Pidato Sambutan Pembukaan KUPI ke-2; Ketua Panitia Pelaksana Nyai Masruchah

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Pidato Sambutan Pembukaan KUPI ke-2; Ketua Panitia Pelaksana Nyai Masruchah


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah wasyukurillah amma ba’du

Kami menyampaikan terima kasih dan salam hormat serta yang mulia kepada:

  • Pertama Nyai umi Hj. Aizzah Amin Sholeh selaku pimpinan pondok pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri.
  • Kedua Ibu Nyai Hindun Anisah dan Kyai Nuruddin Amin selaku pimpinan Pondok atau Joglo Tahfidz Hasyim Asy'ari Bangsri.
  • Menteri Ketenagakerjaan Ibu Ida Fauziah.
  • Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi RI Bapak Dr. (HC) Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd.
  • Bapak Kasat TNI atau yang mewakili
  • Bapak Kodam serta jajarannya
  • Ibu Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau yang mewakili
  • Para pimpinan pengurus atau pengurus organisasi keagamaan baik Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah Serikat Islam yang hadir yang saya lihat ada sejumlah organisasi keagamaan tapi tidak bisa saya sebutkan satu-persatu baik dari Pusat hingga ranting
  • Kemudian anggota DPR RI ada sejumlah sahabat kami
  • Dan anggota DPRD Jawa Tengah
  • Dan anggota DPRD Jepara ada sejumlah yang kami lihat
  • Ketua DPRD Jepara atau yang mewakili
  • Dan seluruh jajaran pemerintah jepara penjabat Bupati Jepara dan jajarannya
  • Serta para alim ulama yang hadir dalam kongres ini
  • Peserta kongres pengamat kongres undangan kongres dari seluruh Indonesia dan 31 negara sahabat yang malam ini hadir di ruangan ini

Kami bisa merefleksikan 5 tahun lalu kita berkumpul kongres pertama di Kebon Jambu. Ada Ibu Nyai Masriyah Amfa di-sini salah satu penasehat KUPI ke-2. Di Kongres pertama tadi dinyatakan bahwa kita Ulama Perempuan Indonesia, sahabat ulama perempuan Indonesia. Kalau sahabat ulama perempuan Indonesia ini ada sejumlah organisasi pegiat HAM, pegiat demokrasi, lembaga layanan korban dan juga lembaga-lembaga lain yang memang ini juga berkontribusi untuk kerja-kerjanya kongres ulama perempuan Indonesia atau jaringannya gitu ya. Karena ketika saya bilang Kongres Ulama Perempuan Indonesia artinya ini laki-laki dan perempuan yang punya komitmen terkait dengan isu kebangsaan kemanusiaan, kesetaraan, keadilan, kesemestaan.

Dan dengan menggunakan pendekatan Islam rahmatan lil ‘alamin, akhlakul karimah. Karena ini KUPI gitu ya. Selalu muara ini yang selalu didengungkan dengan pendekatan. Kalau kita KUPI selalu menggunakan pendekatan mubadalah dan maqashid as-syari’ah itu menjadi prinsip di dalam pengambilan keputusan. Karena KUPI selama 5 tahun perjalanannya diakui oleh sejumlah pihak. Baik lembaga negara, pemerintah, parlemen, lembaga-lembaga kultural lainnya yang strategis. NU, Muhammadiyah, MUI. Di sini ada mbak Vallina Singka wanita Sarikat Islam juga sering mengundang atau menggunakan bacaan-bacaan atau hasil kajiannya KUPI. Karena KUPI menggunakan selain tadi dibilang makna tasawur, landasan sosilogis. Kami juga menggunakan pandangan atau pengalaman korban. Selain teks-teks keagamaan Al-Qur'an, Hadits yang tentunya juga aqwalul ulama yang relevan dengan isu yang dibahas, dan tentunya konstitusi. Karena sebagai bagian warga negara Indonesia. Pandangan keagamaan KUPI inilah yang sejatinya menjadi pertimbangan ketika kami sempat diskusi dengan sejumlah parlemen. Apakah fatwa KUPI, pandangan keagamaan KUPI menjadi pijakan. Para parlemen dinyatakan iya. Khususnya ketika bicara soal rancangan undang-undang TPKS dan ketika disahkan menjadi undang-undang TPKS. Rupanya hasil kajian KUPI itu menjadi pertimbangan. Karena ketika bicara politik tidak lepas isu keagamaan. Karena KUPI punya pendekatan keagamaan dan pendekatan korban itu digunakan dengan sungguh, termasuk konstitusi. Itu uniknya KUPI. Dan ini yang tidak dimiliki oleh Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah atau ormas keagamaan yang lainnya.

