2023 Kritik atas Pemaknaan Hadis tentang Dayyuth di Media Sosial

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
2023 Kritik atas Pemaknaan Hadis tentang Dayyuth di Media Sosial
NO PHOTO.jpg
JudulJurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
SeriVol 24 No 2 (2023)
Tahun terbit
Dec 1, 2023
ISBN2549-4260
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Seri : Vol 24 No 2 (2023)
Tahun : Dec 1, 2023
Judul Tulisan : Kritik atas Pemaknaan Hadis tentang Dayyuth di Media Sosial
Penulis : Kholila Mukaromah (Institut Agama Islam Negeri Kediri)

Abstract

This paper aims to criticize the meaning of the hadith which talks about dayyuth which is spread on social media in the perspective of qira’ah mubadalah. This study is included in the library research where the data is analyzed using qira’ah mubadalah analysis. The study begins with searching for some hadiths that contain the term dayyuth. The results of the study show that: first, the hadith regarding dayyuth is found in a number of hadith books: Sunan al-Nasa’i no. 2512; Musnad Ahmad no.5904, 5839, and 5117; Musnad Abī Ya’lā no. 5430, al-Mustadrak ‘ala Ṣahihayn li al-Ḥākim no.226; Muṣannaf Abī Razzāq no. 19.521; dan al-Mu’jam al-Awsaṭ li al-Ṭabranī with meaningful editorial and hadith quality still at the level of accepted hadith (ṣaḥīḥ). Second, in the original meaning, dayyuth is addressed to someone who has given up his family to commit an abomination. In the analysis of qira’ah mubadalah, dayyuth is not only aimed at men, but also includes women who allow their partners or family to do things that are prohibited by religion. The prohibition of becoming a dayyuth is basically a signal to always remind each other to amar ma'ruf nahi munkar in the smallest sphere of society, namely the family. Third, the results of this interpretation are therefore considered not to support the meaning of the hadith dayyuth which is spread on social media which tends to partially and literally place the blame on men as husbands or heads of families and at the same time prohibit women from appearing in public, even if it's just a photo.

Keywords: dayyuth, thematic hadith, interpretation of hadith, qira’ah mubadalah, social media

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengkritik pemaknaan hadis yang berbicara mengenai dayyuth yang tersebar di media sosial dalam perspektif qira’ah mubadalah. Kajian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan yang datanya dianalisis dengan menggunakan analisis qira’ah mubadalah. Kajian diawali dengan pencarian hadis-hadis yang memuat term dayyuth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, hadis mengenai dayyuth terdapat dalam sejumlah kitab hadis: Sunan al-Nasa’i no. 2512; Musnad Ahmad no. 5904, 5839, dan 5117; Musnad Abi Ya’la no. 5430, al-Mustadrak ‘ala Ṣahihayn li al-Ḥākim no. 226; Muṣannaf Abī Razzāq no. 19.521; dan al-Mu’jam al-Awsaṭ li al-Ṭabranī dengan redaksi yang semakna dan kualitas hadis masih dalam tataran hadis maqbul. Kedua, secara makna asal, dayyuth ditujukan pada seorang yang merelakan keluarganya berbuat kekejian. Dalam analisis pembacaan mubadalah, dayyuth tidak hanya ditujukan kepada laki-laki saja, namun juga mencakup perempuan yang membiarkan pasangan maupun keluarganya berbuat hal yang dilarang oleh agama. Larangan menjadi dayyuth pada dasarnya isyarat agar senantiasa saling mengingatkan untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam lingkup masyarakat terkecil, yakni keluarga. Ketiga, hasil pemaknaan tersebut oleh karenanya dinilai tidak mendukung pemaknaan hadis dayyuth yang tersebar di media sosial yang cenderung parsial dan literal menimpakan kesalahan pada laki-laki sebagai suami atau kepala keluarga dan sekaligus melarang perempuan tampil di publik, meskipun hanya sekedar foto saja.

Kata Kunci: dayyuth, hadis tematik, interpretasi hadis, qira’ah mubadalah, media sosial

Untuk membaca penuh artikel ini silahkan klik tautan berikut: https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.18913