Nur Rochimah
Nyai Nur Rochimah, lahir di Desa Pagu, Kecamatan Kapurejo, Kabupaten Kediri pada 16 Agustus 1976. Ia adalah pengasuh pondok pesantren Mambaul Hikam dan pondok pesantren Tarbiyatul Islamiyah, sekaligus kepala sekolah dari TK dan MTs Mambaul Hikam, yang terletak di Desa Perambatan, Kecamatan Abab, Penukal Abab Lematang Ilir (Pali), Sumatera Selatan. Ia juga adalah sosok yang berhasil merintis berdirinya cabang Muslimat NU di Pali pada 2015 silam. Saat ini, Rochimah juga bekerja sebagai penyuluh agama Islam honorer di Kemenag Pali.
Sebelum pindah ke Pali, Sumatera Selatan, ia sempat mengikuti Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP) yang diadakan oleh Rahima. Sejak bergabung dalam Simpul Rahima, Nur Rochimah sering terlibat aktif membantu penyelenggaraan program-program Rahima, baik ketika masih menetap di Kediri, maupun setelah hijrah ke Sumatera Selatan dan mendirikan pesantren di Pali. Pada agenda-agenda tersebut, Rochimah berkesempatan secara massif, membantu menyebarkan gagasan-gagasan KUPI. Di Pali, Rochimah fokus pada isu pernikahan anak, persoalan waris, dan kekerasan seksual yang kerap dialami oleh perempuan.
Riwayat Hidup
Nur Rochimah berasal dari keluarga yang tinggal di pesantren. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan KH. M. Saliq bin Yasir dan Nyai Hj. Siti Khotimah binti Tohir. Orangtua Nur Rochimah adalah pengasuh pondok pesantren Salafiyah Kapurejo Pagu, Kediri. Meskipun lahir dan besar di tengah-tengah lingkungan pondok salaf yang kurang memberikan ruang pada santri putri untuk belajar berpikir kritis, tetapi Rochimah beruntung karena bisa mendapatkan ruang terbuka untuk belajar dari kedua orangtuanya. Selain mengenyam pendidikan dasar di pesantren, Rochimah kecil sempat bersekolah di SDN Pagu 3. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan pesantren hingga jenjang SMA. Merasa perlu untuk mendapatkan pendidikan umum, Rochimah pun mengambil program pendidikan SMA kesetaraan di kecamatan Mojo Kediri. Pada saat itu, Rochimah harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menempuh program kesetaraan di Mojo.
Pada 2005, Rochimah melanjutkan studi Diploma 2, di IAIT Tribakti Kediri sembari nyantri di Ma’had Ali Lirboyo. Baru pada 2009, di kampus yang sama Rochimah mengambil program pendidikan Strata 1. Selama tinggal di Kediri, Rochimah aktif dalam berbagai kegiatan organisasi keagamaan. Kurun 1993-2000, Rochimah remaja telah aktif terjun di Ikatan Pelajar Putri Nadhlatul Ulama dan melanjutkan perjuangan dengan bergerak di Pengurus Anak Cabang Fatayat NU Kediri. Sebelum hijrah ke Palembang pada 2014, Rochimah juga sempat menjadi sekretaris Muslimat NU di Pagu dan membantu pelaksanaan beberapa program inisiasi Rahima untuk guru-guru masdrasah.
Rochimah menikah dengan M. Erlin Susri pada 2007 dan telah dikaruniai tiga orang anak, bernama M. Syamsul Fawaid, M. Syaifudin al-Anwari, dan Nuril Izzatil Aulia. Belajar dari perjuangan ayah dan ibunya, Rochimah merasa perlu mendidik anak-anaknya sebagai kader penerus. Pola asuh yang ditanamkan antara anak laki-laki dan perempuan pun tidak dibeda-bedakan oleh Rochimah dan suami.
Pada 2014, Rochimah dan suami membulatkan tekad untuk hijrah ke Palembang, karena mendapatkan amanah untuk mengelola lahan waqaf di daerah Pali. Perjuangan Rochimah dimulai dengan merintis pendirian pondok pesantren di Pali. Pondok tersebut diberi nama Mambaul Hikam. Rochimah dan suami juga mulai membangun TPQ, Diniyah, MTs dan MA, dilanjutkan pada 2019 membangun Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Mambaul Hikam. Dalam bidang organisasi Rochimah menginiasi adanya PC Muslimat NU Pali (2015). Bukan semata-mata karena mendapatkan amanah dari Pengurus Wilayah, tetapi inisiasi tersebut muncul sebagai wujud tanggung jawab Rochimah untuk melanjutkan perjuangannya semasa di Kediri. Rochimah juga memutuskan untuk aktif di Simpul Rahima Sumsel. Selain itu, Rochimah juga didaulat sebagai sekretaris umum Gabungan Organisasi Wanita Pali (2019-2022). Dalam aspek pendidikan, selang beberapa tahun setelah hijrahnya ke Palembang, tepatnya pada 2020-2022, Rochimah kembali mengambil jenjang pendidikan lanjut untuk Strata 2, tepatnya di UIN Raden Fatah Palembang.
