Maryam Baharuddin: Perbedaan revisi

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
 
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person|name=Maryam Burhanuddin, S.Pd.|birth_date=Amparita, 16 Oktober 1986|image=Berkas:LogKupipedia (1).png|imagesize=220px|known for=*  
{{Infobox person|name=Maryam Burhanuddin, S.Pd.|birth_date=Amparita, 16 Oktober 1986|image=Berkas:MaryamBaharuddin.jpg|imagesize=220px|known for=*  
*|occupation=*Ketua PC Fatayat NU Parepare dan Pembina Yayasan ITQ Parepare9}}'''Maryam Baharuddin''' dilahirkan pada 16 Oktober 1986 di Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Siderenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ia adalah seorang aktifis Fatayat NU Kota Parepare. Sebuah organisasi yang didominasi oleh perempuan muda di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Di lingkungan tersebut ia bisa mengembangkan wacana kesetaraan dan perjuangan perempuan dalam menjalankan kerja-kerja sosialnya.
*|occupation=*Ketua PC Fatayat NU Parepare dan Pembina Yayasan ITQ Parepare9}}'''Maryam Baharuddin''' dilahirkan pada 16 Oktober 1986 di Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Siderenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ia adalah seorang aktifis Fatayat NU Kota Parepare. Sebuah organisasi yang didominasi oleh perempuan muda di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Di lingkungan tersebut ia bisa mengembangkan wacana kesetaraan dan perjuangan perempuan dalam menjalankan kerja-kerja sosialnya.



Revisi terkini pada 4 Juli 2023 03.47

Maryam Burhanuddin, S.Pd.
MaryamBaharuddin.jpg
Tempat, Tgl. LahirAmparita, 16 Oktober 1986
Aktivitas Utama
  • Ketua PC Fatayat NU Parepare dan Pembina Yayasan ITQ Parepare9
Karya Utama

Maryam Baharuddin dilahirkan pada 16 Oktober 1986 di Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Siderenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ia adalah seorang aktifis Fatayat NU Kota Parepare. Sebuah organisasi yang didominasi oleh perempuan muda di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Di lingkungan tersebut ia bisa mengembangkan wacana kesetaraan dan perjuangan perempuan dalam menjalankan kerja-kerja sosialnya.

Kesibukan keseharianya ia menjadi guru sejak 2005 sampai sekarang di sekolahan Mts dan MA Ma’had DDI Pangkajenne dan sejak 2020 ia mengajar di MAN 2 Parepare. Selain mengajar sebagai guru ia juga mendapatkan amanat untuk menakhodai Pengurus Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama Kota Parepare sejak tahun 2020 sampai 2025. Selama ia bergabung di Fatayat NU banyak sekali perubahan yang diciptakan mulai dari RA Fatayat Parepare, Istana Tahfidzul Qur’an 03 yang dibawah binaan Fatayat era Maryam dan ruang mengaji Rumah Al-Qur’an.

Pada pelaksanaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke-2 di Semarang dan Jepara, Maryam hadir sebagai peserta dan terlibat dalam diskusi parallel soal Perlindungan Perempuan dari Bahaya Pemotongan dan Pelukaan Genitalia (P2GP) bersama para delegasi lainya.

Latar Belakang

Maryam lahir di Amparita salah satu desa yang secara administrasi masuk dalam kecamatan Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Amparita adalah desa yang memiliki kualitas kerukunan yang sangat tinggi. Di desa tersebut penduduknya sangat beragam kurang lebih ada 4 kepercayaan yang tercatat seperti Islam, To Lotang, Katolik dan Kristen. Kekuatan keragaman tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan Maryam dalam keluarganya. Hidup dalam ruang keberagaman sudah terbiasa selayaknya makanan sehari-hari, toh diantara anggota keluarga Maryam ada beberapa yang non muslim. Ia bercerita bahwa kakek buyut Maryam menikah dengan orang non muslim. Meskipun terdapat perbedaan dalam agama namun keluarga tetaplah keluarga yang harus terus menjaga keharmonisan, kerukunan dan kedamaian.

