Bashirotul Hidayah: Perbedaan revisi
(10 revisi antara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox person|name=Bashirotul Hidayah|birth_date=Jombang, 29 Nopember 1977|image=Bashirotul_hidayah.jpg|imagesize=180px|known for=Penulis Buku: | |||
*Mutiara Tauhid: Terjemah Durru Al-Farid, dan Kamus Ta’liqat|occupation=*Wakil Rektor 2 Bidang Keuangan, Sarana Prasaranan, dan SDM di Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang Jawa Timur. | |||
*Ketua Forum Dakwah (Fordaf) PW Fatayat NU Jawa Timur}} | |||
Kegiatan sehari-hari Bashirotul Hidayah yang memiliki keterkaitan dengan gerakan [[KUPI]], antara lain dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dan dosen di IAIBAFA, ia telah mendorong terselenggaranya kegiatan diskusi dan seminar dengan mengangkat isu seputar hak dan posisi perempuan dalam perspektif [[khazanah]] kitab kuning. Sedangkan kegiatan yang telah terselenggara adalah: ''Pertama'', Seminar Meneladani Keluarga Nabi Muhammad SAW. dengan narasumber Dr. KH. Husein Muhammad pada tanggal 20 Nopember 2018. ''Kedua'', Webinar Nasional bertema “Pesantren, Kitab Kuning, dan Perempuan” dengan narasumber Dr. KH. Imam Nakhai (Komisioner Komnas Perempuan RI) pada tanggal 14 Juni 2020. ''Ketiga,'' Webinar Nasional Kajian [[Hukum Keluarga]] dengan narasumber Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, Ph.D pada tanggal 07 Maret 2021. | '''Bashirotul Hidayah,''' lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 29 November 1977, adalah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Amanah Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia juga menjabat sebagai Pengurus Harian Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, dan Wakil Rektor 2 Bidang Keuangan, Sarana Prasaranan, dan SDM di Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang, Jawa Timur. Selain itu, Ning Ida, demikian ia biasa dipanggil, juga menjadi Dosen Tetap di Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang Jawa Timur, Guru di Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas, Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur, dan Ketua Forum Dakwah (Fordaf) PW Fatayat NU Jawa Timur. | ||
Kegiatan sehari-hari Bashirotul Hidayah yang memiliki keterkaitan dengan gerakan [[KUPI]], antara lain dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dan dosen di IAIBAFA, ia telah mendorong terselenggaranya kegiatan diskusi dan seminar dengan mengangkat isu seputar hak dan posisi perempuan dalam perspektif [[khazanah]] kitab kuning. Sedangkan kegiatan yang telah terselenggara adalah: ''Pertama'', Seminar Meneladani Keluarga Nabi Muhammad SAW. dengan narasumber Dr. KH. [[Husein Muhammad]] pada tanggal 20 Nopember 2018. ''Kedua'', Webinar Nasional bertema “Pesantren, Kitab Kuning, dan Perempuan” dengan narasumber Dr. KH. Imam Nakhai (Komisioner Komnas Perempuan RI) pada tanggal 14 Juni 2020. ''Ketiga,'' Webinar Nasional Kajian [[Hukum Keluarga]] dengan narasumber Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, Ph.D pada tanggal 07 Maret 2021. | |||
Di samping menggalakkan kegiatan mimbar akademik dengan tema-tema perempuan dan keluarga, Ning Ida juga menginisiasi berdirinya [[lembaga]] bimbingan pra nikah di IAIBAFA pada tahun 2018 dengan nama “Sakinah Center”. Masih di bidang yang sama, ia juga telah melakukan restrukturasi Perguruan Tinggi dengan menempatkan dosen-dosen perempuan pada posisi yang strategis. Dua perempuan sebagai wakil rektor, satu perempuan sebagai dekan, dan tiga perempuan sebagai kaprodi. | Di samping menggalakkan kegiatan mimbar akademik dengan tema-tema perempuan dan keluarga, Ning Ida juga menginisiasi berdirinya [[lembaga]] bimbingan pra nikah di IAIBAFA pada tahun 2018 dengan nama “Sakinah Center”. Masih di bidang yang sama, ia juga telah melakukan restrukturasi Perguruan Tinggi dengan menempatkan dosen-dosen perempuan pada posisi yang strategis. Dua perempuan sebagai wakil rektor, satu perempuan sebagai dekan, dan tiga perempuan sebagai kaprodi. | ||
