Ala’i Nadjib

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Ala’i Nadjib
Alai Nadjib.jpeg
Tempat, Tgl. LahirKudus, 05 Desember 1971
Aktivitas Utama
  • Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  • Ketua Prodi Ilmu Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Karya Utama
  • Penulis buku “Makhluk yang Paling Mendapat Perhatian Nabi: Perempuan dalam Hadist”
  • Penulis/editor buku “Gus Dur di Mata Perempuan” (2014)

Ala’i Nadjib lahir di Kudus, 5 Desember 1971. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Ia juga diamanati sebagai Kaprodi Ilmu Tasawuf di kampus tersebut. Selain membaktikan diri sebagai dosen, Ala’i juga aktif sebagai aktivis di berbagai organisasi, di antaranya Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM (Lakpesdam) NU, PP Fatayat NU, Alimat, KUPI, dan Indonesia Conference on Religious and Peace (ICRP).

Ibu tiga orang anak ini terlibat aktif dalam persiapan penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) 2017. Ia termasuk salah satu tim perumus Musyawarah Keagamaan tentang Kerusakan Alam dalam Konteks Ketimpangan Sosial yang digelar dalam rangkaian acara KUPI. Ia juga turut serta secara aktif sebagai panitia Devisi Seminar dan Workshop.

Riwayat Hidup

Ala’i Nadjib lahir dari pasangan Ibu Tohiroh dan Bapak Muhammad Nadjib. Ia adalah anak perempuan pertama dengan lima adik laki-laki dan dua perempuan. Ayahnya dikenal sebagai seorang santri dan pengajar ilmu balaghah dan fiqh. Hal itu tampak dari nama Ala’i yang diberikannya, begitu unik. Nama itu berarti “nikmat Allah yang banyak kepada hambanya” atau “nikmat yang tidak terbilang”. Ayahnya yang mesantren di Darul Ulum, Desa Pondowan, Kecamatan Tayu, Pati, dilamar pengasuh pesantren tersebut untuk dinikahkan dengan salah satu anak perempuannya. Pengasuh pesantren tersebut tak lain adalah kakek Ala’i. Ia adalah murid kesayangan Syaikh Yasin al Fadani, Ulama Indonesia keturunan Padang yang mengajar di masjidil Haram, pendiri sekolah perempuan pertama di Saudi, pada 1943. Lamaran itu ditujukan untuk anak perempuannya yang tak lain adalah ibu Ala’i, Ibu Tohiroh.

Ala’i menikah dengan Mahrus dari Losari, Cirebon, yang sekarang menjadi Kasubdit Pendidikan Al-Quran PD Pontren Kementerian Agama (Kemenag) RI. Pernikahannya dikaruniai tiga orang anak yakni Intihob Sudh Savirta, Imtiyaz Tashukayit, dan Ahsaba Bih Priyahita.

Ala’i mengawali pendidikan dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) khusus anak perempuan, Khiyarotul Banat, selama 7 tahun. Selanjutnya ia melanjutkan di Madrasah Aliyah Muallimat NU, Kudus, selama 6 tahun. Selain sekolah, setiap malam Ala’i kecil juga mengaji kepada ayahnya di langar Ihyauuusnah Tsaniyah. Di langgar itu dia mengaji Shahih Muslim, Ihya Ulumuddin, Riyadhu Shalihin, Tanbihul Ghafilin, Tajul A’rsay, dan kitab lainnya. Tapi kitab pertamanya adalah Nihayatuz Zain; kitab pertama yang dibelikan oleh ayahnya.

Setamat dari Madrasah Muallimat, Alai’i melanjutkan ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, dan pada tahun kedua mendaftar kuliah di Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta. Di kampus yang berada di Ciputat tersebut Ala’i mengambil Program Studi Tafsir Hadits. Sejak saat itu, cakrawala pengetahuannya mulai terbuka lebar. Di Kampus inilah Ala’i mengenal dan berinteraksi dengan berbagai pemikiran kritis dari Barat maupun Timur Tengah.

Di luar kelas, Ala’i juga berinteraksi dengan kelompok-kelompok studi yang marak saat itu. Di antaranya Formaci, Piramida, Flamboyan Shelter, Ikatan Mahasiswa Tafsir Hadis (Imath) PMII, HMI, dan IMM. Ala’i rajin mendatangi diskusi-diskusi mereka, meskipun secara resmi, dia hanya ikut organisasi MAPAB dan PKD dan waktu di LIPIA sempat menjadi ketua Korp PMII Puteri.