Kekuatan ini harus kita jaga. Tidak hanya di Indonesia tapi jaringan ulama perempuan Indonesia di tingkat global. Karena saya kira KUPI ini satu-satunya di dunia tidak ada yang lain di dunia. Makanya ketika kita lihat semangat kepesertaan kongres ke-2 ini melebihi 100% dari kongres pertama. Applause untuk kita semua. Artinya keberhasilan ini adalah keberhasilan kita, ketemu semua. Isu-isu yang diperjuangkan KUPI dilakukan oleh gerakan dan jaringan KUPI dimanapun berada. Sehingga KUPI mulai diakui, dipandang penting tidak hanya di Indonesia dan di berbagai belahan dunia. Mulai dinyatakan penting kehadiran KUPI.

KUPI ke-2 ini alhamdulillah yang mendaftar dan yang kami nyatakan menjadi peserta, pengamat, undangan dan juga jurnalis totalnya 1600. Representasi 34 provinsi di Indonesia, 31 negara sahabat. Meskipun ada sejumlah calon peserta yang kemudian tidak masuk menjadi peserta atau pengamat. Karena satu dan lain hal tentu panitia minta maaf. Tapi KUPI tidak pernah menolak kehadiran siapapun ketika hadir di sini. Karena KUPI ini menjadi gerakan dan menjadi bagian kita semua. Meskipun tentunya ada keterbatasan-keterbatasan. Kalau ingin menghendaki ADP (Akomodasi Dalam Pesantren). Artinya adalah gitu ya akomodasi dalam pesantren. Itu banyak sebenarnya yang ingin menjadi atau punya pengalaman tinggal di pesantren. Kami tidak mampu gitu ya memenuhi itu semua. Termasuk kami panitia gitu ya. Mbak Nyai Badriyah Fayumi, Kyai Husein Muhammad, Kyai Machasin, Kyai Lukman Hakim Saifuddin dan seterusnya gitu ya. Itu kita nyatakan cukup tinggal di luar pesantren. Karena sudah biasa di pesantren. Jadi kami menghormati yang belum pernah di pesantren. Jadi kami prioritaskan dalam pesantren itu yang belum biasa di pesantren. Itu kira-kira analisis kami. Kenapa misalnya ada sejumlah kalangan kenapa saya ingin di-pesantren gitu ya. Sejumlah ulama perempuan baik akademisi atau yang biasa di pesantren ingin di pesantren. Kami minta bagaimana tinggal di luar pesantren. Karena sudah biasa di pesantren. Yang belum biasa agar mengalami dan merasakan tinggal di pesantren. Rupanya di pesantren itu indah juga. Kira-kira itu juga menjadi pertimbangan yang kami lakukan.

Penting kami sampaikan bahwa di dalam kongres ke-2 ini. Kalau kita lihat 34 provinsi itu ada peserta yang mayoritas di sebuah provinsi. Siapa kira-kira yang merasa mayoritas kepesertaan dalam pendaftaran? Bolehkah saya sebut? Ada yang bilang Jawa tengah karena tempatnya di Jawa Tengah. Saya panggil wakil dari madura, angkat tangan. Jawa Timur menempati ranking pertama dalam kepesertaan. Hampir 300 yang menjadi peserta kongres ulama perempuan Indonesia ke-2. Dan dukungan pemerintah luar biasa untuk hadir di sini. Bahkan ada yang disewakan bus oleh pemerintah daerah. Diberi seragam selain dikasih uang saku. Karena memandang kupi itu berkontribusi cukup baik di pemerintahan. Karena isu-isu sosial kemasyarakatan. KUPI jaringan ulama perempuan itu membantu turut menyelesaikan. Misalnya kasus-kasus kekerasan seksual. Dimana di sekitar masyarakat, di sekitar pesantren, di sekitar sekolah. Rupanya jaringan ulama perempuan banyak terlibat menyelesaikan kasus-kasus itu. Mulai pencegahan penanganan dan bahkan pendampingan. Sehingga misalnya salah satu yang kalau boleh saya sebut Bupati Pamekasan menawarkan dua bus untuk peserta kongres. Tapi karena kami tidak memungkinkan menerima dua bus. Dimana kami taruh nanti gitu ya. Artinya ini ya cukup satu bus untuk seluruh Madura. Jadi ini juga kita berbagi. Bagaimana ini penting apa representasi dari berbagai daerah tidak boleh didominasi oleh Kabupaten tertentu. Meskipun begitu Jawa Timur tetap menempati urutan tertinggi. Urutan kedua, artinya kalau saya sebut urutan tertinggi ini bisa dong melamar kongres ke-3 di Jawa Timur. Kan gitu.