Di luar kegiatan akademik kampus, sebagai seorang pengajar di Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum (Madrasah tertua di Jawa Timur, tempat studi KH. Abdurrahman Wahid/Gus Dur saat berada di Pondok Tambakberas), Ning Ida banyak mengajarkan tentang potensi dan posisi strategis yang dapat diperankan oleh perempuan. Ia banyak mengenalkan [[tokoh]]-tokoh perempuan inspiratif di dalam Al-Qur’an, seperti Maryam, Asiyah, dan para Istri Nabi, dan para mufasir perempuan, misalnya ‘Aisyah Bintu Syathi’. Ning Ida juga aktif berdakwah di masyarakat terutama dengan [[komunitas]] perempuan yang itu relevan dengan isu-isu atau kajian-kajian KUPI. Ia merasa berkewajiban untuk mengajarkan apa-apa yang telah ia dapatkan dari KUPI kepada keluarga dan lingkungannya. | Di luar kegiatan akademik kampus, sebagai seorang pengajar di Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum (Madrasah tertua di Jawa Timur, tempat studi KH. Abdurrahman Wahid/Gus Dur saat berada di Pondok Tambakberas), Ning Ida banyak mengajarkan tentang potensi dan posisi strategis yang dapat diperankan oleh perempuan. Ia banyak mengenalkan [[tokoh]]-tokoh perempuan inspiratif di dalam Al-Qur’an, seperti Maryam, Asiyah, dan para Istri Nabi, dan para mufasir perempuan, misalnya ‘Aisyah Bintu Syathi’. Ning Ida juga aktif berdakwah di masyarakat terutama dengan [[komunitas]] perempuan yang itu relevan dengan isu-isu atau kajian-kajian KUPI. Ia merasa berkewajiban untuk mengajarkan apa-apa yang telah ia dapatkan dari KUPI kepada keluarga dan lingkungannya. | ||
== Riwayat Hidup == | |||
Ning Ida lahir di lingkungan pesantren, tepatnya Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia menerima pendidikan pertama kali dan terus berlangsung hingga saat ini dari kedua orang tuanya. Lingkungan dan tradisi pesantren memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan jati diri dan gagasan utama pemikirannya dalam menjalankan peran sebagai ''khadimat al-ummat''. Ia menempuh pendidikan formal dasarnya di dua tempat sekaligus, yaitu SDN Tambakrejo dan MI Bahrul Ulum Tambakberas. Selepas pendidikan dasar, ia melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan atas di Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum. Pendidikan sarjana ia selesaikan di UIN Sunan Ampel Surabaya (saat itu masih bernama IAIN), sementara pendidikan pasca sarjana ia tempuh di UNIPDU Jombang. | Ning Ida lahir di lingkungan pesantren, tepatnya Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia menerima pendidikan pertama kali dan terus berlangsung hingga saat ini dari kedua orang tuanya. Lingkungan dan tradisi pesantren memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan jati diri dan gagasan utama pemikirannya dalam menjalankan peran sebagai ''khadimat al-ummat''. Ia menempuh pendidikan formal dasarnya di dua tempat sekaligus, yaitu SDN Tambakrejo dan MI Bahrul Ulum Tambakberas. Selepas pendidikan dasar, ia melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan atas di Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum. Pendidikan sarjana ia selesaikan di UIN Sunan Ampel Surabaya (saat itu masih bernama IAIN), sementara pendidikan pasca sarjana ia tempuh di UNIPDU Jombang. | ||
Selain pendidikan formal, ia juga menempuh pendidikan non-formal di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, di antaranya Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Pondok Pesantren Al-Quran Maunah, Sari Bandar Kidul, Kediri, Pondok pesantren Al-Quran, Robayan, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah, Pondok Pesantren Salafiyah, Pethuk, Semen, Kediri, dan Pondok Pesantren Salafiyah Bustanul Arifin, Papar, Purwoasri, Kediri. | Selain pendidikan formal, ia juga menempuh pendidikan non-formal di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, di antaranya Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Pondok Pesantren Al-Quran Maunah, Sari Bandar Kidul, Kediri, Pondok pesantren Al-Quran, Robayan, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah, Pondok Pesantren Salafiyah, Pethuk, Semen, Kediri, dan Pondok Pesantren Salafiyah Bustanul Arifin, Papar, Purwoasri, Kediri. | ||
== Tokoh Dan Keulamaan Perempuan == | |||
Di antara kegiatan kemasyarakatan yang Ning Ida jalankan adalah Kajian Rutin Fikih Perempuan setiap Selasa Pahing. Kajian ini secara khusus diikuti oleh para perempuan di sekitar lingkungan pesantren di Tambakberas Jombang. Materi kajian berisi tentang persoalan fikih. Pola kajian dilakukan dengan menggunakan tanya jawab. Persoalan fikih perempuan yang bersifat keseharian dan kekinian diajukan oleh para peserta kajian. Persoalan yang masuk kemudian dicarikan jawaban berdasar pada khazanah kitab kuning dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadits. Di kota yang sama, setiap hari Ning Ida juga melakukan kajian kitab ''Mukasyafatul Qulub'' karya Hujjatul Islam, Abu Hamid Al-Ghazali. Kajian ini diikuti juga oleh para perempuan di sekitar pesantren. Berbeda