Maryam memulai pendidikanya di RA DDI Amparita dilanjutkan ke Madrasah Ibtida’iyah (MI) DDI Amparita kemudian setelah menamatkan sekolah tingkat dasar ia melanjutkan ke SMP Negeri 1 Tellu Limpoe dan menamatkan sekolah Aliyah di MAN 2 Parepare. Setelah menyelesaikan beberapa pendidikanya ia tetap tidak putus semangat untuk terus belajar hingga perguruan tinggi lantas ia melanjutkan kuliah di Universitas Hasanuddin namun ia tidak sampai selesai hanya 2 tahunan kemudian selang beberapa tahun lagi ia melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Parepare.

Ia lahir dari keluarga yang sangat sederhana dan agamis. Ayahnya adalah imam kelurahan (tokoh masyarakat) di desa yang setiap harinya mendidik masyarakat. Bahkan ia sejak kecil dibesarkan dalam kultur yang agamis kakeknya adalah kiai di daerahnya. Saat Maryam masih kecil ia kerapkali diajak oleh kakeknya untuk ikut mengaji bersama masyarakat.

Maryam tumbuh besar sebagai wanita yang mandiri dan peka terhadap kondisi sosial masyarakatnya. Kebetulan ia berada dalam keluarga yang memegang teguh agamanya sehingga ia diajarkan dengan budaya-budaya kesantunan seperti menghormati orang tua, orang yang secara umur lebih tua dan suami. Selain itu Maryam tumbuh di tengah masyarakat yang secara budaya masih cenderung patriarkis. Misalnya perempuan tidak boleh sekolah jauh-jauh dengan alasan kekhawatiran dan di daerahnya masih banyak perkawinan anak. Sebagian masyarakat menganggap bahwa perempuan apabila menikah muda ia bisa sukses lebih cepat. Sehingga masih banyak ditemukan perkawinan dini diusia sekolah menengah pertama (SMP) hingga SMA.  Namun seiring bergesernya zaman kini masyarakat mulai sadar, sekarang sudah banyak perempuan yang bersekolah jauh bahkan diperbolehkan untuk bekerja baik setelah menikah maupun sebelum.

Sejauh ini pemahaman masyarakat soal kesetaraan gender sudah mulai merata namun belum maksimal. Maryam dalam wawancaranya juga mengatakan bahwa ia juga menikah diusia muda namun alasanya untuk menikah bukanlah hanya karena budaya semata melainkan ia juga melihat kondisi sosial ekonomi keluarganya. Setelah lulus MAN ia melanjutkan kuliah di Universitas Hasanuddin dan pada waktu itu pula ada seorang lelaki yang mendekatinya dan melamarnya. Maryam memikirkan hubunganya sehingga ia memutuskan untuk serius karena ia melihat ibundanya sudah meninggalkanya (wafat) dan ia adalah anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Kiranya pernikahan yang diputuskan Maryam adalah bentuk mengurangi beban ekonomi keluarga. Setelah menikah ia menjalani rumah tangganya dengan sederhana dan mandiri, suaminya pada saat itu masih menempuh semester enam di Universitas Hasanuddin. Setelah menikah Maryam mengajukan komitmen bersama dengan suaminya yaitu untuk tetap melanjutkan studinya. Suaminya sangat mendukung komitmen tersebut karena baginya dalam urusan belajar tidak ada kata selesai apalagi kalau hanya karena pernikahan.

Namun perjalanan hidup memang tidak bisa diprediksi, selang beberapa tahun Maryam tidak bisa melanjutkan studinya karena keterbatasan ekonomi. Lantas ia kesulitan untuk meneruskan kuliahnya. Hingga pada akhirnya ia berhenti kuliah dan pulang ke kampung halaman. Selama tinggal di kampung halaman ia mengajar anak-anak di sekolahan tempat kakeknya mengabdi sebagai ketua yayasan. Selama di sekolah ini ia menemukan jati dirinya sebagai guru yang mendampingi para murid untuk terus belajar.  Sampai pada dua tahun kemudian ia menjalani kuliah lagi di Universitas Muhammadiyyah Parepare.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

