12.023
suntingan
(←Membuat halaman berisi '''Oleh: Faqihuddin Abdul Kodir'' Mungkin bagi sementara orang adalah sebuah ironi yang sangat menyakitkan ketika fiqh klasik disinyalir memberi kesempatan kepada le...') |
|||
Baris 37: | Baris 37: | ||
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh ulama madzhab Syâfi’î bagi mendukung pendapat bahwa khitan adalah wajib, kebanyakan berkaitan dengan khitan lelaki. Yang bisa dikaitkan dengan khitan perempuan adalah alasan bahwa khitan merupakan kewajiban, ‘ibadah dan syi’âr agama. Pernyataan ini tentu didasarkan pada teks agama yang otoritatif. Dalam hal ini Ibn Hajar mengemukan satu hadîts sebagai dasar kewajiban khitan perempuan.<ref>Al-‘Asqallânî, ''Fath al-Bârî,'' juz XI, h. 530.</ref> | Beberapa alasan yang dikemukakan oleh ulama madzhab Syâfi’î bagi mendukung pendapat bahwa khitan adalah wajib, kebanyakan berkaitan dengan khitan lelaki. Yang bisa dikaitkan dengan khitan perempuan adalah alasan bahwa khitan merupakan kewajiban, ‘ibadah dan syi’âr agama. Pernyataan ini tentu didasarkan pada teks agama yang otoritatif. Dalam hal ini Ibn Hajar mengemukan satu hadîts sebagai dasar kewajiban khitan perempuan.<ref>Al-‘Asqallânî, ''Fath al-Bârî,'' juz XI, h. 530.</ref> | ||
<div lang="ar" dir="rtl"> | |||
<big>عن أم عطية رضي الله عنها قالت: أن امرأة كانت تختن النساء في المدينة، فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تنهكي، فإن ذلك أحظى للمرأة وأحب للبعل. وفي رواية أخرى: أشمي ولا تنهكي، فإنه أنور للوجه، وأحظى عند الرجل. رواه أبو داود.</big> | <big>عن أم عطية رضي الله عنها قالت: أن امرأة كانت تختن النساء في المدينة، فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تنهكي، فإن ذلك أحظى للمرأة وأحب للبعل. وفي رواية أخرى: أشمي ولا تنهكي، فإنه أنور للوجه، وأحظى عند الرجل. رواه أبو داود.</big> | ||
</div> | |||
Artinya: “Dari Umm ‘Athiyah ra. Berkata: bahwa ada seorang perempuan juru sunat para wanita Madinah. Rasullah Saw bersabda kepadanya: ''“Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian (kenikmatan) perempuan dan kecintaan suami”.'' Dalam suatu riwayat baginda bersabda: ''“Potong ujung saja dan jangan berlebihan, karena hal itu penyeri wajah dan bagian (kenikmatan) suami”''. HR. Abû Dâwud.<ref>Abu Dawud, ''al-Sunan,'' kitab: al-Adab, no. [[hadits]]: 5271, juz IV, h. 368. Lihat: Ibn al-Atsîr, ''Jâmi’ al-Ushûl,'' juz V, h. 348.</ref> | Artinya: “Dari Umm ‘Athiyah ra. Berkata: bahwa ada seorang perempuan juru sunat para wanita Madinah. Rasullah Saw bersabda kepadanya: ''“Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian (kenikmatan) perempuan dan kecintaan suami”.'' Dalam suatu riwayat baginda bersabda: ''“Potong ujung saja dan jangan berlebihan, karena hal itu penyeri wajah dan bagian (kenikmatan) suami”''. HR. Abû Dâwud.<ref>Abu Dawud, ''al-Sunan,'' kitab: al-Adab, no. [[hadits]]: 5271, juz IV, h. 368. Lihat: Ibn al-Atsîr, ''Jâmi’ al-Ushûl,'' juz V, h. 348.</ref> | ||
Baris 49: | Baris 51: | ||
Hadîts lain yang mungkin bisa menjadi dasar bagi mewajibkan khitan perempuan adalah yang diriwayatkan oleh al-Zuhrî. | Hadîts lain yang mungkin bisa menjadi dasar bagi mewajibkan khitan perempuan adalah yang diriwayatkan oleh al-Zuhrî. | ||
<div lang="ar" dir="rtl"> | |||
<big>عن الزهري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من أسلم فليختتن ولو كان كبيراً. رواه حرب بن إسماعيل.</big> | <big>عن الزهري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من أسلم فليختتن ولو كان كبيراً. رواه حرب بن إسماعيل.</big> | ||
</div> | |||