dengan kajian fikih perempuan, dalam kajian ini fokus yang dibahas adalah persoalan akhlak. | Di antara kegiatan kemasyarakatan yang Ning Ida jalankan adalah Kajian Rutin Fikih Perempuan setiap Selasa Pahing. Kajian ini secara khusus diikuti oleh para perempuan di sekitar lingkungan pesantren di Tambakberas Jombang. Materi kajian berisi tentang persoalan fikih. Pola kajian dilakukan dengan menggunakan tanya jawab. Persoalan fikih perempuan yang bersifat keseharian dan kekinian diajukan oleh para peserta kajian. Persoalan yang masuk kemudian dicarikan jawaban berdasar pada khazanah kitab kuning dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadits. Di kota yang sama, setiap hari Ning Ida juga melakukan kajian kitab ''Mukasyafatul Qulub'' karya Hujjatul Islam, Abu Hamid Al-Ghazali. Kajian ini diikuti juga oleh para perempuan di sekitar pesantren. Berbeda dengan kajian fikih perempuan, dalam kajian ini fokus yang dibahas adalah persoalan akhlak. | ||
Selain dua forum pengajian tersebut, Ning Ida menjadi narasumber tetap pada diskusi bulanan yang dihadiri oleh para perempuan lintas profesi di Jombang yang terhimpum dalam kelompok “Mukminat”. Kajian ini diikuti oleh para Bu Nyai pengasuh pesantren, aktivis perempuan, pengusaha perempuan, dan perempuan dengan profesi lainnya. Kajian dengan menggunakan kitab ''Fathul Mu’in'' sebagai referensi ini telah berjalan selama sembilan tahun. | Selain dua forum pengajian tersebut, Ning Ida menjadi narasumber tetap pada diskusi bulanan yang dihadiri oleh para perempuan lintas profesi di Jombang yang terhimpum dalam kelompok “Mukminat”. Kajian ini diikuti oleh para Bu Nyai pengasuh pesantren, aktivis perempuan, pengusaha perempuan, dan perempuan dengan profesi lainnya. Kajian dengan menggunakan kitab ''Fathul Mu’in'' sebagai referensi ini telah berjalan selama sembilan tahun. | ||
Ning Ida juga memiliki kajian rutin di luar kota. Di antaranya adalah kajian kitab ''Irsyadul ‘Ibad'' di Madura. Kajian kitab karya Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary yang diikuti oleh kelompok perempuan ini telah berjalan selama lima tahun dan masih berlangsung hingga saat ini. Selain di Jawa Timur, Ning Ida memiliki aktivitas kajian di Jawa Barat, tepatnya di kota Bekasi. Kajian rutin khusus perempuan ini mulai berlangsung sejak tahun 2019. Di samping kajian offline, Ning Ida juga menjadi narasumber kajian online dengan menggunakan kitab ''al-Sittin al-Adaliyah'' karya Kyai | Ning Ida juga memiliki kajian rutin di luar kota. Di antaranya adalah kajian kitab ''Irsyadul ‘Ibad'' di Madura. Kajian kitab karya Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary yang diikuti oleh kelompok perempuan ini telah berjalan selama lima tahun dan masih berlangsung hingga saat ini. Selain di Jawa Timur, Ning Ida memiliki aktivitas kajian di Jawa Barat, tepatnya di kota Bekasi. Kajian rutin khusus perempuan ini mulai berlangsung sejak tahun 2019. Di samping kajian offline, Ning Ida juga menjadi narasumber kajian online dengan menggunakan kitab ''al-Sittin al-Adaliyah'' karya Kyai Faqihuddin Abdul Kodir dan kitab ''Irsyadul ‘Ibad'' yang diselenggarakan oleh PW Fatayat NU Jawa Timur. Ning Ida juga mengasuh ratusan anak-anak yatim dan menyekolahkan mereka mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. | ||
Ning Ida mendengar tentang KUPI pertama kali pada tahun 2017, setelah pelaksanaan Kongres Pertama di Cirebon. Ia merasa antusias mengikuti dinamika perkembangan KUPI. Ia melihat bahwa di Indonesia kisah mengenai tokoh | Ning Ida mendengar tentang KUPI pertama kali pada tahun 2017, setelah pelaksanaan Kongres Pertama di Cirebon. Ia merasa antusias mengikuti dinamika perkembangan KUPI. Ia melihat bahwa di Indonesia kisah mengenai tokoh ulama perempuan tidak banyak diceritakan sehingga para ulama perempuan seakan tidak berperan secara signifikan bagi kemajuan bangsa. Padahal, apabila menengok sejarah dan realitas di masyarakat, tak terhitung jumlah ulama perempuan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa, khususnya umat Islam. Melihat kondisi Indonesia saat ini, peran ulama perempuan sangat diperlukan, terutama untuk melakukan pembacaan atas teks-teks keagamaan dari perspektif perempuan, untuk melengkapi sekaligus menghindari pembacaan teks-teks keislaman yang masih patriarkis dan bias gender. | ||