Tokoh dan Keulamaan Perempuan

Awal perkenalan Ala’i dengan isu Islam dan Perempuan adalah saat bertemu dengan Perhimpuanan Islam dan Pesantren (P3M) yang waktu itu mempunyai program fiqhun nisa. Program tersebut dikelola Lies Marcoes, Cici Farhah, Dani, Syafiq Hasyim, dan Maman Abdurrahman. Dua nama terakhir sangat dikenal Ala’i karena mereka berdua adalah seniornya di Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta juga pegiat di Piramida Circle. Ala’i rajin mengikuti diskusi bulanan P3M yang waktu itu dipimpin Masdar Mas’udi.

Dosen-dosen yang luar biasa di IAIN tak memberikan Ala’i perspektif perempuan yang mumpuni. Meskipun akhirnya Ala’i menulis tugas akhirnya di IAIN dengan mengangkat isu perempuan. Dia menganalisis kitab hadits Isyratun Nisa karya Imam Nasai. Kitab yang awalnya dia pinjam dari salah seorang dosen yang saat itu sangat konsen dalam isu perempuan, Nasaruddin Umar. Skripsinya berjudul Analisis Matan Hadis-Hadis Perempuan dalam Kitab Isyra al-Nisa’ oleh al-Nasa’i.

Perspektif perempuan kebanyakan dia dapatkan dari luar kelas, dari diskusi-diskusi terbatas dalam kajian perempuan maupun NGO. Selain itu dia juga rajin membaca majalah Ulumul Quran, salah satu bahasan di dalam majalah tersebut yang masih dia kenang adalah gagasan Wardah Hafidz. Selain itu juga buku Sachiko Murata, The Tao of Islam, buku-buku karya Fatimah Mernissi, seperti Wanita dalam Islam, Riffat Hasan, dan lain sebagainya, membanjiri diskursus Islam di Indonesia era itu.

Setelah lulus dari S1 IAIN Jakarta yang ditempuh selama 4,5 tahun, Ala’i bekerja di Lakpesdam NU di Jakarta. Di tempat itulah dia bertemu dengan Zainah Anwar dan Asma Barlas dalam acara yang digelar Lakpesdam. Pada saat itu juga dia diberikan mandat oleh Jurnal  Tashwirul Afkar, Jurnal NU pertama. Pada edisi pertamanya, tahun 1998, Afkar memuat tulisan Ala’i tentang perempuan. Saat berkiprah di Lakpesdam, Ala’i bertemu banyak peneliti dan Indonesianis, seperti Robin Bush, Ken Michi, Greg Barton, Greg Fealy, Andrea Feillard dan lain-lain.

Setahun selepas lulus, Ala’i mendapat beasiswa dari Ford Foundation’s pada program Enhancement of the Participation of Indonesian Gender Advocates in Advanced Islamic Studies. Sebuah program kerja sama antara Ford Foundation dan Universitas Leiden. Program ini diinisiasi Johan Meuleman, dosen Univ Leden yang menjadi dosen tamu di IAIN Jakarta dan Ibu Rosalia Sciortino yang menjadi Direktur Ford Foundation.

September 2000, Ala’i berangkat ke Leiden bersama Syafiq Hasyim, Yunianti Chudzaifah, dan Dewi Sukarti. Di Leiden, Ala’i bertemu Fatimah Mernissi dan berkunjung ke rumah Nawal al-Saadawi, aktivis perempuan dari Mesir. Ala’i menyelesaikan S2 nya, dan menjadi Master of Arts, dengan mengangkat tesis tentang gerakan perempuan Indonesia berjudul Indonesian Muslim Feminists Thinking, A Study of Schools of Thought between 1990 and 2000.

Setelah studi S2, Ala’i menjalankan berbagai aktivitas dan bertemu dengan para aktivis perempuan yang lebih luas, baik dalam pekerjaaan maupun organisasi. Ala’i terus berkiprah di dunia aktivis perempuan, bertemu dengan Ibu Shinta Nuriyah, Ibu Musda Mulia, Ibu Maria Ulfah, Badriyah Fayumi, dan lainnya, hingga kini. Selain itu, dia terus berproses bersama teman-teman dan jaringan, dari mulai Alimat hingga Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).

