Anis Suadah

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Anis Suadah
AnisSuadah.jpeg
Tempat, Tgl. LahirLamongan, 13 Maret 1975
Aktivitas Utama
  • Ketua organisasi APeL ( Aliansi Perempuan Lamongan)
Karya Utama
  • . . .
  • . . .

Anis Suadah (lahir di Moropelang, Lamongan pada 13 Maret 1975). Anis Suadah merupakan Ketua organisasi APeL ( Aliansi Perempuan Lamongan). APeL didirikan pada tahun 2003, APeL didirikan berawal memperjuangkan kuota 30% partisipasi perempuan dalam politik, kini ApeL aktif melakukan pendamping korban kekerasan seksual.

Anis mengetahui tentang isu gender pertama kali di organisasi PMII, namun belum memahami gender dengan perspektif islam. Setelah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Fahima, terkait penguatan perempuan lokal di Lamongan. Anis mulai memahami gender dengan perspektif islam, ini kemudian diperkuat dengan  mengikuti berbagai kajian dari Kyai Faqih , Bu Nur Rofiah dan lain-lain.

Anis mengalami tantangan susahnya menyelipkan pengetahuan kesetaraan gender ketika mendampingi para perempuan korban kekerasan seksual, dan menyebarkan pengetahuan kesetaraan gender di majelis taklim di desanya. Penggunaan media dari bahan bacaan di Rahima, Mubadalah, Fahmina sangat membantu dalam proses penyebaran pengetahuan.

Kajian dari Kyai Faqih dan Ibu Rofiah tak terkecuali juga membantu dalam penyampaian  kesetaraan gender ke ibu-ibu. Apalagi saat berhadapan dengan para pemimpin agama yang menganggap bahwa pengetahuan kesetaraan gender akan membuat para istri menentang para suami. Tak jarang para  istri, perempuan korban kekerasan menerima kekerasan yang dialami karena dianggap takdir. Anis juga dihadapkan dengan berbagai pemimpin daerah yang mengambil kebijakan belum berpihak pada perempuan. Semua ini tak lepas dari masih kentalnya budaya patriarki di masyarakat.

Anis menggunakan strategi pendekatan persuasif, berupa sosialisasi. Pengetahuan tentang kepemimpinan, kekerasan dan keadilan gender  diselipkan pada kegiatan acara keagamaan di Moropelang. Strategi ini diambil atas kesadaran bahwa merubah cara berpikir seseorang butuh proses yang panjang. Maka perlunya Sekolah Perempuan, yang diikuti oleh ibu-ibu Majelis Taklim.

Riwayat Hidup

Anis Suadah merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayahnya merupakan Kyai dan Pengusaha Konveksi di Desa Moropelang. Selain itu, sang Ayah juga aktif di berbagai gerakan kemanusiaan serta menjadi ketua Ansor pimpinan anak cabang. Anis mengikuti jejak sang Ayah dengan aktif di gerakan kemanusiaan khususnya perempuan, pilihannya ini mendapatkan dukungan penuh dari keluarga.

Sejak kecil Anis dikenal sebagai sosok yang tomboy, cuek dan kritis di kelas. Anis sekolah MI di Desa Moropelang, MTS Negeri Babat, kemudian lanjut sekolah di Madrasah Aliyah Tambak Beras Jombang. Anis juga pernah menjadi santriwati di Pesantren Bahrul Ulum. setelah itu ia melanjutkan kuliah di UIN  Sunan Ampel Surabaya, dengan Jurusan Bimbingan Penyuluhan Masyarakat di Fakultas Dakwah. Sebelum lulus kuliah di tahun 1998, ia sudah mengikuti pendampingan P2M2T (Pendamping Sosial Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak).

Saat menempuh pendidikan, kedua orang tua membuka ruang diskusi untuk memilih sekolah, praktik demokrasi telah hadir di rumahnya sejak Anis kecil, ini juga yang diterapkan ke anak-anaknya saat ini. Orang tua membantu mengarahkan, namun mengajarkan tanggung jawab atas pilihan hidup anak-anak.

Apa yang dikerjakan Anis saat ini tak lepas dari peran sang Ayah, Anis diajak mengikuti sang Ayah melihat pekerjaan sang Ayah. Pesan sang ayah yang selalu diingat bahwa mereka tidak memiliki harta, namun Ayahnya akan berusaha menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Tapi, setinggi apapun sekolahmu tetap hormat kepada orang-orang yang ada di sekitarmu. Atas kerja keras kedua orang tua menyekolahkannya, maka ilmu  yang didapatkan digunakan untuk bergerak pada isu kemanusiaan. Baginya  apa yang dikerjakan harus Khoirunnas anfauhum linnas, bermanfaat bagi sesama.

