12.023
suntingan
k (Agus Munawir memindahkan halaman Kamala Candrakirana ke Kamala Chandrakirana tanpa membuat pengalihan) |
|||
Baris 3: | Baris 3: | ||
*Ketua Dewan Pembina (Dewan Pembina) Fahmina Institute (2013-sekarang)}}'''Kamala Chandrakirana''' lahir pada 2 Oktober 1960, merupakan aktivis dan advokat untuk Hak Asasi Manusia dan demokrasi. Dia merupakan anggota pendiri dan dewan direksi Musawah, Ketua dan Dewan Direksi “Urgent Action Fund for Women’s Human Rights” Asia Pacific, Ketua dan Dewan Direksi “Indonesia for Humanity”, sekaligus menjadi anggota pendiri dan dewan Pembina [[Rahima]]. | *Ketua Dewan Pembina (Dewan Pembina) Fahmina Institute (2013-sekarang)}}'''Kamala Chandrakirana''' lahir pada 2 Oktober 1960, merupakan aktivis dan advokat untuk Hak Asasi Manusia dan demokrasi. Dia merupakan anggota pendiri dan dewan direksi Musawah, Ketua dan Dewan Direksi “Urgent Action Fund for Women’s Human Rights” Asia Pacific, Ketua dan Dewan Direksi “Indonesia for Humanity”, sekaligus menjadi anggota pendiri dan dewan Pembina [[Rahima]]. | ||
Sebagai salah satu penggerak [[KUPI]], Nana ''menggodok'' KUPI dengan [[tokoh]]-tokoh lainnya seperti [[Husein Muhammad]], Faqihuddin Abdul Kodir, Badriyah Fayumi, Helmi, [[Nur Rofiah]], dan AD Eridani. Diskusi terus dilakukan berulang kali untuk menghasilkan konsep bersama untuk KUPI. Para inisiator dan eksekutor KUPI ini ini akhirnya bersepakat bahwa output dari kongres adalah fatwa yaitu pandangan keagamaan. | Sebagai salah satu penggerak [[KUPI]], Nana ''menggodok'' KUPI dengan [[tokoh]]-tokoh lainnya seperti [[Husein Muhammad]], Faqihuddin Abdul Kodir, [[Badriyah Fayumi]], Helmi, [[Nur Rofiah]], dan AD Eridani. Diskusi terus dilakukan berulang kali untuk menghasilkan konsep bersama untuk KUPI. Para inisiator dan eksekutor KUPI ini ini akhirnya bersepakat bahwa output dari kongres adalah fatwa yaitu pandangan keagamaan. | ||
Para penggerak KUPI sempat terkejut melihat perhatian, antusiasme, dan respon dari para peserta dan masyarakat luas terkait KUPI. Kongres KUPI saat itu mendapat sorotan yang besar dari berbagai tokoh-tokoh Indonesia dan juga mendapatkan respon luar biasa di tingkat internasional. Bagi Nana, perhatian masyarakat di tingkat nasional dan internasional seperti “gelombang besar yang tak terduga” yang membawanya dan delegasi KUPI diundang oleh Parlemen Inggris untuk menceritakan tentang KUPI. Di tingkat internasional saat Nana berbicara tentang KUPI, masih banyak yang terkejut dengan istilah “ulama perempuan”. Mereka mempertanyakan bagaimana bisa ada ulama perempuan di Indonesia karena di Negara lain tidak ada istilah itu. | Para penggerak KUPI sempat terkejut melihat perhatian, antusiasme, dan respon dari para peserta dan masyarakat luas terkait KUPI. Kongres KUPI saat itu mendapat sorotan yang besar dari berbagai tokoh-tokoh Indonesia dan juga mendapatkan respon luar biasa di tingkat internasional. Bagi Nana, perhatian masyarakat di tingkat nasional dan internasional seperti “gelombang besar yang tak terduga” yang membawanya dan delegasi KUPI diundang oleh Parlemen Inggris untuk menceritakan tentang KUPI. Di tingkat internasional saat Nana berbicara tentang KUPI, masih banyak yang terkejut dengan istilah “ulama perempuan”. Mereka mempertanyakan bagaimana bisa ada ulama perempuan di Indonesia karena di Negara lain tidak ada istilah itu. | ||
== Riwayat Hidup == | == Riwayat Hidup == | ||