Kalau melamar ada syarat karena dulu Gus Nung dan mbak Nyai Hindun melamar sebelum kami pastikan ditempatkan di Jepara. Dengan syarat-syarat khusus. Pimpinan pesantrennya harus memiliki perspektif mubadahlah, keadilan gender. Itu menjadi bagian. Dan juga pengasuhnya, kalau di Hasyim Asy’ari Bangsri pengasuh utamanya perempuan Ibu Nyai Hj. Aizzah Amin Sholeh. Dan juga yang tadi Tahfidnya pasangannya sudah jelas. Dan ini juga menjadi pertimbangan-pertimbangan KUPI memutuskan sebuah tempat kongres. Tidak asal kita menempatkan. Termasuk pertimbangan misalnya Jawa Tengah lalu ada UIN Walisongo. Yang kemarin saya kira kita semua sebagian dari peserta konferensi internasional sudah terlibat dengan sungguh dalam proses konferensi internasional. Dan juga ada sambutan dari Gubernur Jawa Tengah. Pemerintah daerah Jawa Tengah yang saya kira sejumlah UN mengatakan bahwa Gubernur Jawa Tengah adalah ambassador hifosi. Itu juga jadi pertimbangan sesungguhnya. Dan gitu ya, sejumlah hal ini kami analisa kenapa Jawa Tengah? Kenapa Hasyim Asy’ari Bangsri? Kenapa UIN Walisongo? Meskipun ini pertimbangan-pertimbangan kalau kita selalu kolaborasi antara pesantren dan perguruan tinggi. Kalau perguruan tinggi ya tentunya UIN. Kalau di Jawa Tengah ya UIN Walisongo. Itu pertimbangan yang kita gunakan.

Kongres ini kami mendapat dukungan moral material baik dari individu, lembaga, pemerintah, swasta. Baik dalam negeri luar negeri yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Mudah-mudahan ini menjadi amal jariyah semua para penyumbang. Yang tidak menyumbang secara materi sumbangan secara moral dan tenaga oleh panitia. Yang tidak pernah henti melakukan layanan untuk calon peserta dan juga peserta selama kongres ini terjadi. Itu adalah sumbangan yang luar biasa oleh para panitia. Dan tentunya peserta dimanapun berada yang hadir secara voluntari yang tidak kami bayari transportnya. Mereka semua hadir dengan caranya masing-masing karena memandang penting hadir dalam kongres ke-2. Ingin melakukan refleksi isu-isu keulamaan perempuan, isu-isu kemanusiaan, isu-isu kebangsaan dari sabang sampai merauke dan 31 negara. Ini saya kira adalah menjadi gerakan yang saya kira kami nyatakan dari KUPI adalah gerakan yang dibangun individu dan kelembagaan.

Terima kasih kepada semuanya karena kami panitia terbatas untuk memfasilitasi. Mampu kami ya yang bisa kami hidangkan atau kami layani. Dan tentunya sumbangan-sumbangan ini sangat besar dari berbagai pihak. Dan kami mohon maaf atas nama Rahima, Fahmina, Alimat, Gusdurian, Aman Indonesia, UIN Walisongo. Dan secara khusus Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri. meskipun nanti mbak Nyai Hindun akan menyampaikan secara khusus. Tapi kami menyampaikan mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan. Selama kami menerima proses kepesertaan hingga layanan kongres hingga 27 November. Kenapa saya sebut 27 November? Karena panitia lokal menyiapkan agenda ini sampai 27 November. Itu baru ditutup pameran karya ilmiah ulama perempuan.

Mohon para peserta, pengamat dan seterusnya bisa menyaksikan pameran karya ulama perempuan di-lapangan. Atau bahasa kami di alun-alun. Tapi di lapangan tidak jauh dari sini. Jadi itu produk-produk perempuan dari UMKM 120 gitu ya. UMKM hadir turut menyuarakan kongres ulama perempuan Indonesia. Karena isu ekonomi adalah isu ulama perempuan Indonesia. Kalau kita belajar dari Jepara, salah satunya Ratu Kalinyamat beliau adalah sosok ulama perempuan yang punya komitmen besar terhadap isu penguatan ekonomi perempuan. Dan ini juga dinyatakan oleh para perempuan di Jepara. Di depan sana ada perempuan pengukir. Itu juga salah satu contoh bahwa perempuan tidak semata di rumah. Tapi tidak punya karya-karya yang setara dengan laki-laki. Selain bicara soal isu keagamaan juga isu ekonomi itu ada di Jepara.

Saya kira itu dan sekali lagi mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan. Selamat berkongres. Dan mudah-mudahan kita bisa terlibat dengan baik. Karena dalam kongres ini sepanjang 3 hari besok akan terjadi Halaqah Umum, kemudian dilanjutkan dengan Halaqah Khusus dengan 21 tema. Dan ada refleksi terkait dengan gerakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Baik dari sisi kelompok anak muda atau milenial, ada refleksi dari gerak-gerakan global. Karena di kongres ini peserta global menjadi bagian peserta Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Tidak menjadi pengamat. Saya kira bisa berkolaborasi gitu ya pandangan-pandangannya dengan Ulama Perempuan Indonesia. Dan juga refleksi bagaimana lembaga pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan dalam menyuarakan isu-isu keulamaan perempuan termasuk isu kekerasan seksual dan seterusnya. Saya tidak sebut satu-persatu.

Demikian kata pengantar atau sambutan saya atas nama panitia. Wallahu al-muwafiq ila aqwami at-thoriq, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.