Trusted, Pengurus
15
suntingan
(Isi konten utama) |
k |
||
Baris 25: | Baris 25: | ||
Sebagai antitesis dari sikap resisten terhadap poligami , karya-karya kedua tersebut umumnya berasal dari studi lapangan yang memotret praktik poligami di tengah masyarakat tertentu. Bedanya dengan yang pertama, karya-karya tersebut umumnya mengandalkan data, khususnya wawancara, dan sudut pandang yang digunakan, dari perspektif laki-laki pelaku poligami, sementara yang pertama menggunakan perspektif perempuan sebagai istri yang dimadu. Meski begitu, ada juga sedikit karya yang memilih judul provokatif, semisal ''Indahnya Poligami: Pengalaman Keluarga Sakinah Puspo Wardoyo, Poligami: Kiat Sukses Beristri Banyak'' dan ''Zaujatun Wahidah la Takfi.'' | Sebagai antitesis dari sikap resisten terhadap poligami , karya-karya kedua tersebut umumnya berasal dari studi lapangan yang memotret praktik poligami di tengah masyarakat tertentu. Bedanya dengan yang pertama, karya-karya tersebut umumnya mengandalkan data, khususnya wawancara, dan sudut pandang yang digunakan, dari perspektif laki-laki pelaku poligami, sementara yang pertama menggunakan perspektif perempuan sebagai istri yang dimadu. Meski begitu, ada juga sedikit karya yang memilih judul provokatif, semisal ''Indahnya Poligami: Pengalaman Keluarga Sakinah Puspo Wardoyo, Poligami: Kiat Sukses Beristri Banyak'' dan ''Zaujatun Wahidah la Takfi.'' | ||
Hingga hari ini, poligami tetap dan sepertinya masih akan selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan. Implikaisnya terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, politik, ekonomi, demografi, bahkan psikologi sudah banyak diteliti dari berbagai lokus dan sudut pandang. Meski demikian, kasus-kasus poligami seperti selalu menemukan momentumnya baik dalam momen-momen yang relevan, seperti Idul Qurban yang berlatar kehidupan poligami Nabi Ibrahim, hingga momentum yang tampak ''random,'' semisal Idul Fitri, Maulid Nabi, dan lain sebagainya. Sayangnya, popularitas poligami dalam tataran wacana tidak berimbang dengan kajian ulang terhadap kontekstualisasi baik ketika ayat tersebut diturunkan maupun ketika harus digunakan. Ayat poligami (potongan dalam Surat Al-Nisa’ 3) seringkali dipotong secara sengaja demi dijadikan alat legitimasi praktik poligami dengan mengabaikan ayat-ayat lain yang relevan dan berhubungan ataupun data yang bisa dijadikan pembanding antara kondisi demografis dan sosial-budaya saat ini dengan situasi di Jazirah Arab 14 abad yang lalu. | Hingga hari ini, poligami tetap dan sepertinya masih akan selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan. Implikaisnya terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, politik, ekonomi, demografi, bahkan psikologi sudah banyak diteliti dari berbagai lokus dan sudut pandang. Meski demikian, kasus-kasus poligami seperti selalu menemukan momentumnya baik dalam momen-momen yang relevan, seperti Idul Qurban yang berlatar kehidupan poligami Nabi Ibrahim, hingga momentum yang tampak ''random,'' semisal Idul Fitri, Maulid Nabi, dan lain sebagainya. Sayangnya, popularitas poligami dalam tataran wacana tidak berimbang dengan kajian ulang terhadap kontekstualisasi baik ketika ayat tersebut diturunkan maupun ketika harus digunakan. Ayat poligami (potongan dalam Surat Al-Nisa’ 3) seringkali dipotong secara sengaja demi dijadikan alat legitimasi praktik poligami dengan mengabaikan ayat-ayat lain yang relevan dan berhubungan ataupun data yang bisa dijadikan pembanding antara kondisi demografis dan sosial-budaya saat ini dengan situasi di Jazirah Arab 14 abad yang lalu. | ||
Oleh: Noor Ishmah | |||
[[Kategori:Konsep Kunci]] | [[Kategori:Konsep Kunci]] |