Nana, demikian ia biasa dipanggil, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Soedjatmoko Mangoendiningrat dan Ratmini Gandasubrata. Ia tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki idealisme yang tinggi terkait kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi. Ia menyelesaikan S1 Jurusan Sosiologi di Universitas Indonesia (1979-1981), kemudian melanjutkan double degree dalam Sosiologi di Universitas Sophia Tokyo (1981-1983). Satu tahun kemudian melanjutkan studi Magister Sains bidang Sosiologi Pembangunan di Universitas Cornell, Ithaca, New York (1984-1988). | Nana, demikian ia biasa dipanggil, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Soedjatmoko Mangoendiningrat dan Ratmini Gandasubrata. Ia tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki idealisme yang tinggi terkait kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi. Ia menyelesaikan S1 Jurusan Sosiologi di Universitas Indonesia (1979-1981), kemudian melanjutkan double degree dalam Sosiologi di Universitas Sophia Tokyo (1981-1983). Satu tahun kemudian melanjutkan studi Magister Sains bidang Sosiologi Pembangunan di Universitas Cornell, Ithaca, New York (1984-1988). | ||
Baris 16: | Baris 14: | ||
Di level internasional, Nana menjadi Ketua dan Dewan Direksi Urgent Action Fund for Women’s Human Rights – Asia and Pacific di Afrika dan Amerika Latin sejak 2017. Sejak 2009 sampai 2011 ia menjadi Anggota Pendiri Musawah, sebuah gerakan global untuk kesetaraan dan keadilan dalam keluarga muslim, kemudian sejak 2018 hingga sekarang menjadi Anggota Dewan Direksi. Ia juga bergabung sebagai anggota dan Tim Manajemen “Foundations for Peace Network” dengan anggota Irlandia Utara, Palestina, Serbia, Georgia, India, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, dan Indonesia (2014-sekarang). Ia juga merupakan anggota pendiri Asia Pacific Women’s Alliance on Peace and Security (APWAPS) sejak 2014 hingga sekarang. | Di level internasional, Nana menjadi Ketua dan Dewan Direksi Urgent Action Fund for Women’s Human Rights – Asia and Pacific di Afrika dan Amerika Latin sejak 2017. Sejak 2009 sampai 2011 ia menjadi Anggota Pendiri Musawah, sebuah gerakan global untuk kesetaraan dan keadilan dalam keluarga muslim, kemudian sejak 2018 hingga sekarang menjadi Anggota Dewan Direksi. Ia juga bergabung sebagai anggota dan Tim Manajemen “Foundations for Peace Network” dengan anggota Irlandia Utara, Palestina, Serbia, Georgia, India, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, dan Indonesia (2014-sekarang). Ia juga merupakan anggota pendiri Asia Pacific Women’s Alliance on Peace and Security (APWAPS) sejak 2014 hingga sekarang. | ||
== Tokoh dan Keulamaan Perempuan == | == Tokoh dan Keulamaan Perempuan == | ||
Kamala Candrakirana merupakan Sosiolog yang tidak memiliki latar belakang pesantren. Namun mulai terlibat dalam gerakan Islam progresif dengan [[komunitas]] santri-santri saat akhir masa Reformasi, yaitu melalui P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). P3M adalah suatu organisasi yang bekerja dengan mendorong demokrasi dan keadilan lewat pesantren. Saat itu P3M memiliki program tentang kesehatan reproduksi yang dikepalai oleh [[Lies Marcoes]], dan Nana diminta untuk mendukung program ini. Melalui program P3M, ia bertemu dengan aktivis pesantren yang ''concern'' dengan hak reproduksi perempuan di kalangan pesantren. Program ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Rahima. Ia merupakan salah satu jajaran pendirinya. Ia