Kongres Ulama Perempuan Indonesia Dijamin Bebas Politik

Dari Kupipedia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama yang digelar di Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin Cirebon dua pekan mendatang dipastikan bukan sebagai landasan pembentukan partai politik baru. Ketua Steering Committee KUPI Badriyah Fayumi mengatakan, kongres murni sebagai ruang perjumpaan ulama perempuan dari berbagai latar belakang dan organisasi keislaman di Tanah Air.

"Kami tidak akan berpolitik kita jamin, tidak akan ada struktur kemudian milih siapa enggak akan," kata Badriyah dalam konferensi pers di Ruang Bersama KeKini, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 9 April 2017.

Kongres digelar untuk melegitimasi dan mengafirmasi kerja perempuan-perempuan ulama di Indonesia. Tujuan akhir kongres sama sekali bukan menjadi ormas atau organisasi perempuan tandingan.

"Untuk menyampaikan fakta kepada seluruh dunia bahwa ulama perempuan itu nyata, lho, di Indonesia. Mereka sudah melakukan berbagai peran dan level di berbagai tempat. Bukan untuk jadi ormas," tegas dia.

Pertemuan ratusan ulama perempuan ini bakal menghasilkan tawaran dan solusi bagi berbagai masalah terkait Islam dan perempuan. Khususnya, korban yang masalahnya dimintakan fatwa kepada ulama perempuan.

"Kita akan beri rekomendasi kepada para pengambil kebijakan yang patut kita kritisi tentu kita sampaikan. Juga menjawab berbagai persoalan perempuan," ujar dia.

Rangkaian kegiatan Kongres Ulama Perempuan Indonesia dimulai dengan acara pra kongres, yakni lomba penulisan profil ulama perempuan Indonesia. Kemudian seminar internasional dengan menghadirkan berbagai narasumber dari negara timur tengah.

Selanjutnya, menggelar 9 panel diskusi paralel, peluncuran karya keulamaan perempuan, musyawarah fatwa ulama perempuan, sidang rekomendasi, pentas seni budaya, hingga kegiatan sosial.

Peserta terdiri atas perempuan pemimpin/pengasuh/guru pesantren, pengajar lembaga pendidikan dan perguruan tinggi Islam, pemimpin organisasi keislaman, majelis taklim, ustazah, muballighah, dai'yah, aktivis perempuan, pakar, akademisi dan pemerhati isu-isu keislaman. (Desi Angriani)


Metrotvnews.com, 09 April 2017

Sumber: http://news.metrotvnews.com/news/VNxQGMdb-kongres-ulama-perempuan-indonesia-dijamin-bebas-politik