Majlis Ta’lim Rahmah

Dari Kupipedia
Revisi per 20 Agustus 2021 16.04 oleh Agus Munawir (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox lembaga nonstruktural Indonesia|nama=Yayasan Fahmina|gambar=180px|didirikan=November 1999|pimpinan1=Majlis Pembina|nama_pimpinan1...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Yayasan Fahmina
Logo Fahmina.png
Gambaran Umum
DidirikanNovember 1999
Struktur
Majlis Pembina
  • Kamala Chandrakirana
  • Lies Marcoes-Natsir
  • Maria Ulfah Anshor
  • Anas Saidi),
Dewan Pengawas
  • Hilmy Ali
  • Idris Abbas
  • Sri Rokhlinasari
Badan Pengurus
  • KH Husein Muhammad (Ketua)
  • Marzuki Wahid (Wakil Satu)
  • Faqihuddin Abdul Kodir (Wakil Dua)
  • Marzuki Rais (Sekretaris)
  • Satori (Bendahara)
  • Dewi Rubiyanti Kholifah (Anggota)
  • Rosidin (Direktur Fahmina Institute)
  • Nyai Hj. Afwah Mumtazah (Rektor ISIF).
  • Regha Rugayah (Ka. SD Awliya)
Kantor pusat
Jl. Swasembada 15 Majasem Karya Mulya Kota Cirebon Jawa Barat 45131 Telp. 0231-8301548
Situs web
https://fahmina.or.id

Keberadaan Fahmina berawal dari pergumulan intelektual anak-anak muda yang berakar dari dunia pesantren. Ada semacam kegundahan terhadap etos sosial dan intelektual yang tidak lagi diperankan pesantren, karena penetrasi politik yang sangat dalam dan lama. Padahal, pada pendirian awalnya pesantren secara sengaja didesain untuk melakukan pembelaan terhadap rakyat, sekaligus melakukan pendidikan dan pengembangan intelektual untuk kepentingan rakyat.

Pada tahun 1998, kelompok anak-anak muda yang tergabung dalam Klub Kajian Bildung dan Lakpesdam Kabupaten Cirebon melakukan serangkaian diskusi keliling ke berbagai pesantren, dengan mengusung kajian kontekstualisasi kitab kuning. Diskusi ini memperoleh tangapan yang luar biasa dari berbagai aktivis muda pesantren, dan dukungan dari beberapa kyai sepuh seperti KH Syarief Usman Yahya  Kempek dan KH Fuad Hasyim Buntet.

Pergumulan ini juga memunculkan serangkaian aktivitas sosial kalangan muda pesantren, untuk melakukan pembelaan terhadap orang-orang marjinal; dengan mendiskusikan isu-isu kerakyatan, hak-hak warga, sampai pembelaan di tingkat pewacanaan publik. Pembentukan JILLI (Jaringan informasi untuk layanan lektur Islam) Cirebon, juga berangkat dari kegelisahan dan pergumulan di atas. Jaringan ini mencoba melakukan pendataan terhadap seluruh literatur yang ada di pesantren-pesantren, pengemasan dalam bentuk software dan pelayanan informasi-informasi yang dibutuhkan pesantren.

Baik Bildung Cirebon, JILLLI, maupun forum-forum lain yang digagas santri paska pesantren, masih bersifat sederhana dan tidak ada ikatan kesinambungan untuk kegiatan intelektual maupun program pemberdayaan yang dilakukan. Seringkali isu-isu yang dikembangkan menjadi pecah dan tidak terarah, karena tidak ada koordinasi kelembagaan yang memadai. Pergumulan anak-anak muda itu, baik yang intelektual maupun yang sosial meniscayakan adanya kelembagaan yang lebih mampu mengkoordinasi cita-cita yang diusung.

Atas dasar ini, beberapa pendiri dan pengampu forum-forum itu kemudian mendirikan lembaga Fahmina. Tepatnya pada bulan November 1999, Fahmina didirikan KH Husein Muhammad, Affandi Mukhtar, Marzuki Wahid dan Faqihuddin Abdul Kodir, dengan basis rumah kediaman KH Husein Muhammad di Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon. Kemudian, sebagai lembaga yang disosialisasikan ke publik, baru dilakukan pada bulan Pebruari tahun 2001, dengan berkedudukan di Jl. Pangeran Drajat 15, Kota Cirebon. Secara kelembagaan, fahmina didirikan sebagai institusi yang independen, tidak menjadi cabang dari lembaga atau organisasi lain, non-pemerintah, tidak partisan dan terbuka keanggotaan komunitas yang lintas etnis, gender, golongan dan agama.

Pada tahun 2003 Fahmina didaftarkan sebagai Yayasan Fahmina membawahi Lembaga Fahmina (Fahmina-Institute). Pada tahun 2007 atas tuntutan masyarakat Yayasan Fahmina mengisisasi perguruan tinggi yaitu Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Kami menyadari bahwa manusia adalah pemegang amanat Tuhan di muka bumi (khalifatullah fi al-ardl) yang mengemban tugas memuliakan martabat manusia, menegakkan keadilan, dan menebarkan kasih sayang sesama manusia, serta memakmurkan dunia untuk kehidupan yang damai dan berkelanjutan.

Pesan-pesan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan merupakan sumber-sumber otoritatif yang seharusnya didayagunakan untuk membebaskan, mencerdaskan, menggerakkan, dan menguatkan kemandirian masyarakat sekaligus menebarkan kedamaian dan kasih sayang dalam relasi kesalingan (reciprocal relationship) sesama penghuni bumi untuk menjamin kemaslahatan semesta, tanpa sekat-sekat ras, suku, gender, golongan, dan agama.

Atas dasar ini semua, segala ikhtiar transformatif untuk mengubah kehidupan umat manusia secara berkelanjutan ke arah relasi sosial yang berkeadilan, bermartabat, sikap yang humanis, demokratis, dan pluralis, berbasis tradisi pesantren dan kearifan lokal, baik pada tataran struktural maupun kultural, merupakan cita-cita dan inisiatif nyata Fahmina yang terus diwujudkan dalam gerak sejarah.

Visi Fahmina adalah terwujudnya peradaban manusia yang bermartabat dan berkeadilan berbasis kesadaran kritis tradisi pesantren. Untuk visi ini, Fahmina menegaskan lima misi: mengembangkan wacana kritis keagamaan dan ilmu pengetahuan yang transformatif dan membebaskan; menguatkan gerakan kultural Islam untuk perubahan sosial dari Cirebon; menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya kader-kader pemikir-penggerak Islam-kritis dengan prakarsa pendidikan; melakukan pembelaan yang tanggap, efektif, dan berkelanjutan bagi kelompok-kelompok yang dilemahkan; menguatkan dan mengembangkan kapasitas dan kelembagaan Fahmina.

Kelembagaan Yayasan Fahmina terdiri dari Majlis Pembina (Kamala Chandrakirana, Lies Marcoes-Natsir, Maria Ulfah Anshor dan Anas Saidi), Dewan Pengawas (Hilmy Ali, Idris Abbas dan Sri Rokhlinasari), dan Badan Pengurus. Yang duduk di Badan Pengurus adalah KH Husein Muhammad (Ketua), Marzuki Wahid (Wakil Satu) dan Faqihuddin Abdul Kodir (Wakil Dua), Marzuki Rais (Sekretaris), Satori (Bendahara), Dewi Rubiyanti Kholifah (Anggota), Rosidin (Direktur Fahmina Institute), dan Nyai Hj. Afwah Mumtazah (Rektor ISIF).