juga diminta untuk menjadi pengurus yayasan Fahmina di Cirebon, yang kerja-kerjanya juga berbasis pesantren. | Kamala Candrakirana merupakan Sosiolog yang tidak memiliki latar belakang pesantren. Namun mulai terlibat dalam gerakan Islam progresif dengan [[komunitas]] santri-santri saat akhir masa Reformasi, yaitu melalui P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). P3M adalah suatu organisasi yang bekerja dengan mendorong demokrasi dan keadilan lewat pesantren. Saat itu P3M memiliki program tentang kesehatan reproduksi yang dikepalai oleh [[Lies Marcoes]], dan Nana diminta untuk mendukung program ini. Melalui program P3M, ia bertemu dengan aktivis pesantren yang ''concern'' dengan hak reproduksi perempuan di kalangan pesantren. Program ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Rahima. Ia merupakan salah satu jajaran pendirinya. Ia juga diminta untuk menjadi pengurus yayasan Fahmina di Cirebon, yang kerja-kerjanya juga berbasis pesantren. | ||
Baris 23: | Baris 19: | ||
Suatu ketika, Nana bertemu dengan Zainah Anwar yang merupakan pendiri Sister in Islam (SIS) yang memperjuangkan hak-hak perempuan di Malaysia. Zainah merasa advokasinya di Malaysia sudah buntu sehingga membutuhkan forum atau konstituensi internasional sebagai basis lintas Negara. Untuk mengakomodasi hal tersebut, Zainah mengundang rekan-rekannya dari berbagai Negara, termasuk Nana yang menghasilkan pendirian Musawah sebagai a Global Movement for Equality and Justice in the Muslim Family tahun 2009. Nana tercatat sebagai salah satu pendiri Musawah dan mengajak beberapa tokoh kunci dari Indonesia untuk menjadi bagian dari gerakan Musawah dan mengikutsertakan mereka saat ''launching'' Musawah di Kuala Lumpur. | Suatu ketika, Nana bertemu dengan Zainah Anwar yang merupakan pendiri Sister in Islam (SIS) yang memperjuangkan hak-hak perempuan di Malaysia. Zainah merasa advokasinya di Malaysia sudah buntu sehingga membutuhkan forum atau konstituensi internasional sebagai basis lintas Negara. Untuk mengakomodasi hal tersebut, Zainah mengundang rekan-rekannya dari berbagai Negara, termasuk Nana yang menghasilkan pendirian Musawah sebagai a Global Movement for Equality and Justice in the Muslim Family tahun 2009. Nana tercatat sebagai salah satu pendiri Musawah dan mengajak beberapa tokoh kunci dari Indonesia untuk menjadi bagian dari gerakan Musawah dan mengikutsertakan mereka saat ''launching'' Musawah di Kuala Lumpur. | ||
Ketika terjadi kerusuhan tahun 1998, ia menjadi peneliti tentang desa di Nusa Tenggara Timur untuk memahami institusi-institusi lokal di tingkat desa. Saat itu ia memiliki jaringan dengan organisasi LSM perempuan seperti Kalyanamitra dan Solidaritas Perempuan. Melalui jaringan tersebut, ia dan rekan-rekannya mendampingi korban kekerasan dan membangun gerakan bersama [[Saparinah Sadli]] dan beberapa senior untuk bertemu Presiden Habibie. Melalui pertemuan tersebut, maka lahirlah Komnas Perempuan dengan Saparinah Sadli sebagai ketua dan Nana sebagai sekjen. | Ketika terjadi kerusuhan tahun 1998, ia menjadi peneliti tentang desa di Nusa Tenggara Timur untuk memahami institusi-institusi lokal di tingkat desa. Saat itu ia memiliki [[jaringan]] dengan organisasi LSM perempuan seperti Kalyanamitra dan Solidaritas Perempuan. Melalui jaringan tersebut, ia dan rekan-rekannya mendampingi korban kekerasan dan membangun gerakan bersama [[Saparinah Sadli]] dan beberapa senior untuk bertemu Presiden Habibie. Melalui pertemuan tersebut, maka lahirlah Komnas Perempuan dengan Saparinah Sadli sebagai ketua dan Nana sebagai sekjen. | ||