Ning Ida kemudian terlibat di dalam kelompok kajian yang dibentuk bersama Fatayat NU dan Women Crisis Center (WCC) di Jombang untuk meneruskan pemikiran-pemikiran KUPI di lingkungannya. Kajian Fatayat NU merupakan kajian rutin keagamaan yang membahas tentang tema-tema perempuan, dari tingkat ranting, cabang, hingga wilayah. Sementara dengan WCC Jombang, Ning Ida membentuk kajian berkala mendiskusikan tema-tema perempuan dan anak. Ning Ida juga mewakili perempuan pesantren bermitra dengan WCC dalam pendampingan psikis korban kekerasan. | Ning Ida kemudian terlibat di dalam kelompok kajian yang dibentuk bersama Fatayat NU dan Women Crisis Center (WCC) di Jombang untuk meneruskan pemikiran-pemikiran KUPI di lingkungannya. Kajian Fatayat NU merupakan kajian rutin keagamaan yang membahas tentang tema-tema perempuan, dari tingkat ranting, cabang, hingga wilayah. Sementara dengan WCC Jombang, Ning Ida membentuk kajian berkala mendiskusikan tema-tema perempuan dan anak. Ning Ida juga mewakili perempuan pesantren bermitra dengan WCC dalam pendampingan psikis korban kekerasan. | ||
Menurut Ning Ida, salah satu peluang besar yang dimiliki oleh KUPI untuk memperluas jaringan dan pengaruhnya adalah pemikiran dan sikap KUPI yang moderat dan berkeadilan dan diperkuat oleh ulama-ulama perempuan yang kompeten di bidang masing-masing. Namun demikian, Ning Ida juga melihat bahwa budaya patriarkis yang masih kuat mengakar di tengah masyarakat, khususnya masyarakat pesantren, membuat ruang gerak dan kiprah perempuan masih terbatas. Di lingkungan Ning Ida, isu-isu yang dikembangkan oleh KUPI masih belum mendapatkan respon yang signifikan, dengan fakta bahwa kegiatan-kegiatan yang ia lakukan bersama jaringan dari simpul-simpul KUPI masih belum ramai peminat. Persoalan ini merupakan salah satu tantangan bagi gerakan dan gagasan KUPI ke depan. | Menurut Ning Ida, salah satu peluang besar yang dimiliki oleh KUPI untuk memperluas [[jaringan]] dan pengaruhnya adalah pemikiran dan sikap KUPI yang moderat dan berkeadilan dan diperkuat oleh ulama-ulama perempuan yang kompeten di bidang masing-masing. Namun demikian, Ning Ida juga melihat bahwa budaya patriarkis yang masih kuat mengakar di tengah masyarakat, khususnya masyarakat pesantren, membuat ruang gerak dan kiprah perempuan masih terbatas. Di lingkungan Ning Ida, isu-isu yang dikembangkan oleh KUPI masih belum mendapatkan respon yang signifikan, dengan fakta bahwa kegiatan-kegiatan yang ia lakukan bersama jaringan dari simpul-simpul KUPI masih belum ramai peminat. Persoalan ini merupakan salah satu tantangan bagi gerakan dan gagasan KUPI ke depan. | ||
Selain itu, Ning Ida juga menemukan bahwa peran perempuan di lingkungannya masih dianggap sebagai peran nomor dua, baik di lembaga formal maupun non-formal. Misalnya, di lingkungan kerja Ning Ida masih jarang perempuan yang menempati posisi utama atau nomor satu. Karena kesempatan itu masih sedikit diberikan kepada perempuan, meskipun kapasitas dan kualitas yang dimiliki sama, atau bahkan melebihi. Fenomena ini menjadi tantangan bagi Ning Ida secara pribadi juga anggota KUPI di lingkungannya untuk terus bersama-sama memberikan pemahaman tentang keadilan terhadap perempuan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dalam kehidupan organisasi dan kemasyarakatan. | Selain itu, Ning Ida juga menemukan bahwa peran perempuan di lingkungannya masih dianggap sebagai peran nomor dua, baik di lembaga formal maupun non-formal. Misalnya, di lingkungan kerja Ning Ida masih jarang perempuan yang menempati posisi utama atau nomor satu. Karena kesempatan itu masih sedikit diberikan kepada perempuan, meskipun kapasitas dan kualitas yang dimiliki sama, atau bahkan melebihi. Fenomena ini menjadi tantangan bagi Ning Ida secara pribadi juga anggota KUPI di lingkungannya untuk terus bersama-sama memberikan pemahaman tentang keadilan terhadap perempuan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dalam kehidupan organisasi dan kemasyarakatan. | ||
== Penghargaan Dan Prestasi == | |||
Ning Ida memperoleh penghargaan-penghargaan, di antaranya dari perguruan tinggi tempat ia mengabdi, yaitu dinobatkan sebagai Dosen Terbaik dalam Bidang Pengembangan Pemikiran Perempuan (2019) dan Dosen Perempuan Inspiratif (2021). | Ning Ida memperoleh penghargaan-penghargaan, di antaranya dari perguruan tinggi tempat ia mengabdi, yaitu dinobatkan sebagai Dosen Terbaik dalam Bidang Pengembangan Pemikiran Perempuan (2019) dan Dosen Perempuan Inspiratif (2021). | ||
== Karya-Karya == | |||
Di antara karya akademik yang telah Ning Ida tulis adalah sebagai berikut: | Di antara karya akademik yang telah Ning Ida tulis adalah sebagai berikut: | ||