Pengalaman yang tak terlupakan oleh Anis dalam pergerakan adalah pertama kali mengadakan sosialisasi kesehatan reproduksi di pesantren. Awalnya semua bekerja dengan lancar,  namun di tengah berlangsungnya acara, Anis dipanggil Pengurus Pesantren  karena dianggap ilmu barat. Hal ini pun jadi pembicaraan teman-teman di gerakan perempuan, Anis terkenal karena pernah di usir oleh pesantren.

Anis saat ini telah menikah, dan memiliki dua anak laki-laki. Anak pertama kuliah Jurusan Teknik Sipil, anak kedua saat ini berusia 12 tahun dan duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak awal sang suami selalu mendukung apa yang dikerjakan Anis. Ini juga dilihat saat keluarga mendukung Anis ke Filipina, menyampaikan tentang pendidikan kesehatan reproduksi di pesantren serta kontra narasi terkait stigma bahwa pesantren mengajarkan terorisme.

Anis percaya bahwa hanya perempuan yang memahami perjuangan perempuan, justru itu perempuan yang bisa menguatkan perempuan yang lain. Namun, tidak semua perempuan punya kepedulian ke sesama perempuan. Inilah yang mendorongnya melakukan kesadaran pengetahuan kepada perempuan dan anak.

Pengalaman paling berkesan selama pendampingan adalah melihat seorang perempuan yang bertahan dengan suaminya sebagai pelaku kekerasan dalam rumah tangga hingga anak mereka berusia 12 tahun, diperkosa setelah 40 hari lahiran, dan kakinya patah. Anis hadir menjadi teman curhat, dan ingin memperdaya korban keluar dari rantai kekerasan. Anis sendiri diancam dituntut balik oleh pelaku dan keluarga pelaku. Anis tak habis pikir dengan para pelaku kekerasan yang tak mengingat ibunya, saat melakukan kekerasan ke istrinya. Saat ini korban yang didampingi Anis, sudah berpisah dengan sang suami, Anis masih aktif  berkomunikasi dengan korban.

Bagi Anis cara sederhana yang dapat kita lakukan membantu korban kekerasan adalah dengan mengangkat telepon korban kapan pun. Tindakan  ini sangat mempengaruhi keputusan korban selanjutnya, jangan sampai menolak telpon korban saat membutuhkan pendamping, ini bisa membuat pendamping menyesal atas tindakan yang tidak diinginkan. Anis pernah di telpon saat jam 01.00 malam, korban melakukan percobaan bunuh diri. Malam itu sang suami setia menemani perjalanan ke rumah korban, syukurlah korban diselamatkan. Anis sangat bersyukur mengambil keputusan mengangkat telpon di malam itu, yang berpengaruh pada keputusan korban untuk melanjutkan hidup.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

Sejak kuliah Anis aktif sebagai aktivis kampus di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Pada tahun 2011, Anis menjabat sebagai Pemimpin Fatayat di Lamongan.

Keterlibatannya terlibat di KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) sejak tahun 2017, keterlibatannya tak lepas dari keaktifan di Simpul Rahima, dan kegiatan-kegiatan Majelis Taklim yang didukung oleh Majalah Rahima.

Dimana Majelis Taklim atau APeL menggunakan Majalah Rahima, Mubadalah dan Fahmina sebagai bahan bacaan mempelajari kesetaraan gender, kepemimpinan perempuan dan kekerasan seksual. Saat ini ia terlibat sebagai Penyuluh Non PNS di bawah naungan Kementrian Agama, dan mendampingi majelis taklim di desanya.

Penghargaan dan Prestasi

  • Penghargaan pejuang gender
  • Penghargaan APE di Lamongan
  • Ketua Majelis Taklim Al-Istiqomah
  • Anggota Forum Pengada Perempuan dan Anak
  • Fasilitator Forum Anak Lamongan
  • Fasilitator Desa Sadar Hukum di Lamongan

Karya-karya

  • Perda arus utama gender, program perlindungan gender, bermitra dengan Kemenag
  • Pelatihan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan korban KDRT
  • Disahkannya PERDA Pengarusutamaan gender, perlindungan perempuan dan anak, serta anggaran yang responsif gender
  • Pendidikan Kespro kerjasama dengan UPD atau Dinas di Kabupaten
  • Sosialisasi pesantren dan sekolah ramah anak
  • Program di daerah yang menyasar ke Perempuan dan anak-anak

Referensi


Penulis : Aniati
Editor :
Reviewer :