Dari al-Zuhrî berkata: Rasulullâh Saw bersabda: ''“Sesiapa yang masuk Islam, maka berkhitanlah, walaupn sudah besar”''. Hadîts ini diriwayatkan oleh Harb bin Sufyân.<ref>Lihat: Al-‘Asqallânî, ''Talkhish al-Habîr,'' juz IV, h. 82.</ref> | Dari al-Zuhrî berkata: Rasulullâh Saw bersabda: ''“Sesiapa yang masuk Islam, maka berkhitanlah, walaupn sudah besar”''. Hadîts ini diriwayatkan oleh Harb bin Sufyân.<ref>Lihat: Al-‘Asqallânî, ''Talkhish al-Habîr,'' juz IV, h. 82.</ref> | ||
Baris 59: | Baris 63: | ||
Imam al-Syawkânî memberi catatan terhadap seluruh teks hadîts yang berkaitan dengan kewajiban khitan, baik untuk lelaki maupun perempuan. Beliau berkata: | Imam al-Syawkânî memberi catatan terhadap seluruh teks hadîts yang berkaitan dengan kewajiban khitan, baik untuk lelaki maupun perempuan. Beliau berkata: | ||
<div lang="ar" dir="rtl"> | |||
<big>‘‘والحق أنه لم يقم دليل صحيح يدل على الوجوب والمتيقن السنة كما في حديث خمس من الفطرة ونحوه والواجب الوقوف على المتيقن إلى أن يقوم ما يوجب الانتقال عنه’’.</big> | <big>‘‘والحق أنه لم يقم دليل صحيح يدل على الوجوب والمتيقن السنة كما في حديث خمس من الفطرة ونحوه والواجب الوقوف على المتيقن إلى أن يقوم ما يوجب الانتقال عنه’’.</big> | ||
</div> | |||
Artinya: “Yang benar adalah; bahwa tidak ada dasar hukum yang shahîh, yang menunjukkan kewajiban khitan. Hukum yang bisa diyakini adalah sunnah seperti yang dinyatakan dalam hadits lima fithrah dan yang semisal dengannya. (Dalam hal ini), wajib mengikuti sesuatu yang sudah diyakini, sampai ada sesuatu yang merubahnya”.<ref>Al-Syawkânî, ''Nayl al-Awthâr,'' juz I, h. 139.</ref> | Artinya: “Yang benar adalah; bahwa tidak ada dasar hukum yang shahîh, yang menunjukkan kewajiban khitan. Hukum yang bisa diyakini adalah sunnah seperti yang dinyatakan dalam hadits lima fithrah dan yang semisal dengannya. (Dalam hal ini), wajib mengikuti sesuatu yang sudah diyakini, sampai ada sesuatu yang merubahnya”.<ref>Al-Syawkânî, ''Nayl al-Awthâr,'' juz I, h. 139.</ref> | ||
Baris 69: | Baris 75: | ||
Apabila berbicara dasar hukum khitan perempuan, dalam hal ini hadîts, maka pendapat yang mengatakan bahwa khitan perempuan itu wajib, adalah pendapat yang sangat lemah, karena tidak didukung oleh hadîts yang sahih dan redaksi hadîtspun tidak mendukung pendapat beliau. Karena itu, madzhab Hanafî, Mâlikî dan Hanbalî tidak mewajibkan khitan perempuan. Dasar hukum mereka adalah hadîts Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Abû Hurairah r.a. | Apabila berbicara dasar hukum khitan perempuan, dalam hal ini hadîts, maka pendapat yang mengatakan bahwa khitan perempuan itu wajib, adalah pendapat yang sangat lemah, karena tidak didukung oleh hadîts yang sahih dan redaksi hadîtspun tidak mendukung pendapat beliau. Karena itu, madzhab Hanafî, Mâlikî dan Hanbalî tidak mewajibkan khitan perempuan. Dasar hukum mereka adalah hadîts Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Abû Hurairah r.a. | ||
<div lang="ar" dir="rtl"> | |||
<big>عن أبي هريرة رضي الله عنه : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ‘‘الختان سنة للرجال مكرمة للنساء’’. رواه أحمد والبيهقي.</big> | <big>عن أبي هريرة رضي الله عنه : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ‘‘الختان سنة للرجال مكرمة للنساء’’. رواه أحمد والبيهقي.</big> | ||
</div> | |||
Dari Abû Hurayrah r.a bahwa Rasullâh Saw bersabda: ''“Khitan adalah sunnah bagi lelaki dan sesuatu yang mulia bagi perempuan”''. Diriwayatkan oleh Ahmad.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''al-Musnad,'' juz V, h. 75.</ref> | Dari Abû Hurayrah r.a bahwa Rasullâh Saw bersabda: ''“Khitan adalah sunnah bagi lelaki dan sesuatu yang mulia bagi perempuan”''. Diriwayatkan oleh Ahmad.<ref>Ahmad bin Hanbal, ''al-Musnad,'' juz V, h. 75.</ref> |