2022 Menelisik Peran Pesantren dalam Regenerasi Ulama Perempuan

Abstract:

2022 Menelisik Peran Pesantren dalam Regenerasi Ulama Perempuan
Alaulia vol8 no2.jpg
JudulAl-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman
SeriVol. 8 No. 2 (2022)
Tahun terbit
2022-12-26
ISBN2721-8449
Nama Jurnal : Al-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman
Seri : Vol. 8 No. 2 (2022)
Tahun : 2022-12-26
Judul Tulisan : Menelisik Peran Pesantren dalam Regenerasi Ulama Perempuan
Penulis : Fahrina Yustiasari Liriwati (STAI Auliaurrasyidin Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau), Sudirman Anwar (IAI Ar-Risalah, Guntung, Indragiri Hilir, Riau)

In the early days of modernity entered the muslim nations of the world, namely the 19th century and the beginning of the 20th century, where the work of female clerics was not seen and recognized. This condition affects the subconscious of the world's Muslims to date, so it takes extra work to bring about the existence of female clerics and recognize their presence and authority. Islam places women as the highest symbol of spirituality by placing women's spirituality as the path to the noblest place of heaven. The breeding of females was born in a societal situation that actually insulted women. Prophet SAW brought prophetic treatises by convincing that what distinguishes women and men before Allah Almighty is the quality of their selfhood, the quality of their faith. Therefore, the birth of superstitious educational institutions for female students from the beginning is concrete evidence of the pesantren's partiality towards the mainstreaming of women. It's just that this has not supported the birth of a qualified female scholar, because the level is new at the secondary education level and the main target is to be able to equip them with the basics of women's education as prospective educators for their families and children.

Keywords: Pesantren, Regenesation, Women Clerics.

Abstrak:

Pada awal-awal modernitas masuk ke bangsa-bangsa muslim dunia yakni abad ke-19 dan awal abad ke-20, dimana kiprah ulama perempuan tidak terlihat dan diakui. Kondisi ini mempengaruhi alam bawah sadar umat Islam dunia sampai saat ini, sehingga perlu kerja yang ekstra untuk memunculkan keberadaan ulama perempuan dan mengakui kehadirannya serta otoritas mereka. Islam menempatkan perempuan sebagai simbol spiritualitas tertinggi dengan menempatkan keridhoan perempuan sebagai jalan menuju tempat paling mulia yakni surga. Pemuliaan terhadap perempuan itu lahir dalam situasi masyarakat yang justru menghinakan perempuan. Nabi SAW membawa risalah kenabian dengan meyakinkan bahwa yang membedakan perempuan dan laki-laki di hadapan Allah SWT ialah kualitas kediriannya, kualitas keimanannya. Oleh karenanya lahirlah lembaga-lembaga pendidikan takhassus bagi santri putri sejak awal merupakan bukti konkrit keberpihakan pesantren terhadap pengarusutamaan perempuan. Hanya saja ini belum mendukung bagi terlahirnya sosok ulama perempuan yang mumpuni, karena levelnya baru pada tingkat pendidikan menengah dan target utamanya adalah mampu membekali mereka dengan dasar-dasar pendidikan perempuan sebagai calon pendidik bagi keluarga dan anak-anaknya.

Kata Kunci: Pesantren, Regenesasi, Ulama Perempuan



Untuk membaca penuh artikel ini silahkan klik tautan berikut: https://doi.org/10.46963/aulia.v8i2.752