IAIN Cirebon Jadi Bukti Sejarah Seminar Internasional Ulama Perempuan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi tempat bersejarah diselenggarakannya seminar internasional ulama perempuan. Hal itu dengan menghadirkan pembicara para ulama perempuan dari berbagai Negara, bertempat di lantai III gedung Pascasarjana, Selasa (25/4).
Kegiatan seminar internasional ulama perempuan bertajuk “Amplifying Women Ulama's Voices, Asserting Values of Islam, Nationhood and Humanity” yang dibagi dalam dua sesi. Adapun pembicara yang dihadirkan antara lain Pengasuh Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan juga Pengasuh Ponpes Mahasina Bekasi, Badriyah Fayyumi.
Kemudian ada Kamarudin Amin, Eka Srimulyani dan Ruhaini Dzuhayatin dari Indonesia, Bushra Qadeem dari Pakistan, Hatoon al-Fassidari Saudi Arabia, Ulfat Hussein Masibo dari Kenya, Rafatu Abdulhamid dari Nigeria, Zainah Anwar dari Malaysia, dan Roya Rahmani dari Afganistan.
Ketua KUPI, Badriyah Fayyumi menuturkan, KUPI ini merupakan ruang perjumpaan bagi seluruh ulama perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang organisasi, institusi, daerah dan diikuti oleh ulama perempuan dari berbagai negara.
“Perjumpaan mereka (KUPI, red) terdiri para korban, aktivis, pendamping korban, ulama perempuan internasional dan pemerintah selama tiga hari,” kata Badriyah saat ditemui fajarnews.com usai seminar internasional sesi pertama.
Ia mengaku, diadakannya KUPI bertujuan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman dari berbagai ulama perempuan di berbagai negara. KUPI ini merupakan yang pertama di dunia yang hadir untuk penguatan dan peneguhan keislaman di Indonesia.
“Kita ingin melahirkan pandangan keagamaan Islam untuk membantu menyelesaikan masalah sosial di Indonesia bahkan dunia,” ucapnya.
Sementara itu Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, H Sumanta mengaku senang dan bangga karena seminar internasional diselenggarakan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Meski Cirebon kecil, akan tetapi disitulah api Islam menjalar ke Banten dan seantero Jabar.
“Dengan diadakannya KUPI di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, maka ini akan tercatat dalam sejarah Islam sebagai kampus pertama di Indonesia bahkan dunia yang mendukung penyelenggaraan KUPI,” terangnya.
Ia mengaku seminar internasional ini sangat luar biasa. Sebab, penyelenggaraan kongres ini adalah sebuah pencapaian kultural dan akademik umat Islam Indonesia yang mempertemukan ulama-ulama pengkaji Islam, baik laki-laki ataupun perempuan dan para aktivis pemberdayaan perempuan.
“Kita sering dengar bahwa perempuan memang dekat dengan agama, tetapi sayangnya agama justru tidak bersahabat kepada perempuan. Mari kita buktikan bahwa pernyataan ini salah, jika dikaitkan dengan Islam agama kita, yaitu mempraktikkan Islam yang memanusiakan perempuan dan memperlakukan mereka secara adil dan merata,” bebernya.
Ia menegaskan, seminar internasional ini sebagai bagian dari KUPI adalah sebuah pencarian akademik, kultural, dan juga spiritual untuk menemukan kembali keislaman yang mendengar dan ramah kepada perempuan sebagai mana dulu dipraktikkan Rasulullah SAW.
“Melalui seminar ini kita semua akan belajar satu sama lain dan akan memperkuat satu sama lain untuk sebuah tatanan dunia yang lebih adil bagi laki-laki dan perempuan,” pungkasnya.
Fajarnews.com, 26 April 2017