Masnun: Perbedaan revisi

Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
17 bita ditambahkan ,  11 November 2021 05.44
tidak ada ringkasan suntingan
(←Membuat halaman berisi '{{Infobox person|name=Masnun Tahir|birth_date=|image=Berkas:NO PHOTO.jpg|imagesize=220px|known for=* - * - * -|occupation=* - * - * -}}'''Masnun Tahir''' lahir di...')
 
 
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person|name=Masnun Tahir|birth_date=|image=Berkas:NO PHOTO.jpg|imagesize=220px|known for=* -  
{{Infobox person|name=Masnun Tahir|birth_date=|image=Berkas:Masnun.jpeg|imagesize=220px|known for=* -  
* -  
* -  
* -|occupation=* -  
* -|occupation=* -  
Baris 31: Baris 31:
Jangankan menyebut ulama perempuan, istilah ulama pun sebetulnya tidak ghalib penggunaannya di wilayah NTB. Namun lambat laun istilah tersebut mulai terdengar meskipun masih terasa janggal karena tidak biasa. Apakah ulama perempuan ini sama dengan ulama laki-laki? Bila menilik zaman Rasulullah SAW, sosok Aisyah ra tentunya merupakan figur yang terekognisi sebagai ulama perempuan. Dalam belantara [[khazanah]] Islam yang sangat luas bahkan, jangankan berpikir tentang ulama, Nabi perempuan pun ada. Bahkan untuk menjadi hakim pun perempuan bisa. Pandangan ini pernah disuarakan oleh Syaikh Abdur Ra’uf As-Sinkily. Ia tidak mensyaratkan bahwa hakim itu harus laki-laki.
Jangankan menyebut ulama perempuan, istilah ulama pun sebetulnya tidak ghalib penggunaannya di wilayah NTB. Namun lambat laun istilah tersebut mulai terdengar meskipun masih terasa janggal karena tidak biasa. Apakah ulama perempuan ini sama dengan ulama laki-laki? Bila menilik zaman Rasulullah SAW, sosok Aisyah ra tentunya merupakan figur yang terekognisi sebagai ulama perempuan. Dalam belantara [[khazanah]] Islam yang sangat luas bahkan, jangankan berpikir tentang ulama, Nabi perempuan pun ada. Bahkan untuk menjadi hakim pun perempuan bisa. Pandangan ini pernah disuarakan oleh Syaikh Abdur Ra’uf As-Sinkily. Ia tidak mensyaratkan bahwa hakim itu harus laki-laki.


Oleh karena itu, saat Masnun aktif di PWNU, ia memberikan keleluasaan untuk perempuan Muslimah berpartisipasi dan terlibat aktif. Demikian juga ia memberlakukan keleluasaan yang sama di kampus UIN Mataram yang ia pimpin. Salah satu hasil, misalnya, UIN Mataram sudah mencetak guru besar perempuan, di antaranya adalah Profesor Atun wardatun. Selain itu, nama Nyai Halimah Turmuzi di NTB dari sisi eksistensi cukup diperhitungkan.
Oleh karena itu, saat Masnun aktif di PWNU, ia memberikan keleluasaan untuk perempuan Muslimah berpartisipasi dan terlibat aktif. Demikian juga ia memberlakukan keleluasaan yang sama di kampus UIN Mataram yang ia pimpin. Salah satu hasil, misalnya, UIN Mataram sudah mencetak guru besar perempuan, di antaranya adalah Profesor [[Atun Wardatun|Atun wardatun]]. Selain itu, nama Nyai Halimah Turmuzi di NTB dari sisi eksistensi cukup diperhitungkan.


Akan tetapi dalam praktiknya, penerimaan perempuan baik sebagai tokoh maupun sebagai figur ulama masih membutuhkan komitmen yang kuat. Di kalangan intelektual sekalipun tidak mudah melakukan penetrasi pemahaman ini. Oleh karena itu, kehadiran KUPI sebagai sebuah jejaring keulamaan menjadi angin segar bagi banyak pihak. Karena pendekatan istilah keulamaan perempuan adalah ''based on knowledge'' sehingga istilah tersebut bisa menyentuh semua kalangan. Selain, secara subtansi ia lebih mengena.
Akan tetapi dalam praktiknya, penerimaan perempuan baik sebagai tokoh maupun sebagai figur ulama masih membutuhkan komitmen yang kuat. Di kalangan intelektual sekalipun tidak mudah melakukan penetrasi pemahaman ini. Oleh karena itu, kehadiran KUPI sebagai sebuah jejaring keulamaan menjadi angin segar bagi banyak pihak. Karena pendekatan istilah keulamaan perempuan adalah ''based on knowledge'' sehingga istilah tersebut bisa menyentuh semua kalangan. Selain, secara subtansi ia lebih mengena.

Menu navigasi