# “Afiksasi Kata Kerja Masa Lampau dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia: Analisis Kontrastif”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'', (2013). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/16/14 | # “Afiksasi Kata Kerja Masa Lampau dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia: Analisis Kontrastif”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'', (2013). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/16/14</nowiki> | ||
# “Qâmûs Al-Af’âl Al-Muta’addiyah Bi Al-Haf Al-Jarr Al-Takhrîj Min Al-Qur’ân Al-Karîm”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'' (2014). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/issue/view/4 | # “Qâmûs Al-Af’âl Al-Muta’addiyah Bi Al-Haf Al-Jarr Al-Takhrîj Min Al-Qur’ân Al-Karîm”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'' (2014). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/issue/view/4</nowiki> | ||
# “Ta’lîm Al-Lughah Al-‘Arabiyyah Al-Badawiyyah Li Tathawwur Al-Taqaddum ‘Al Al-Daulah Al-Umawiyyah; Al-Dirâsah Al-Takhlîliyyah Hîlâl Al-Manhaj Wa Al-Tharîqah”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'' (2016). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/94/78 | # “Ta’lîm Al-Lughah Al-‘Arabiyyah Al-Badawiyyah Li Tathawwur Al-Taqaddum ‘Al Al-Daulah Al-Umawiyyah; Al-Dirâsah Al-Takhlîliyyah Hîlâl Al-Manhaj Wa Al-Tharîqah”, di dalam ''Jurnal Tafaqquh'' (2016). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/94/78</nowiki> | ||
# “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Penguasaan Kitab Kuning Di Pesantren Putri Al-Amanah Tambakberas Jombang”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2018). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/175/128 | # “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Penguasaan Kitab Kuning Di Pesantren Putri Al-Amanah Tambakberas Jombang”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2018). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/175/128</nowiki> | ||
# “Peningkatan Kemampuan Membaca Bahasa Arab Melalui Teknik Pembelajaran Istima’ pada Siswa MTs. Al-Anwar Cangkringrandu Perak Jombang”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2019). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/268/178 | # “Peningkatan Kemampuan Membaca Bahasa Arab Melalui Teknik Pembelajaran Istima’ pada Siswa MTs. Al-Anwar Cangkringrandu Perak Jombang”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2019). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/268/178</nowiki> | ||
# “Peningkatan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran Arab Pegon”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2019). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/194/145 | # “Peningkatan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran Arab Pegon”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2019). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/194/145</nowiki> | ||
# “Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kepemimpinan Kyai Dan Budaya Organisasi”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2020). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/299/196 | # “Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kepemimpinan Kyai Dan Budaya Organisasi”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2020). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/299/196</nowiki> | ||
# “Supervisi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2020). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/385/234 | # “Supervisi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik”, di dalam ''Jurnal Murobbi'' (2020). <nowiki>http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/385/234</nowiki> | ||
# ''Mutiara Tauhid: Terjemah Durru Al-Farid'', memuat secara gamblang terkait ajaran-ajaran yang dibahas di dalam ilmu akidah Islam, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Melalui tulisan ini Ning Ida berharap dapat memberikan pemahaman yang mudah bagi mereka yang ingin mempelajari akidah, terutama bagi para pemula. | # ''Mutiara Tauhid: Terjemah Durru Al-Farid'', memuat secara gamblang terkait ajaran-ajaran yang dibahas di dalam ilmu akidah Islam, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Melalui tulisan ini Ning Ida berharap dapat memberikan pemahaman yang mudah bagi mereka yang ingin mempelajari akidah, terutama bagi para pemula. | ||
# ''Kamus