Saat bekerja di Komnas Perempuan, Nana mengumpulkan para tokoh kunci yang terlibat dalam launching dan gerakan Musawah untuk menindaklanjuti gerakan Musawah. Para tokoh ini berasal dari kalangan organisasi keagamaan seperti Fatayat dan Aisiyah, dan juga LSM seperti LBH Apik. Dalam pertemuan itu, mereka menginisiasi forum di Indonesia untuk memperjuangkan hal-hal yang sudah mereka tangkap dan sedang terjadi di tingkat global melalui Musawah. Maka dibentuklah [[Alimat]] untuk mengakomodasi hal tersebut. | Saat bekerja di Komnas Perempuan, Nana mengumpulkan para tokoh kunci yang terlibat dalam launching dan gerakan Musawah untuk menindaklanjuti gerakan Musawah. Para tokoh ini berasal dari kalangan organisasi keagamaan seperti Fatayat dan Aisiyah, dan juga LSM seperti LBH Apik. Dalam pertemuan itu, mereka menginisiasi forum di Indonesia untuk memperjuangkan hal-hal yang sudah mereka tangkap dan sedang terjadi di tingkat global melalui Musawah. Maka dibentuklah [[Alimat]] untuk mengakomodasi hal tersebut. | ||
Baris 58: | Baris 54: | ||
Banyak hal yang penting dan menarik yang terjadi terutama pasca kongres KUPI 2017, salah satunya terkait perjuangan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. KUPI memilih untuk bersuara dalam menghadapi serangan-serangan yang menggunakan narasi keagamaan untuk menggagalkan upaya pengesahan RUU PKS. Dalam proses itu, KUPI diundang oleh DPR dan pihak-pihak lainnya, merupakan proses menguatnya pengakuan terhadap otoritas ulama perempuan. | Banyak hal yang penting dan menarik yang terjadi terutama pasca kongres KUPI 2017, salah satunya terkait perjuangan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. KUPI memilih untuk bersuara dalam menghadapi serangan-serangan yang menggunakan narasi keagamaan untuk menggagalkan upaya pengesahan RUU PKS. Dalam proses itu, KUPI diundang oleh DPR dan pihak-pihak lainnya, merupakan proses menguatnya pengakuan terhadap otoritas ulama perempuan. | ||
== Karya-karya == | == Karya-karya == | ||
Nana memiliki karya-karya berupa makalah, presentasi, laporan dan publikasi terpilih yang diterbitkan dalam nasional dan internasional. Beberapa tema besar yang dikuasainya adalah Tentang Sumber Daya Gerakan Sosial, Tentang Hak-hak Perempuan dan Hak Asasi Manusia dan Tentang Keadilan Sosial, Demokrasi dan Bangsa. Berikut di antara karya-karyanya: | Nana memiliki karya-karya berupa makalah, presentasi, laporan dan publikasi terpilih yang diterbitkan dalam nasional dan internasional. Beberapa tema besar yang dikuasainya adalah Tentang Sumber Daya Gerakan Sosial, Tentang Hak-hak Perempuan dan Hak Asasi Manusia dan Tentang Keadilan Sosial, Demokrasi dan Bangsa. Berikut di antara karya-karyanya: | ||
Baris 73: | Baris 67: | ||
* “Poverty, Inequality and Gender-based Discrimination: A Role for Human Rights and the Law,” Konferensi Tahunan Asosiasi Pengacara Internasional, Tokyo, Jepang (20 Oktober 2014) | * “Poverty, Inequality and Gender-based Discrimination: A Role for Human Rights and the Law,” Konferensi Tahunan Asosiasi Pengacara Internasional, Tokyo, Jepang (20 Oktober 2014) | ||
''' | == Daftar Bacaan Lanjutan == | ||
'''“'''KUPI: Ruang Perjumpaan yang Tulus dan Majemuk”, dalam Tim KUPI (Ed.), ''Buku KUPI: Proyeksi Masa Depan Ulama Perempuan Indonesia; Kumpulan Tuisan Refleksi'' (KUPI 2017). | |||
{| | {| |