Tokoh dan Keulamaan Perempuan
Sejak remaja, Rochimah kerap mempertanyakan hal-hal yang menurutnya janggal dan tidak adil di dalam pesantren. Di pesantren salafiyah sendiri, Rochimah sempat merasa terbatasi akibat pemahaman teks-teks keagamaan. Ketiadaan ustadzah di lingkup pendidikan diniyah juga menjadi perhatian serius Rochimah. Padahal baginya, banyak sosok perempuan cerdas yang bisa mengisi kekosongan tersebut. Ketika Rochimah mendapatkan tawaran untuk menjadi guru PAUD dan TK di salah satu sekolah di Kediri pada 1995, dengan sungguh-sungguh ia menjalani peran tersebut.
Kedekatan Rochimah dengan Nyai Muslimatun dan Nyai Mahmudah Ahmad selaku kakak dari ibunya membuat pengalaman-pengalaman organisasi Rochimah makin berwarna. Oleh Nyai Mahmudah Ahmad, Rochimah pernah diajak untuk naik turun gunung dalam rangka mendampingi masyarakat berjuang bersama di Muslimat NU. Pada 2005 Rochimah tertarik untuk mengikuti Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP I) di Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Rahima. Aspek yang menurutnya menarik karena Rahima telah mengangkat isu-isu perempuan, berkaitan dengan kesetaraan gender, dan sebagainya. Pengalaman dan wacana baru pun mulai diimplementasikan oleh Rochimah dalam berbagai aspek kehidupan. Semangat Rochimah kian terpacu ketika tahun 2009 secara berturut-turut mendapatkan penghargaan dari Muslimat NU, sebagai guru berprestasi di tingkat PAUD dan penghargaan dalam bentuk juara pertama atas karya ilmiah yang ditulisnya berjudul, “Reorientasi Ulama Perempuan”.
Hal terberat yang dirasakan oleh Rochimah dimulai ketika ia dan suami harus meninggalkan Kediri. Pada 2014 Rochimah hijrah ke Sumatera Selatan karena suami mendapatkan amanah berupa tanah waqaf. Rochimah berangkat ke Pali berbekal pesan dari sang ibu, “silakan hidup di manapun, asalkan berjuang di jalan Allah”. Sementara Pali pada masa itu masih jauh dari pembangunan. Pada awal kedatangan Rochimah ke Pali, hampir tidak pernah ia mendengar suara adzan dan orang mengaji. Lokasi tanah waqaf pun bukan di area padat penduduk, sehingga membuat Rochimah harus lebih keras dalam beradaptasi. Sebagai pendatang, Rochimah dan suami mulai belajar memahami kebiasaan masyarakat. Ia merangkul masyarakat Pali dengan sesuatu yang disukai oleh masyarakat tersebut, lalu mencoba menyelami adat dan kebiasaan mereka.
Di sana Rochimah mendapati fakta bahwa perempuan di Pali tidak mendapatkan hak atas waris, sepeserpun. Selain itu, tingkat pernikahan anak di Pali menempati posisi kedua di Sumsel. Hal tersebut yang kemudian membuat Rochimah mulai menyusun strategi baru untuk masuk lebih dalam ke masyarakat, salah satunya dengan merintis majelis ta’lim. Setiap selasa, Rochimah rutin menggelar pengajian bergilir di mushala-mushala di lingkungan tempat ia tinggal. Rochimah dan suami secara bergantian tidak hanya memberikan pengetahuan tentang ilmu-ilmu kemasyarakatan, tetapi juga menyisipkan pengetahuan baru tentang hukum waris, perlahan-lahan mengadvokasi pernikahan anak, dan sebagainya. Awal mula merintis majelis ta’lim, ada satu pengalaman menegangkan yang sempat dialami oleh Nur Rochimah dan suami. “Pernah waktu itu mau majelis ta’lim ibu-ibu mengadakan pengajian. Mungkin karena masyarakat sangat jarang mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa orang datang dan kami dibawakan parang besar gitu.” Ungkap Rochimah.