Ta’liqat'', memuat kata-kata dalam bahasa Arab yang terikat pada huruf ''jer''. Perbedaan arti kata dalam kata bahasa Arab karena dipengaruhi oleh huruf ''jer'' yang mendampinginya seringkali membuat para pelajar kebingungan, sehingga tulisan ini diharapkan dapat membantu mereka. | # ''Kamus Ta’liqat'', memuat kata-kata dalam bahasa Arab yang terikat pada huruf ''jer''. Perbedaan arti kata dalam kata bahasa Arab karena dipengaruhi oleh huruf ''jer'' yang mendampinginya seringkali membuat para pelajar kebingungan, sehingga tulisan ini diharapkan dapat membantu mereka. | ||
# ''Hikmah Ibadah: Dari Tata Cara hingga Keutamaan'', mengupas secara tuntas ibadah-ibadah harian yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Dengan tulisan ini Ning Ida berharap dapat memudahkan dan meningkatkan keyakinan umat Islam khususnya bagi mereka yang ingin belajar tentang Islam dan menjalankan ibadahnya secara lebih mendalam. | # ''Hikmah Ibadah: Dari Tata Cara hingga Keutamaan'', mengupas secara tuntas ibadah-ibadah harian yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Dengan tulisan ini Ning Ida berharap dapat memudahkan dan meningkatkan keyakinan umat Islam khususnya bagi mereka yang ingin belajar tentang Islam dan menjalankan ibadahnya secara lebih mendalam. | ||
'''Reviewer: Faqihuddin Abdul Kodir''' | {| | ||
|'''Penulis''' | |||
|''':''' | |||
|'''Zahra Amin''' | |||
|- | |||
|'''Editor''' | |||
|''':''' | |||
|'''Nor Ismah''' | |||
|- | |||
|'''Reviewer''' | |||
|''':''' | |||
|'''[[Faqihuddin Abdul Kodir]]''' | |||
|} | |||
[[Kategori:Tokoh]] | [[Kategori:Tokoh]] |
Revisi terkini pada 19 November 2021 16.34
Bashirotul Hidayah, lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 29 November 1977, adalah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Amanah Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia juga menjabat sebagai Pengurus Harian Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, dan Wakil Rektor 2 Bidang Keuangan, Sarana Prasaranan, dan SDM di Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang, Jawa Timur. Selain itu, Ning Ida, demikian ia biasa dipanggil, juga menjadi Dosen Tetap di Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang Jawa Timur, Guru di Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas, Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur, dan Ketua Forum Dakwah (Fordaf) PW Fatayat NU Jawa Timur.
Kegiatan sehari-hari Bashirotul Hidayah yang memiliki keterkaitan dengan gerakan KUPI, antara lain dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dan dosen di IAIBAFA, ia telah mendorong terselenggaranya kegiatan diskusi dan seminar dengan mengangkat isu seputar hak dan posisi perempuan dalam perspektif khazanah kitab kuning. Sedangkan kegiatan yang telah terselenggara adalah: Pertama, Seminar Meneladani Keluarga Nabi Muhammad SAW. dengan narasumber Dr. KH. Husein Muhammad pada tanggal 20 Nopember 2018. Kedua, Webinar Nasional bertema “Pesantren, Kitab Kuning, dan Perempuan” dengan narasumber Dr. KH. Imam Nakhai (Komisioner Komnas Perempuan RI) pada tanggal 14 Juni 2020. Ketiga, Webinar Nasional Kajian Hukum Keluarga dengan narasumber Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, Ph.D pada tanggal 07 Maret 2021.
Di samping menggalakkan kegiatan mimbar akademik dengan tema-tema perempuan dan keluarga, Ning Ida juga menginisiasi berdirinya lembaga bimbingan pra nikah di IAIBAFA pada tahun 2018 dengan nama “Sakinah Center”. Masih di bidang yang sama, ia juga telah melakukan restrukturasi Perguruan Tinggi dengan menempatkan dosen-dosen perempuan pada posisi yang strategis. Dua perempuan sebagai wakil rektor, satu perempuan sebagai dekan, dan tiga perempuan sebagai kaprodi.
Di luar kegiatan akademik kampus, sebagai seorang pengajar di Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum (Madrasah tertua di Jawa Timur, tempat studi KH. Abdurrahman Wahid/Gus Dur saat berada di Pondok Tambakberas), Ning Ida banyak mengajarkan tentang potensi dan posisi strategis yang dapat diperankan oleh perempuan. Ia banyak mengenalkan tokoh-tokoh perempuan inspiratif di dalam Al-Qur’an, seperti Maryam, Asiyah, dan para Istri Nabi, dan para mufasir perempuan, misalnya ‘Aisyah Bintu Syathi’. Ning Ida juga aktif berdakwah di masyarakat terutama dengan komunitas perempuan yang itu relevan dengan isu-isu atau kajian-kajian KUPI. Ia merasa berkewajiban untuk mengajarkan apa-apa yang telah ia dapatkan dari KUPI kepada keluarga dan lingkungannya.