Sejak 2017, Ala’i mengajar sebagai dosen di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. Ala’i mengajar mata kuliah Pengantar Studi Islam, Ulumul Quran dan Tafsir, Ulumul Hadits dan Hadits, Quran dan Hadits, dan Sejarah Pendidikan. Selain di UIN, Ala’i juga pernah mengajar sebagai dosen tamu S2 Kajian Wanita UI (2003), Institut Jamiat Kheir Jakarta (2005-2013), FISIP UIN Jakarta (2009 - 2020), dan STAINU Jakarta (2013- 2017). Sejak 2018, dia menjabat sebagai Kaprodi Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

Pada 2009, Ala’i menjadi Koordinator Bidang Pemuda Antar Iman ICRP, Anggota Litbang PP Fatayat NU (2005-2010), Ketua Bidang Pemuda dan Perempuan Antar Iman ICRP (2005-2010), Wakil Ketua PP Lakpesdam NU (2005-2010), Ketua Bidang Pelatihan dan Pendidikan Alimat (2009- 2015), Ketua PIKER PP Fatayat NU (2014), Wakil Ketua PP Lakpesdam NU (2015-2021), Anggota Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (2020-2025).

Karya-karya

A.  Karya Tulis

  • Nasab dan Nasib Syarifah. https://islamina.id/wp-content/uploads/2020/09/Bulletin-Islamina-Vol-1-Nomor-4-15-September-2020.pdf
  • Niqab Between Text and Fashion Tren. https://eudl.eu/pdf/10.4108/eai.12-11-2019.2293535.
  • Sanad Keilmuan di Tengah Ustadz Google (Kontributor buku Muslim Milineal), Mizan. 2018.
  • Modul Action Plan Revolusi Mental dengan Perspektif Agama (Pusdiklat Kemenag RI). 2017.
  • Hidup di Negeri Multikultural (Kontributor, Diterbitkan oleh Kedutaan Australia dan Gramedia). 2017.
  • Ensiklopedia Islam Nusantara (Kontributor), Kemenag RI Tahun 2016.
  • Fatayat Naddlatul Ulama and Women and Social Protest. 2012.
  • Fiqih Minoritas Untuk Siapa? Jurnal Tashwirul Afkar No 31/2011. PP Lakpesdam NU
  • Khitan Perempuan: Dari Sudut Pandang Sosial, Budaya, Kesehatan, dan Agama (Hasil Penelitian Anggota Tim) UniversitasYarsi-Ford Foundation. 2010.
  • Modul Fasilitator untuk Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin, Edisi Revisi (Tim Penulis), PP. Fatayat NU – BKKBN. 2010.


B.   Penelitian

  • Rohingya Maritime Asylum Seekers in Southeast Asia. 2015.
  • Baseline Pengarusutamaan Gender di UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta Tahun 2009-2014. 2014.
  • Budaya Menyusui ASIE di Kalangan Dosen UIN Jakarta; Pengaruh dan Dampak bagi Karir Mengajar. 2013.
  • Arkeologi Pengetahuan Muslim Radikal, Studi atas Publikasi Buku-Buku Islam   Radikal di Indonesia 2004 – 2009 (FISIP UIN – Kemenag). 2010.
  • Penelitian Persepsi Ibu Nyai Pesantren Se-Banten tentang Kepemimpinan. 2008.
  • Perempuan dalam Islam (Fatayat NU- Meneg KPP). 2008.
  • Penelitian tentang Hak-Hak Buruh Migran Perempuan Islam Indonesia (PP Fatayat - City University Hongkong). 2007.
  • Penelitian di East West Center Universitas Hawai ‘Perempuan dan Fundamentalisme’. 2003.

Penghargaan

  • Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun bagi ASN. 2020
  • Beasiswa Pendidikan Tinggi Islam Kemenag Program Doktoral. 2012.
  • Terpilih sebagai partisipan dalam Program Australia-Indonesia Muslim Leader Exchange 2003-2004
  • Terpilih sebagai visiting fellow dalam Program ‘Islam in the Pacific Region’ East-West Center, Hawaii selama 2 bulan. Agustus-September 2003.
  • Beasiswa dari Ford Foundation’s pada program Enhancement of the Participation of Indonesian Gender Advocates in Advanced Islamic Studies.  Program ini untuk melanjutkan S2 di Universitas Leiden Belanda. 2000-2003.
  • Beasiswa selama lima semester untuk mahasiswa yang meraih indeks prestasi 3.0 – 4.0 dan pengurus organisasi intra kampus. Fakultas Ushuludin IAIN Jakarta. Tahun 1995-1998.

Daftar Bacaan Lanjutan

  • Ala’i Nadjib, Namaku Ala’i Nadjib: Patriarkhi Setengah Hati, Selembar Tiket Kebebasan.
  • Ala’i Nadjib (ed.), Gus Dur di Mata Perempuan, (Yogyakarta: PP Fatayat-Gading Press, 2013)


Penulis : Abdul Rosyidi
Editor : Nor Ismah
Reviewer : Faqihuddin Abdul Kodir