1. Awal Mengenal (sadar) Gender.

Perjalanannya di dunia isu perempuan, Maryam tidak melakukanya secara instan, ia berangkat dari kegelisahanya dengan kondisi sosial masyarakat di daerahnya kemudian keresahan tersebut membawanya untuk masuk di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sewaktu pertama kali masuk kuliah di Universitas Hassanudin. Selama berproses di organisasi pergerakan mahasiswa tersebut ia mengikuti serangkaian kaderisasi dan pastinya bertemu dengan materi isu perempuan dan kesetaraan gender. Masa keikutsertaannya di organisasi pergerakan mahasiswa tidak begitu lama, karena dipaksa undur diri dari perkuliahan. Setelah tidak lagi kuliah di Universitas Hasanuddin ia kemudian pulang ke kampung halaman dan ia aktif di sekolahan milik kakeknya selama itu ia berinteraksi dengan para siswanya. Ia merasakan kenyamanan di dunia barunya. Diantara alasanya, ia bisa bertemu dengan siswa yang beragam dan memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda.

Setelah hampir satu jam kami berbincang bersama di Gazebo halaman Pondok Pesantren Hasyim Asyari Bangsri. Maryam terlihat agak lelah karena padatnya rangkaian acara KUPI  namun wajahnya masih besemangat untuk berbagi cerita perjuanganya di Parepare. Ia dengan terbata-bata kembali membuka ceritanya dengan santai. Maryam mulai sadar betul mengenai isu perempuan dimulai dengan mengikuti sekolah Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP) yang di selenggarakan oleh Rahima. Ia dibuat takjub dengan materi-materi yang disampaikan oleh Rahima, sehingga membuat Maryam mantap untuk berjuang di jalan yang sesuai.

2. Peran dan Kontribusinya di Fatayat

Sebagai perempuan muda yang memiliki DNA Nahdlatul Ulama Maryam sudah semestinya tertarik untuk berpartisipasi di organisasi Fatayat NU. Organisasi yang mewadahi suara, pikiran dan gagasan para perempuan muda yang didirikan sekitar 1950-an itu sudah memiliki ratusan cabang hingga ranting di sepanjang wilayah Indonesia. Diantara cabangnya juga membentang di tanah Sulawesi Selatan. Sehingga Maryam juga memiliki kesempatan untuk aktif di Fatayat NU Sidrap. Berkat kesolidan dan ketekunanya mengantarkan Maryam menjadi ketua 1 di kepengurusan PC Fatayat Sidrap pada priode 2015-2020 M. Selama berproses ia terus melakukan pengembangkan visi misi organisasi dan terus menjalin hubungan baik dengan masyarakat dan anggotanya. Sehingga setelah bebas tugas di Sidrap ia memutuskan untuk berpindah ke kota Parepre dan kembali terpilih menjadi Ketua Umum PC Fatayat NU Parepare pada periode 2020-2025M.

Selama di Parepare ia bersama teman-temanya di Fatayat mendirikan berbagai ruang untuk mengembangkan kualitas pendidikan masyarakat, diantaranya:

  • RA Fatayat NU Parepare sebuah ruang belajar bagi anak-anak yang dikelola oleh Maryam dan teman-temanya di lingkungan Fatayat.
  • Istana Tahfidzul Qur’an 03 NU KH Abd Hakim Lukman juga dipimpin oleh Maryam beserta teman-temanya di Fatayat. Ruang ini adalah wadah untuk anak-anak yang tidak memiliki keinginan untuk tinggal di pesantren namun punya cita-cita bisa menghafal Al-Qur’an.
  • Rumah Al-Qur’an dan Forum Daiyah Fatayat NU (FORDAF). Keduanya dikelola oleh Fatayat NU Parepre yang digunakan untuk memberikan kajian-kajian kepada masyarakat. Sementara FORDAF asalnya adalah Darul Fatimah sebuah tempat untuk kajian-kajian tetang isu perempuan kemudian setelah Kongres Fatayat NU di Palembang melauncing Forum Daiyah Fatayat NU, akhirnya Darul Fatimah diubah menjadi FORDAF Parepare.
  • Kampung Ramadhan Fatayat NU Parepare adalah kegiatan yang dipelopori oleh Maryam dan segenap sahabat Fatayat NU Parepare untuk mengisi bulan Ramadhan dengan memanfaatkan potensi SDM pengurus Fatayat NU yang ada. Materinya adalah mengadakan penguatan tahfidz, pengajian hingga Englis Camp. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak hingga orang tua masyarakat sekitar.