Riwayat Hidup
Ning Ida lahir di lingkungan pesantren, tepatnya Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia menerima pendidikan pertama kali dan terus berlangsung hingga saat ini dari kedua orang tuanya. Lingkungan dan tradisi pesantren memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan jati diri dan gagasan utama pemikirannya dalam menjalankan peran sebagai khadimat al-ummat. Ia menempuh pendidikan formal dasarnya di dua tempat sekaligus, yaitu SDN Tambakrejo dan MI Bahrul Ulum Tambakberas. Selepas pendidikan dasar, ia melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan atas di Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat Atas Bahrul ‘Ulum. Pendidikan sarjana ia selesaikan di UIN Sunan Ampel Surabaya (saat itu masih bernama IAIN), sementara pendidikan pasca sarjana ia tempuh di UNIPDU Jombang.
Selain pendidikan formal, ia juga menempuh pendidikan non-formal di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, di antaranya Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Pondok Pesantren Al-Quran Maunah, Sari Bandar Kidul, Kediri, Pondok pesantren Al-Quran, Robayan, Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah, Pondok Pesantren Salafiyah, Pethuk, Semen, Kediri, dan Pondok Pesantren Salafiyah Bustanul Arifin, Papar, Purwoasri, Kediri.
Tokoh Dan Keulamaan Perempuan
Di antara kegiatan kemasyarakatan yang Ning Ida jalankan adalah Kajian Rutin Fikih Perempuan setiap Selasa Pahing. Kajian ini secara khusus diikuti oleh para perempuan di sekitar lingkungan pesantren di Tambakberas Jombang. Materi kajian berisi tentang persoalan fikih. Pola kajian dilakukan dengan menggunakan tanya jawab. Persoalan fikih perempuan yang bersifat keseharian dan kekinian diajukan oleh para peserta kajian. Persoalan yang masuk kemudian dicarikan jawaban berdasar pada khazanah kitab kuning dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadits. Di kota yang sama, setiap hari Ning Ida juga melakukan kajian kitab Mukasyafatul Qulub karya Hujjatul Islam, Abu Hamid Al-Ghazali. Kajian ini diikuti juga oleh para perempuan di sekitar pesantren. Berbeda dengan kajian fikih perempuan, dalam kajian ini fokus yang dibahas adalah persoalan akhlak.
Selain dua forum pengajian tersebut, Ning Ida menjadi narasumber tetap pada diskusi bulanan yang dihadiri oleh para perempuan lintas profesi di Jombang yang terhimpum dalam kelompok “Mukminat”. Kajian ini diikuti oleh para Bu Nyai pengasuh pesantren, aktivis perempuan, pengusaha perempuan, dan perempuan dengan profesi lainnya. Kajian dengan menggunakan kitab Fathul Mu’in sebagai referensi ini telah berjalan selama sembilan tahun.
Ning Ida juga memiliki kajian rutin di luar kota. Di antaranya adalah kajian kitab Irsyadul ‘Ibad di Madura. Kajian kitab karya Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary yang diikuti oleh kelompok perempuan ini telah berjalan selama lima tahun dan masih berlangsung hingga saat ini. Selain di Jawa Timur, Ning Ida memiliki aktivitas kajian di Jawa Barat, tepatnya di kota Bekasi. Kajian rutin khusus perempuan ini mulai berlangsung sejak tahun 2019. Di samping kajian offline, Ning Ida juga menjadi narasumber kajian online dengan menggunakan kitab al-Sittin al-Adaliyah karya Kyai Faqihuddin Abdul Kodir dan kitab Irsyadul ‘Ibad yang diselenggarakan oleh PW Fatayat NU Jawa Timur. Ning Ida juga mengasuh ratusan anak-anak yatim dan menyekolahkan mereka mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Ning Ida mendengar tentang KUPI pertama kali pada tahun 2017, setelah pelaksanaan Kongres Pertama di Cirebon. Ia merasa antusias mengikuti dinamika perkembangan KUPI. Ia melihat bahwa di Indonesia kisah mengenai tokoh ulama perempuan tidak banyak diceritakan sehingga para ulama perempuan seakan tidak berperan secara signifikan bagi kemajuan bangsa. Padahal, apabila menengok sejarah dan realitas di masyarakat, tak terhitung jumlah ulama perempuan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa, khususnya umat Islam. Melihat kondisi Indonesia saat ini, peran ulama perempuan sangat diperlukan, terutama untuk melakukan pembacaan atas teks-teks keagamaan dari perspektif perempuan, untuk melengkapi sekaligus menghindari pembacaan teks-teks keislaman yang masih patriarkis dan bias gender.
Ning Ida kemudian terlibat di dalam kelompok kajian yang dibentuk bersama Fatayat NU dan Women Crisis Center (WCC) di Jombang untuk meneruskan pemikiran-pemikiran KUPI di lingkungannya. Kajian Fatayat NU merupakan kajian rutin keagamaan yang membahas tentang tema-tema perempuan, dari tingkat ranting, cabang, hingga wilayah. Sementara dengan WCC Jombang, Ning Ida membentuk kajian berkala mendiskusikan tema-tema perempuan dan anak. Ning Ida juga mewakili perempuan pesantren bermitra dengan WCC dalam pendampingan psikis korban kekerasan.
