KUPI: Media Silaturrahim dan Temu Curhat
Berawal dari pra Kongres Ulama Perempuan yang berlangsung di Makassar Sulawesi Selatan pada tanggal 28 Februari sampai dengan 01 Maret 2017, Alhamdulillah saya mendapatkan wawasan tentang keulamaan perempuan yang selama ini tidak pernah dibincangkan secara serius baik dalam taraf nasional maupun internasional. Meskipun realitasnya perempuan cukup banyak yang memiliki kapasitas keilmuan yang mendalam sebagai ulama, tapi sepertinya terabaikan. Lagi pula perempuan dan laki-laki masing-masing punya kekurangan dan kelebihan, tapi mengapa hanya perempuan yang sering disudutkan?
Karena ketidakpuasan dalam pra kongres tersebut, maka begitu ada informasi pendaftaran KUPI yang akan dilaksanakan tanggal 25-27 April 2017 di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat, maka saya dan teman-teman segera mendaftarkan diri sebagai peserta aktif untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan booking tiket satu bulan sebelum hari yang ditentukan karena khawatir tidak kebagian tempat dan fasilitas. Alhamdulillah Tuhan merestuinya.
Karena itu, saya bersyukur kepada Allah SWT., dan berterima kasih kepada Panitia KUPI, karena lewat KUPI ini, saya dapat merasakan nikmat tersendiri. Pertama, bisa menyaksikan kota Cirebon yang kaya dengan pondok pesantren sebagai tempat pembibitan ulama laki-laki dan perempuan secara bersama-sama. Kedua, dapat bersilaturrahim dengan para peserta kongres dari berbagai daerah dan disiplin ilmu yang berbeda pula. Ketiga, menimba pengalaman dari ibu-ibu yang mengalami KDRT dan semacamnya. Alhamdulillah, seluruh rangkaian acara dapat saya ikuti, mulai seminar internasional sampai dengan bedah buku keulamaan perempuan.
Saya berkesimpulan, dengan hadirnya kongres ulama perempuan yang pertama kali di Indonesia, bahkan di dunia ini, patut diapresiasi. Karena itu, KUPI menjadi media penting untuk menjalin silaturrahim antar daerah di Indonesia dan luar negeri, sekaligus menjadi tempat berbagi pengalaman dalam suka dan duka menjadi perempuan, serta perhimpunan ide dari berbagai organisasi perempuan yang ada. Semoga rekomendasi yang ditelorkan dalam kongres ini menjadi bahan pertimbangan untuk semua pihak yang tetkait untuk mengangkat kembali martabat perempuan berdasarkan nilai-nilai al-Qur'an dan hadist yang selama ini mulai terkikis oleh arus globalisasi. Selamat berjuang, semoga KUPI tetap eksis di masa yang akan datang di bawah bendera keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Salam
Makassar, 03 Mei 2017
Penulis: Nurlaelah Abbas
(Peserta KUPI asal Makassar)