Kabar Rencana Penyelenggaraan KUPI Ke-2, Najmah Saiidah: Ulama Perempuan Berperan sebagai Penyangga Peradaban Islam
12 September 2022
Muslimah News, NASIONAL — Dilansir dari Kemenag (07/09/2022) Ketua Steering Committe (SC) Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II 2022 Nyai Hj Badriyah Fayumi melakukan audiensi kepada Menag Yaqut Cholil Qoumas. Direncanakan KUPI II akan diselenggarakan di Jawa Tengah pada 23-26 November 2022 bertempat di Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara dan kampus Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah.
“Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke-2 merupakan hajatan bersama jaringan organisasi yang mendukung kerja-kerja ulama perempuan dalam meneguhkan peradaban berkeadilan,” kata Nyai Hj Badriyah Fayumi.
Ia menjelaskan tujuan besar KUPI, antara lain merumuskan paradigma pengetahuan dan gerakan transformatif KUPI, termasuk metodologi perumusan pandangan dan sikap keagamaannya mengenai isu-isu aktual yang didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, akhlakul karimah, konstitusi Indonesia dan perundang-undangan yang berlaku, serta pengetahuan dan pengamalan perempuan.
“Begitu juga dengan merumuskan sikap dan pandangan keagamaan ulama perempuan Indonesia mengenai isu-isu aktual tertentu terkait hak-hak kaum perempuan,” ujarnya.
Penyangga Peradaban Islam
Pengamat masalah perempuan dan generasi Najmah Saiidah menyatakan, perempuan, dalam hal ini muslimah ataupun mubaligah (ulama perempuan) harus menyadari bahwa ia adalah penyangga peradaban Islam.
“Mereka memiliki tanggung jawab yang sama dengan laki-laki, yakni melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat menuju peradaban mulia dengan menegakkan Islam kafah melalui dakwah Islam,” jelasnya.
Untuk itu, ia menerangkan, mubaligah, khususnya, harus melaksanakan peran dan fungsi sentralnya di tengah-tengah umat.
“Tidak hanya sekadar memberikan tausiah ke tengah umat, tetapi mereka pun harus benar-benar menyadarkan umat bahwa saat ini umat dalam keadaan terpuruk karena tidak menerapkan Islam,” ungkapnya.
Selanjutnya, Najmah menjelaskan, mereka harus menanamkan pemahaman Islam ideologis dan menuntun umat untuk melaksanakan aturan Islam secara kafah.
“Dengan itu umat dengan sendirinya tergerak untuk berubah. Bergerak bersama mereka untuk mengubah kondisi umat. Berjuang bersama untuk menegakkan Islam secara sempurna. Dengan itu pula kelak umat Islam kembali menjadi umat terbaik di antara seluruh umat manusia di muka bumi ini,” terangnya.
Masa Rasulullah dan Khulafaurasyidin
Najmah menyampaikan, sejak Rasulullah saw. diutus untuk menyebarluaskan risalah Islam, para muslimah generasi awal telah terlibat secara aktif dalam pergerakan dakwah bersama kaum muslim lainnya.
“Mereka melakukan transformasi sosial. Mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat mulia, yaitu masyarakat Islam. Mereka bahkan secara bersama merasakan pahit-getirnya mengemban misi dakwah. Mereka melakukan perang pemikiran dan perjuangan politik di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Atas pertolongan Allah, tambahnya, akhirnya mereka berhasil membangun masyarakat Islam yang agung di Madinah. “Itulah masyarakat yang tegak di atas landasan akidah dan hukum-hukum Islam, yang menerapkan dan melaksanakan aturan Allah secara sempurna,” urainya.
Ia menggambarkan, demikian pula halnya pada masa Khulafaurasyidin dan para khalifah sesudahnya. “Peran kaum muslimah dalam kancah kehidupan, termasuk dalam percaturan politik tercatat, demikian besar. Mereka terlibat dalam aktivitas amar makruf nahi mungkar, muhasabah (koreksi) terhadap penguasa, bahkan jihad. Istimewanya, pada saat yang sama, mereka pun mampu melaksanakan peran utamanya sebagai ummun wa rabbatul bayt (ibu dan pengelola rumah suaminya),” cetusnya.
Mencetak Generasi Terbaik
Najmah menyatakan, mereka berhasil mencetak generasi terbaik. “Generasi mujahid dan mujtahid. Generasi yang mampu membangun peradaban Islam yang tinggi yang mengalahkan peradaban-peradaban lainnya di dunia dalam rentang waktu yang sangat panjang. Generasi demikian lahir dari ibu-ibu yang paham Islam. Ibu yang mengajarkan Islam kafah kepada anak-anaknya. Ibu yang mengajarkan Islam sebagai ideologi yang melahirkan aturan-aturan Islam yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Tidak aneh jika umat Islam pada rentang tersebut betul-betul bisa tampil sebagai khairu ummah,” tegasnya.
Selain itu, Najmah mengungkapkan, dalam Islam, perempuan diposisikan sebagai perhiasan berharga yang wajib dijaga dan dipelihara. “Ini tidak berarti mengekang perempuan dalam wilayah tertentu. Islam juga memberi peran bagi perempuan dalam ranah domestik dan juga publik sekaligus. Ia adalah agen perubahan, penyangga peradaban mulia,” ujarnya meyakinkan.
Untuk itu, ia menasihati, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir umat yang telah dirasuki oleh pemikiran-pemikiran asing—yang notabene mereka adalah musuh-musuh Islam—dengan tsaqafah Islam.
“Dengan demikian, umat akan bangkit dengan cara yang benar dan landasan yang benar, yaitu akidah Islam,” tandasnya.