Menurut Ning Ida, salah satu peluang besar yang dimiliki oleh KUPI untuk memperluas jaringan dan pengaruhnya adalah pemikiran dan sikap KUPI yang moderat dan berkeadilan dan diperkuat oleh ulama-ulama perempuan yang kompeten di bidang masing-masing. Namun demikian, Ning Ida juga melihat bahwa budaya patriarkis yang masih kuat mengakar di tengah masyarakat, khususnya masyarakat pesantren, membuat ruang gerak dan kiprah perempuan masih terbatas. Di lingkungan Ning Ida, isu-isu yang dikembangkan oleh KUPI masih belum mendapatkan respon yang signifikan, dengan fakta bahwa kegiatan-kegiatan yang ia lakukan bersama jaringan dari simpul-simpul KUPI masih belum ramai peminat. Persoalan ini merupakan salah satu tantangan bagi gerakan dan gagasan KUPI ke depan.
Selain itu, Ning Ida juga menemukan bahwa peran perempuan di lingkungannya masih dianggap sebagai peran nomor dua, baik di lembaga formal maupun non-formal. Misalnya, di lingkungan kerja Ning Ida masih jarang perempuan yang menempati posisi utama atau nomor satu. Karena kesempatan itu masih sedikit diberikan kepada perempuan, meskipun kapasitas dan kualitas yang dimiliki sama, atau bahkan melebihi. Fenomena ini menjadi tantangan bagi Ning Ida secara pribadi juga anggota KUPI di lingkungannya untuk terus bersama-sama memberikan pemahaman tentang keadilan terhadap perempuan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dalam kehidupan organisasi dan kemasyarakatan.
Penghargaan Dan Prestasi
Ning Ida memperoleh penghargaan-penghargaan, di antaranya dari perguruan tinggi tempat ia mengabdi, yaitu dinobatkan sebagai Dosen Terbaik dalam Bidang Pengembangan Pemikiran Perempuan (2019) dan Dosen Perempuan Inspiratif (2021).
Karya-Karya
Di antara karya akademik yang telah Ning Ida tulis adalah sebagai berikut:
- “Afiksasi Kata Kerja Masa Lampau dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia: Analisis Kontrastif”, di dalam Jurnal Tafaqquh, (2013). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/16/14
- “Qâmûs Al-Af’âl Al-Muta’addiyah Bi Al-Haf Al-Jarr Al-Takhrîj Min Al-Qur’ân Al-Karîm”, di dalam Jurnal Tafaqquh (2014). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/issue/view/4
- “Ta’lîm Al-Lughah Al-‘Arabiyyah Al-Badawiyyah Li Tathawwur Al-Taqaddum ‘Al Al-Daulah Al-Umawiyyah; Al-Dirâsah Al-Takhlîliyyah Hîlâl Al-Manhaj Wa Al-Tharîqah”, di dalam Jurnal Tafaqquh (2016). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/94/78
- “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Penguasaan Kitab Kuning Di Pesantren Putri Al-Amanah Tambakberas Jombang”, di dalam Jurnal Murobbi (2018). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/175/128
- “Peningkatan Kemampuan Membaca Bahasa Arab Melalui Teknik Pembelajaran Istima’ pada Siswa MTs. Al-Anwar Cangkringrandu Perak Jombang”, di dalam Jurnal Murobbi (2019). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/268/178
- “Peningkatan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran Arab Pegon”, di dalam Jurnal Murobbi (2019). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/194/145
- “Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kepemimpinan Kyai Dan Budaya Organisasi”, di dalam Jurnal Murobbi (2020). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/299/196
- “Supervisi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik”, di dalam Jurnal Murobbi (2020). http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/article/view/385/234
- Mutiara Tauhid: Terjemah Durru Al-Farid, memuat secara gamblang terkait ajaran-ajaran yang dibahas di dalam ilmu akidah Islam, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Melalui tulisan ini Ning Ida berharap dapat memberikan pemahaman yang mudah bagi mereka yang ingin mempelajari akidah, terutama bagi para pemula.
- Kamus Ta’liqat, memuat kata-kata dalam bahasa Arab yang terikat pada huruf jer. Perbedaan arti kata dalam kata bahasa Arab karena dipengaruhi oleh huruf jer yang mendampinginya seringkali membuat para pelajar kebingungan, sehingga tulisan ini diharapkan dapat membantu mereka.
- Hikmah Ibadah: Dari Tata Cara hingga Keutamaan, mengupas secara tuntas ibadah-ibadah harian yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Dengan tulisan ini Ning Ida berharap dapat memudahkan dan meningkatkan keyakinan umat Islam khususnya bagi mereka yang ingin belajar tentang Islam dan menjalankan ibadahnya secara lebih mendalam.
Penulis | : | Zahra Amin |
Editor | : | Nor Ismah |
Reviewer | : | Faqihuddin Abdul Kodir |