3. Menjadi Guru Hingga Kerja Sosial

Pekerjaan utama Maryam selain di organisasi, ia juga mengabdikan dirinya di lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga aliyah. Ia tampil sebagai guru yang humble, ramah dan peka terhadap lingkungan sosialnya. Sehingga banyak murid yang merasa nyaman untuk berbagi cerita tentang perkembanganya sebagai murid dan cita-citanya di masa yang akan datang. Keramahan Maryam tersebut ternyata menjadikanya sebagai wadah cerita bagi murid-muridnya sehingga ada juga diantara mereka yang bercerita pengalamnya menjadi korban kekerasan, baik kekerasan rumah tangga, pemaksaan pernikahan hingga kekerasan seksual.

Murid-murid Maryam khususnya yang perempuan kerapkali mengalami problem yang sama yaitu dilamar terlebih dahulu sebelum masanya. Bahkan banyak siswa yang masih kelas 1-3 SMP sudah dilamar dan menikah. Menanggulangi hal tersebut Maryam mengadvokasi dan mendampingi secara rutin untuk tetap sekolah dan menikah diusia yang sudah matang. Langkah awal yang ia lakukan adalah bertemu orang tuanya dan diajak diskusi untuk membahas masa depan seorang anak. Kebetulan murid yang diadvokasi Maryam adalah murid yang cerdas dan sangat mudah untuk mengakses perguruan tinggi sehingga alasan untuk membiarkan agar tetap sekolah dan menikah diusia yang matang sangat kuat.

Selain itu ada juga murid perempuanya yang dipaksa untuk menikah dan akhirnya ia menuruti kemauan orang tuanya dan akhirnya berhenti dari sekolah. Setelah beberapa waktu kemudian murid perempuan tersebut menemui Maryam dan bercerita bahwa ia sering mendapatkan perlakuan kurang baik yaitu selalu dipukuli dan diremehkan. Perlakuan ini dinilai sudah melewati batas karena termasuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Akhirnya Maryam merasakan apa yang dialami oleh muridnya itu kemudian mengajaknya untuk memikirkan ulang makna dari pernikahan. Perlakuan yang merugikan satu sama lain jelas bukan ajaran dari agama dan apabila diam dengan perlakukan kekerasan maka artinya ia rela dengan kekerasan tersebut. Akhirnya ia menyarankan untuk bercerai dan masuk lagi ke sekolah.

Pendampingan Maryam tidak hanya berhenti sampai sini saja, ia juga masih mendampingi sampai ia sekolah lagi. Seperti sekolahan pada umumnnya murid tersebut mendapatkan bulliying dari teman-temanya karena “Janda kok sekolah lagi” bagi mereka biasanya kalau sudah menikah tidak lagi melanjutkan sekolah. Akhirnya Maryam membelanya dengan menyampaikan argument bahwa “Janda juga manusia yang boleh sekolah dan memiliki masa depan” hingga para siswa sadar dengan kesalahanya. Setelah lulus, Maryam tidak lepas tangan begitu saja, melainkan ia terus mendampingi, ia menanyakan “Kamu mau jadi apa?” murid tersebut menjawabnya “Ingin menjadi perawat” sehingga Maryam juga membantu muridnya itu agar bisa masuk ke perguruan tinggi.

Pendampingan-pendampingan seperti ini menjadikan Maryam semakin bersemangat untuk terus menolong dan memberdayakan perempuan-perempuan yang rentan.

Prestasi

KNPI Awards tahun 2022 sebagai tokoh organisasi inspiratif

Karya

ITQ (Istana Tahfidzul Qur’an) 03 NU KH Abd Hakim Lukman

Daftar Bacaan Lanjutan

  1. https://ajatappareng.online/jadi-simpul-rahima-maryam-aktif-sosialisasi-masalah-perempuan/
  2. https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/hadir-dalam-wisuda-itq-fatayat-nu-parepare-kasi-penmad-mengajinya-harus-lanjut-terus-bn46Q
  3. https://www.nu.or.id/daerah/fatayat-nu-parepare-sulsel-luncurkan-istana-tahfidzul-qur-an-09-lMvjd
  4. https://nu.or.id/daerah/mengunjungi-kampung-ramadhan-fatayat-nu-kota-parepare-HweJy



Penulis : Abdullah Faiz
Editor :
Reviewer :