mencetak guru agama melainkan juga kader yang akan melakukan pemberdayaan di lingkungan sekitar. Lembaga ini bukan hanya menjadi monumen kegigihan El-Yunusiah untuk mencetak perempuan yang bisa menjadi guru agama dan melakukan reformasi Islam melalui sarana pendidikan, melainkan juga bagian dari dukungannya terhadap pemberdayaan perempuan secara umum. El-Yunusiah sendiri kemudian menjadi salah satu tokoh perempuan yang diakui keulamaan dan otoritas keagamaannya di Sumatera, Indonesia dan dunia pada umumnya.

Pendirian Diniyyah Puteri benar-benar disinkronkan dengan visinya, yaitu menjadi lembaga pendidikan Islam yang terus-menerus menyeimbangkan pola pengajaran Islam yang terpadu Al-Quran, hadis, dan keilmuan modern dalam rangka pembentukan generasi muda Islam yang profesional, beriman, bertakwa, dan siap menghadapi tantangan zaman. Zizi menuntun para santriwati agar menyiapkan blueprint tentang konsep hidup mereka sampai 25 tahun mendatang. Tuntunan ini adalah bentuk dari kasih sayangnya. Menurutnya, jika kita benar-benar sayang kepada anak-anak, kita harus memikirkan masa depan mereka di masa mendatang.

"Kalau mereka ingin jadi ulama, fokusnya di mana? Apakah fikih, tafsir, dan sebagainya. Kitab apa yang dihasilkan? Karyanya dibaca di negara mana? Sekolah ingin di mana? Kalau ingin jadi dokter, dokter spesialis apa? Akan buka praktik di negara mana? Akan buka rumah sakit di mana? Kotribusinya untuk bangsa apa saja? Itu semuanya kita siapkan dalam training super camp," katanya mencontohkan.

Setelah anak-anaknya punya wawasan sedemikian, Zizi membawa mereka berkeliling daerah. Misalkan, ia membawa santriwati kelas VIII ke Jakarta, seperti berkunjung ke Kompleks Parlemen Senayan untuk dikenalkan dengan wawasan kebangsaan. Mereka juga dibawa ke berbagai universitas terkemuka, bursa efek, dan lain sebagainya.

Zizi mengatakan, studi banding bagi para santriwati sangatlah diperlukan agar mereka dapat menyaksikan secara riil bagaimana kondisi perpolitikan, perekonomian, dan sosial budaya di Tanah Air. Tak tanggung-tanggung, ia juga menjadwalkan kelas IX setiap tahunnya untuk studi banding ke Malaysia dan Singapura. Kelas X dibawa ke Jepang dan kelas XI dibawa ke Eropa. “Itu kita siapkan agar mereka punya wawasan dan target-target yang jelas dalam hidupnya. Apa yang akan mereka hasilkan," ujarnya.

Zizi mengaku tertantang untuk melahirkan lembaga pendidikan terbaik yang kontekstual dengan zaman sekarang. Tamatan pesantren harus bisa menjadi solusi dari berbagai macam persoalan masyarakat. Oleh karena itu, pada tahun 2004 Zizi mendirikan Diniyah Sharing Center.

Pesantren Diniyah Puteri banyak memperoleh penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya, Zizi menginspirasi lahirnya robot pelayan di kafe pesantren yang diluncurkan pada Februari 2021. Artinya, pandemic Covid-19 tidak menghalang Zizi dan pesantren yang ia pimpin untuk terus berinovasi dan berkiprah.

Penghargaan dan Prestasi

Zizi pernah tercatat sebagai pengurus MUI Padang Panjang. Namanya kian populer di instansi MUI dan pernah mendapatkan anugerah sebagai tokoh Pendidikan Islam dari Kementerian Agama RI. Tahun 2007, ia meraih penghargaan ‘Citra Wanita Pembangunan Indonesia’. Tahun 2010 ia mendapatkan penghargaan sebagai Penulis Nasional dari PPWI Pusat. Tahun 2013 ia memperoleh penghargaan sebagai ‘Top 50 Leader Indonesia 2013’. Ia juga mendapatkan pengharaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Karya-Karya

Adapun karya-karya yang telah ia hasilkan dan dipublikasikan yakni:

  1.  Training Guide Book International Training: Providing Houses for Low Income People: In Cooperation Asia Afrika Countries, LPPU, Jakarta, 1995
  2.  Accounting Information System, LP3I, Jakarta, 2000
  3.  Cost Accounting II, LP3I, Jakarta, 2000
  4.  Standard Operating Prosedur: Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan LP3I se-Indonesia, LP3I, Jakarta, 2002
  5.  A Great Teacher is A Great Coach, Diniyyah Research Centre, 2010
  6.  Contextual Teaching, Diniyyah Research Centre, 2010
  7.  NLP for Teaching, Diniyyah Research Centre, 2010
  8.  Mengasuh dengan Bahasa Cinta, Diniyyah Research Centre, 2012
  9.  Kiat Menaklukkan Remaja dengan Damai, Diniyyah Research Centre, 2012
  10. A Good leader, Diniyyah Research Centre, 2012
  11. Kita Harus Berubah, Diniyyah Research Centre, 2013
  12. Move on the Right Track, Diniyyah Research Centre, 2014

Daftar Bacaan Lanjutan:


Penulis : Rusli Latief
Editor : Nor Ismah
Reviewer : Faqihuddin Abdul Kodir