Atas kesepakatan bersama, Rochimah dan suami mulai membangun pondok pesantren yang pertama, yakni Mambaul Hikam di atas tanah waqaf yang telah diamanatkan sebelumnya. Di Pali, Rochimah juga merintis berdirinya Pengurus Cabang Muslimat NU. Pelantikan pertama diselenggarakan pada 2016. Hal tersebut juga didasarkan pada permintaan PWNU agar di kabupaten baru bisa berdiri banom-banom NU. Dengan bekal semangat dan kesalingan antara Rochimah dan suami, satu persatu jenjang pendidikan mulai dari TK, MI, MTs, dan MA pun bisa didirikan. Rochimah bahkan menjabat sebagai kepala sekolah di TK dan MTs Mambaul Hikam.
Adapun ilmu yang didapatkan ketika Rochimah mengikuti PUP I dan KUPI diimplementasikan di dalam pesantren dan yayasan yang diasuhnya. Santri-santri dibekali pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya pernikahan anak, dan hak-hak saudara perempuan. Dalam setiap kesempatan, Rochimah juga kerap mengulang-ulang nasihatnya ke para santri tentang hak waris untuk saudara perempuan, “Ketika pembelajaran di madrasah aliyah itu, saya sampaikan tentang hukum asal bahwa laki-laki dan perempuan itu setara. Soal waris, janganlah kita dzolim kepada saudara kita sendiri dengan mengambil haknya. Ketika nanti kita jadi orangtua, kita tidak boleh menafikan keberadaan saudara atau anak perempuan kita dengan semena-mena. Kalau tidak bisa memberikan hak yang setara, ya bertahap.”
Di isu kekerasan terhadap perempuan, pondok pesantren yang diasuh oleh Rochimah pada faktanya juga menjadi rumah aman untuk anak-anak dan perempuan korban kekerasan. Ia mendesain pondok tersebut agar bisa menjadi tempat huni yang aman dan nyaman bagi penyintas kekerasan seksual, sehingga anak-anak tersebut bisa melanjutkan pendidikan tanpa trauma berkepanjangan. Selain itu, Rochimah juga memberikan pendampingan dan akses khusus terhadap mahasiswa dari luar pulau yang menjadi korban pemerkosaan di Pali, sampai bisa mendapatkan hak dan keadilan.
Setiap agenda dan kerja-kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh Rochimah dan suami nyatanya tidak selalu mulus. Ada beberapa tantangan besar yang perlu diupayakan jalan keluarnya. Selain persoalan material, minimnya sumber daya manusia potensial yang ada di Pali juga menjadi persoalan utama Rochimah. Terbatasnya SDM yang cakap dalam manajemen, membuat beberapa dana dan kewenangan yayasan disalahgunakan. Pola pikir masyarakat yang konservatif pun kerap membuat Rochimah dan suami harus ekstra hati-hati dalam memberikan pemahaman baru kepada masyarakat. Namun, keteguhan dan keberanian Rochimah telah terbukti mampu menurunkan angka perkawinan anak di Pali dan menyelamatkan masa depan anak-anak korban kekerasan seksual yang ada di daerah tersebut.
Prestasi dan Penghargaan
Selain aktif, salah satu bukti bahwa Nur Rochimah merupakan kader NU yang militan sejak remaja ditunjukkan dengan berbagai bentuk prestasi dan penghargaan yang berhasil didapatkannya, antara lain:
- Juara 1 Putri pada Musabaqah Qiro’atil Kutub yang diadakan oleh PC IPNU-IPPNU Kediri pada 1997.
- Menyabet gelar sebagai Guru Prestasi PAUD yang diadakan oleh Muslimat NU Kediri pada 2009.
- Juara 1 karya tulis ilmiah berjudul, “Reorientasi Ulama Perempuan” yang diadakan oleh Muslimat NU Kediri pada 2009.
- Juara 1 Lomba Pidato Kartini yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Pali pada 2016.
- Juara 1 Imam Tahlil pada gelaran acara yang diselenggarakan oleh PW Muslimat NU Sumatera Selatan pada 2019.
Karya-karya
Ada beberapa karya tulis yang disusun oleh Nyai Nur Rochimah, sebagai berikut:
- Skripsi berjudul, “Pendidikan Perempuan dalam Perspektif Islam”
- Tesis dengan judul, “Strategi pembelajaran Kitab Kuning Santri Perempuan di Pesantren Sabilul Hasanah Banyuasin Palembang”
- Artikel jurnal berjudul, “Pendidikan Karakter Kebangsaan Berbasis Syi'ir Lokal di Pesantren Salafiyah Kapurejo Pagu Kabupaten Kediri”, terbit di Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, dan Kebudayaan pada Volume 7, Nomor 2, September 2021.
Daftar Bacaan Lanjutan
https://www.hitspali.com/2022/11/pengurus-cabang-muslimat-nu-pali-2021.html
Penulis | : | Rizka Hidayatul |
Editor | : | |
Reviewer | : |