Lahar Suara

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

KUPI, kumpulan bara api di luar siri

Hangatkan raga bergetar memanas lagi

Menyimak uraian sosok dan tokoh di setiap sesi

Haru bahagia tak terasa air mata basahi pipi

KUPI, suara pertama ukir sejarah gemparkan dunia

Dari Cirebon berjulukan kota wali, tepatnya Ciwaringin tempat santri

Pondok Pesantren Kebon Jambu berkomandan Bu Nyai Masriyah Amva

Smoga hasil rekomendasi kongres mewujud nyata menuju keadilan sejati

Dalam KUPI.....

Ntah reaksi kimia apa yang terjadi

Raga jiwaku tak kuasa menahan diri

Oleh hangat dan getar berulang kali

Menarik kuat agar tak bungkam diri

Bersuara akan pengalama n sepanjang usia kini

Ahh... mau berkata apa?

Apa lah arti sebuah diriku ini

Yang tlah sering terpangkas banyak peluang percaya diri

Aku sendirian melayani-MU ROBB dalam ruang kedap auara nan sunyi

Meniti detail cara-MU mau-MU dan kalam MU tiada henti

Tak terdefinisikan, tak terbahasakan, tak tembus disiplin alat dan pengetahuan

Melampaui hal-hal kelaziman

Melompati perkara berbagai tahapan dan tingkatan


Dalam irama prerogatif-MU suka suka baik serius atau candaan

Penuh pengulangan, penegasan, pembuktian, penggenapan

Semoga ke depan terbangun penyingkapan hingga percaya diri dan mapan

Itulah sebait curhatan hati

Sebab dorongan dari dalamlah hingga aku jadi peserta KUPI

Ibarat nyala api dalam diri bertemu kumpulan bara di luar diri

Kajian teks Qur’an dan perempuan itulah benang merah pasti

Sedangkan jika menyikapi realita sebatas Indonesia

Setiap golongan harus sepakat NKRI bhinneka selamanya

Harus saling jujur terbuka dalam kecintaan pada nusantara

Jangan memancing curiga tanpa ada upaya dialog terbuka

Apakah pernah masing-masing pihak berintropeksi diri?

Bahwa ada yang kurang dalam aksi demi persatuan hakiki?

Hingga sang Illahi berintervensi mengambil sedikit porsi aksi?

Demi kecintaan-NYA pada tanah air ibu pertiwi ini?

Sayangnya kemudian diimplementasikan berlebihan

Hingga terkesan norak narsis dan gerombolan kampungan

Manakah yang sudah mencapai sang pemilik aturan?

Dan manakah yang berhenti nyaman hanya pada teks aturan?

Moderat dan radikal, keduanya hanya sebutan

Apakah kedua kata itu tidak bisa dipakai dalam banyak pemaknaan?

Kalau berpegang kuat dalam suatu prinsip disebut radikal

Maka kita harus punya mental radikal dalam tanda kutip tentunya

Ibarat hidangan sehat disertai suplemen herbal demi stamina

Walau ada terselip sedikit rasa pahit... tak mengapa

Aku cinta Allah SWT dan cinta Indonesia

Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika selamanya[d1]


Penulis: SRI NURHAYATI

(Tinggal di Cigugur Kuningan)


[d1]Ini yang nulis siapa ya, kok gak ada namanya