Nur Rofiah: Islam Tidak Lain Mencitakan Kesalingan
Info Artikel
Sumber | : | Akurat.co |
Penulis | : | Lufaefi [Editor] |
Tanggal Publikasi | : | Senin, 10 Agustus 2020 | 12:56 WIB |
Artikel Lengkap | : | Nur Rofiah: Islam Tidak Lain Mencitakan Kesalingan |
AKURAT.CO Webinar pada Senin (10/08/2020) yang diadakan melalui Zoom oleh Akurat Poll, Akurat.co dan Pascasarjana PTIQ jakarta diikuti oleh berbagai kalangan, dari mulai akademisi, hingga masyarakat bawah. Tidak kurang dari 500 peserta hadir dalam acara yang secara spesifik membicarakan tafsir Al-Qur’an ini.
Dalam kesempatan itu, Nur Rofi’ah, yang juga merupakan Dosen Pascasarjana PTIQ menjadi salah satu narasumber. Rofiah yang akrab dengan isu-isu gender dalam Islam itu memberi pandangan soal kesetaraan dalam Islam antara laki-laki dan perempuan.
Ketidakadilan gender dalam agama Islam bermula dari kesadaran gender dalam bahasa Arab. Rofiah menyebut, “Bahasa Arab menjadi salah satu sumber mengapa perempuan seperti menjadi makhluk nomor dua setelah laki-laki. Sejak digunakannya, bahasa Arab kental akan nilai gender. Misalnya ada isim maushul alladzi dan allati untuk menunjukkan laki-laki dan perempuan. Atau, ada dhzmir mudzakar dan mu’annas. Dan lainnya.”
Tanpa disadari kenyataan itu membuat kesadaran umat Islam bahwa agama Islam identik dengan gender, perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Menurut Nur Rofi’ah, kenyataan itu bahkan terus berlanjut hingga hari ini, di mana masih ada orang yang menganggap beda antar laki-laki dan perempuan.
Padahal Islam sendiri tidak demikian. Bahasa Arab terkesan tidak menyetarakan laki-laki dan permpuan sebab ia hanya medium, bukan esensi Islam. “Bahasa Arab hanyalah media untuk menyampaikan informasi fakta Islam. Bisa jadi benar dan bisa juga salah. Akan tetapi bahwa Islam mencitakan kesetaraan adalah suatu kepastian. Sebab Al-Quran menyebut sendiri bahwa yang paling mulia hanyalah mereka yang paling bertakwa.”, tegas Nur Rofiah.
Selain karena kenyataan bahwa manusia paling mulia di sisi Allah bukan dilihat dari jenis kelamin, akan tetapi karena nilai takwa, juga harus dipahami bahwa di dunia tidak boleh ada yang diagungkan, kecuali Allah. “Penghambaan atau menjadi budak tidak boleh ditujukan kepada laki-laki maupun perempuan, akan tetapi hanya kepada Allah.” Tambahnya dalam acara tersebut.
Bagi Nur Rofiah, Islam hadir di muka bumi tidak lain sebagai agama kemanusiaan. Di dalamnya tidak mungkin ada unsur membedakan antara siapapun. Siapa saja yang mengaku beragama Islam akan tetapi masih mau menindas satu sama lain maka mesti dipertanyakan keislamannya. []