Ulama Perempuan dan Otoritas Keagamaan: Bu Nyai Mufassir Di Indonesia Implementasi Mubadalah Dalam Otoritas Keagamaan Di Indonesia

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Penulis: Puput Lestari, Khoirul Hadi Al Asy’ari


ABSTRACT

This paper is a paper that discusses the study of women ulama and religious authorities: Bu nyai Mufassir in Indonesia the implementation of mublah in religious authorities in Indonesia. This phenomenon is interesting to study. There are several previous studies, for example Ainul Chunria Al-Malchim's research with the dissertation of bu nyai mufassir in East Java, and the writings of Khoirul Hadi and afifatul Munawirah who wrote about bu nyai mufassir in the city of Jember. These two articles have given the author ibrah to raise this issue in a broad scope where the traces of the mufassir on behalf of bu nyai need to be studied more intensively and more broadly in order to produce a comprehensive study on the theme of women ulema and religious authorities. Therefore, this paper will aim at three important questions, first, how does Islam view women ulema and religious authorities? second, how is Mrs. Mufassir's condition in Indonesia as a female cleric? and what is the relevance to religious authorities in Indonesia, especially Women Ulama?. The study uses a content analysis approach that serves to explain the study of Women Ulama and religious authorities and their relevance to religious authorities specifically in the field of Women Ulama in Indonesia. Meanwhile, the phenomenon of Bu nyai mufassir in Indonesia is explained by the historical writing method, citing the historical view conveyed by Kuntowijoyo which in his point of view, Kuntowijoyo stated that the theory of history has three things: as the foundations of historical science (ontology); the relationship between history and other sciences (ethics)' and how to write a good and true history (aesthetics). With this first point of view, Kuntowijoyo made a change from Europeancentrism to Indonesiancentrism. In addition, Kuntowijoyo also traces the history of women: the roots of androcentric history to androgynous history. With this approach, it gives the view that the provisional result of this research will be the existence of knowledge related to female Ulama and Religious Authorities in the concept area which so far the definition and concept of Ulama are always male dominant. Second, there is expert knowledge related to historical studies and knowledge of female Ulama and religious authorities in the dimensions of Bu nyai Mufassir within the scope and scope in Indonesia which so far has not surfaced so that the hegemony of Ulama is dominated by men. Third, knowing the relevance of mublah theory to bring up Ulama and Women as religious authority holders in Indonesia accompanying men who first occupied the position.

Keywords: Female Ulama, Mrs. Nyai Mufassir, Religious Authority, Indonesia

ABSTRAK

Paper ini merupakan paper yang membahas tentang kajian ulama perempuan dan Otoritas keagamaan: Bu nyai Mufassir di Indonesia implementasi mubadalah dalam otoritas keagamaan di Indonesia. Fenomena ini menarik untuk dikaji. Ada beberapa penelitian terdahulu misalnya adalah penelitian Ainul Chunria Al-Malchim dengan disertasi bu nyai mufassir di jawa timur, dan tulisan Khoirul hadi serta afifatul Munawirah yang menulis tentang bu nyai mufassir di kota jember. Dua tulisan ini yang memberikan ibrah bagi penulis untuk mengangkat isu ini dalam lingkup luas dimana jejak mufassir atas nama bu nyai perlu di lakukan kajian yang lebih intensif dan lebih luas agar dapat menghasilkan kajian yang komprehensif dalam tema Ulama perempuan dan otoritas keagamaan. Oleh karena itu paper ini akan membidik tiga pertanyaan penting, pertama, bagaimana islam memandang Ulama perempuan dan Otoritas Keagamaan? kedua, bagaimana kondisi Bu nyai Mufassir di Indonesia sebagai ulama perempua? dan apa relevansi dengan otoritas keagamaan di Indonesia khususnya Ulama Perempuan?. Penelitian  menggunakan pedekatan konten analisis yang berfungsi untuk menjelaskan kajian tentang Ulama Perempuan dan Otoritas keagamaan dan relevansinya dengan Otoritas keagamaan khusus bidang Ulama Perempuan di Indonesia. Sedangkan fenomena Bu nyai mufassir di indoensia di jelaskan dengan metode penulisan sejarah, mengutip pandangan sejarah yang di sampaikan oleh kuntowijoyo yang mana dalam sudut pandangnya, kuntowijoyo mennyatakan bahwa teori sejarah ada tiga hal: sebagai dasar-dasar ilmu sejarah (ontologik); hubungan sejarah dengan ilmu lain (etik)’ dan bagaimana menulis sejarah yang baik dan benar (estetik). Dengan sudut pandang pertama itu kuntowijoyo melatakkan perubahan dari eropasentrisme ke indonesiasentrisme. Selain itu kuntowijoyo juga menyetir sejarah Wanita: akar sejarah androcentric ke sejarah androgynous. Dengan pendekatan tersebut memberikan pandangan bahwa hasil sementara penelitian ini nanti adalah adanya pengetahuan terkait dengan Ulama perempuan dan Otoritas Keagamaan dalam wilayah konsep yang selama ini definisi dan konsep ulama selalu dominan Laki-laki. Kedua adanya pengetahuan yang expert terkait dengan kajian sejarah dan pengetahuan Ulama Perempuan dan otoritas keagamaan dalam dimensi Bu nyai Mufassir dalam lingkup dan scope di Indonesia yang selama ini belum muncul ke permukaan sehingga hegemoni Ulama lebih banyak di kuasai oleh kaum laki-laki. Ketiga, mengetahui terkait adanya relevansi teori mubadalah untuk memunculkan Ulama dan Perempuan sebagai pemegang otoritas keagamaan di indonesia mendampingi laki-laki yang lebih dulu menempati posisi tersebut.

Kata Kunci: Ulama Perempuan, Bu Nyai Mufassir, Otoritas keagamaan, Indonesia



Baca selengkapnya disini...